Bab. 3. Mencoba Untuk Percaya.

Via segera pergi dari pesta itu bersama dengan Riani dan juga putrinya, sekuat tenaga dia menahan air mata karna tidak mau Yara melihatnya menangis.

Sepanjang perjalanan, tidak ada yang bersuara di mobil itu, beberapa kali Yara mengajak Mamanya untuk bicara dan Via hanya menjawab dengan singkat-singkat saja.

"Apa kau baik-baik saja, Vi?"

Tanpa ditanya pun, seharusnya Riani sudah tau bagaimana perasaan temannya saat ini. Hanya saja dia tidak tau harus mengatakan apa untuk menghilangkan kesunyian yang terjadi.

"aku tidak apa-apa, Rin!" jawab Via sembari mengalihkan wajahnya ke jendela, tentu membuat Riani menjadi sedih.

Tidak berselang lama, mereka sudah sampai di halaman rumah Via. Wanita itu segera turun dengan menggendong putrinya, begitu juga dengan Riani.

"apa Yara sudah ngantuk?" tanya Via yang langsung mendapat gelengan dari putrinya.

Via tersenyum sambil mengusap kepala Yara, kemudian dia melihat ke arah Riani yang berdiri di sampingnya. "Rin, bisakah kau membawa Yara jalan-jalan?"

Riani yang mengerti dengan apa yang Via lakukan langsung menganggukkan kepalanya. "Tentu, Vi! Aku akan mengajaknya jalan-jalan ke taman, pasti di sana sangat ramai!"

"Benalkah? Apa Tante mau bawa aku ke taman?"

Yara menatap Riani dengan mata berbinar-binar, dan tentu saja membuat Via dan Riani langsung tersenyum gemas.

"Tentu saja, Sayang! Sana, masuk duluan ke mobil!"

Tanpa disuruh dua kali, gadis kecil itu langsung masuk kembali ke dalam mobil dengan semangat yang membara.

Setelah melihat Yara masuk ke dalam mobil, Riani langsung mengalihkan pandangannya ke arah Via. "Vi, aku-"

Via menggenggam tangan Riani membuat wanita itu tidak bisa melanjutkan ucapannya. "Aku tidak apa-apa, Rin! Terima kasih karna sudah mengajakku ke pesta!"

Riani menatap Via dengan sendu, dia berharap bahwa tidak terjadi apapun dengan rumah tangga sahabatnya itu.

Tidak berselang lama, datanglah Mahen yang langsung mengalihkan perhatian mereka. Kedua wanita itu menatap Mahen dengan tajam, seolah-olah ingin menerkam laki-laki itu saat ini juga.

Mahen yang belum keluar dari mobil mencoba untuk menenangkan diri, dia harus bisa menjelaskan semuanya pada Via agar istrinya itu tidak berpikir macam-macam.

"Papa!"

Yara yang melihat Papanya keluar dari mobil langsung berteriak sambil melambaikan tangannya, membuat Mahen tersenyum dengan canggung.

"Sayang, kenapa tidak masuk ke dalam?" tanya Mahen sambil berjalan mendekati Via dan Riani.

"Aku sedang menunggumu, Mas!" Kemudian Via beralih melihat Riani. "Aku titip Yara sebentar ya Rin, nanti aku akan menelponmu!"

Riani langsung menganggukkan kepalanya. "Oke, kalau gitu kami pergi sebentar ya Vi! Mari Mas Mahen!"

Mahen yang tidak tau apapun hanya melihat mereka dengan bingung, apalagi saat Riani membawa putrinya. "Sayang, kenapa Yara ikut bersama dengannya?" Dia merasa heran.

Via yang akan melangkahkan kaki terpaksa mengurungkan niatnya saat mendengar pertanyaan Mahen. "Aku rasa ada hal yang jauh lebih penting dari pada pertanyaanmu itu, Mas!"

Glek. Mahen menelan salivenya dengan kasar, dia lalu mengikuti langkah Via yang sudah masuk duluan ke dalam rumah.

Mereka duduk di ruang keluarga dengan saling berhadapan, di mana Via menatap Mahen dengan tajam membuat laki-laki itu menjadi gugup.

"jadi, apa Mas bisa menjelaskan kenapa ada di pesta itu?" tanya Via secara langsung, dan tentu saja dia tidak mau berbasa-basi lagi sekarang.

"i-itu pesta salah satu karyawan baru di kantor, Sayang! Dia mengundang Mas untuk datang ke sana, jadi tidak mungkin Mas tidak datang!" jawab Mahen dengan senyum tipis.

Via menganggukkan kepalanya saat mendengar jawaban Mahen. "Lalu, bagaimana dengan pertemuan yang Mas katakan tadi pagi? Bukannya Mas bilang akan pulang terlambat?"

"Ya, ya pertemuan itu sudah selesai, Sayang! Ternyata lebih cepat dari yang Mas pikirkan, itu sebabnya Mas bisa datang ke pesta Clara!" Deg, Mahen merutuki mulutnya yang sudah keceplosan menyebut nama wanita itu.

"Ooh, jadi namanya Clara!" Via mengangguk-anggukkan kepalanya. "Sepertinya pesta itu sangat penting, sampai-sampai kau tidak sempat untuk memberitahuku, Mas?"

Mahen langsung menggelengkan kepalanya. "Bukan seperti itu, Sayang! Mas cuma enggak sempat aja ngasi kabar, karna niat Mas memang cuma sebentar saja di sana!"

"Hem ... tapi, kenapa kalian terlihat sangat mesra, Mas? Dia menggandeng lenganmu loh, tadi! Sepertinya hubungan kalian sangat dekat!"

Mahen terdiam, dia harus memikirkan cara agar Via tidak terus memcurigainya. "Sayang!" Dia bangun dan berpindah tempat duduk di samping sang istri.

"Kenapa kita harus meributkan semua ini, apa kau tidak percaya dengan suamimu?"

Mahen melingkarkan tangannya dipinggang Via, berharap apa yang dia lakukan akan menghentikan pertanyaan wanita itu.

"bukannya aku tidak percaya, Mas! Tapi aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, tentu saja kau harus menjelaskannya!"

"Iya-iya, Mas mengerti! Hanya saja semua tidak seperti yang kau pikirkan, Sayang! Dia itu cuma karyawan di kantor, dan Mas terpaksa datang ke sana untuk menghargainya. Kalau soal pegangan itu, jujur saja Mas tidak sadar!"

Via menatap kedua mata Mahen untuk mencari kejujuran di sana. "Apa kau berkata jujur, Mas?"

"Tentu saja, Sayang! Kapan sih Mas pernah bohong padamu, kau tau sendiri kalau Mas sangat mencintaimu!"

Via menghela napas berat, kemudian dia menganggukkan kepalanya membuat Mahen langsung mengecupi seluruh wajahnya. "Tapi ingat, Mas! Jangan seperti ini lagi, aku tidak mau memikirkan hal buruk tentangmu!" Dia menahan mulut Mahen yang akan kembali menciumnya.

"Iya, Sayang! Maafkan Mas ya, lain kali Mas pasti akan mengatakannya dulu padamu!"

Via kembali menganggukkan kepalanya, kemudian mereka saling berpelukan untuk meredam amarah masing-masing.

"Aku harap kau mengatakan yang sejujurnya, Mas! Karna aku tidak mau sesuatu terjadi pada rumah tangga kita!"

Setelah semuanya selesai, Via langsung menelpon Riani untuk membawa Yara pulang.

"terima kasih ya Rin!" ucap Via.

"Terima kasih apa sih, cuma kayak gitu aja!" Riani mencebikkan bibirnya dengan kesal. "Tapi, kalian baik-baik saja kan?" Dia masih merasa khawatir.

Via tersenyum sambil menganggukkan kepalanya, membuat Riani bernapas lega. "Cuma salah paham aja kok, Rin!"

"Syukurlah, kalau gitu aku pulang ya!"

Riani segera pulang dengan diringi lambaian tangannya, kemudian Via kembali masuk ke dalam rumah setelah melihat temannya pergi.

Dia mendengar suara gemercik air pertanda kalau suaminya sedang mandi, Via lalu mengambil jas Mahen yang diletakkan di atas ranjang.

Namun, saat Via mengambil jas itu, tidak sengaja ada sebuah kertas yang jatuh. Dia langsung mengambil kertas itu dan hendak membuangnya, tetapi matanya melihat kalau kertas itu adalah bukti pembayaran untuk penyewaan sebuah gedung.

Deg. "Inikan gedung yang digunakan untuk pesta tadi?"

Tbc.

Terpopuler

Comments

Silvi Vicka Carolina

Silvi Vicka Carolina

ini ni klo otak sebagian masih ketinggalan di waktu pembagian otak

2024-08-12

0

Akbar Razaq

Akbar Razaq

Via terburu buru sejarusnya insting seorang istri bekerja dg baik jangan iya iya aja begitu melihat hal yg janggal.banyak kejanggalannya loh.

2024-08-01

0

Ani Ani

Ani Ani

tipu Akan terbokar juga

2024-08-01

0

lihat semua
Episodes
1 Bab. 1. Sebuah Pesta.
2 Bab. 2. Mas Mahen?
3 Bab. 3. Mencoba Untuk Percaya.
4 Bab. 4. Langkah Awal Penyelidikan.
5 Bab. 5. Kejujuran Dari Fajar.
6 Bab. 6. Menyelidiki Ke Apartemen.
7 Bab. 7. Kebenaran yang Sangat Menyakitkan.
8 Bab. 8. Arti Sebuah Rumah Tangga.
9 Bab. 9. Kelakuan Buruk Sang Ayah.
10 Bab. 10. Hubungan Terlarang.
11 Bab. 11. Keputusan yang Sangat Sulit.
12 Bab. 12. Berhak Diberi Kesempatan.
13 Bab. 13. Kehamilan yang Tidak Terduga.
14 Bab. 14. Dilema Menyelimuti Hati.
15 Bab. 15. Keberhasilan Clara.
16 Bab. 16. Ditampar Kenyataan.
17 Bab. 17. Kemarahan Mama Camelia.
18 Bab. 18. Kekecewaan Orangtua.
19 Bab. 19. Biarkan Mereka Berpikir.
20 Bab. 20. Penolakan Orangtua Mahen.
21 Bab. 21. Permohonan Terdalam Via.
22 Bab. 22. Keputusan yang Sangat Mengejutkan.
23 Bab. 23. Mulut Setajam Pisau.
24 Bab. 24. Pelukan yang Sangat Dibutuhkan.
25 Bab. 25. Pertemuan Dengan Vano.
26 Bab. 26. Tidak Sesuai yang Diharapkan.
27 Bab. 27. Bertemu Dengan Pengacara.
28 Bab. 28. Mencari Identitas Sendiri.
29 Bab. 29. Rencana Licik.
30 Bab. 30. Musibah Di tengah Jalan.
31 Bab. 31. Sesuatu yang Tidak Terduga.
32 Bab. 32. Harga Diri Seorang Istri yang Terluka.
33 Bab. 33. Lelah Dengan Semuanya.
34 Bab. 34. Perubahan Sikap.
35 Bab. 35. Pikiran Tidak Waras.
36 Bab. 36. Bersiap Untuk Pergi.
37 Bab. 37. Baik, Kita Akan Bercerai!
38 Bab. 38. Akibat Ulah Vano.
39 Bab. 39. Entah Apa yang Terjadi.
40 Bab. 40. Kegilaan Seorang Ayah.
41 Bab. 41. Firasat Seorang Anak.
42 Bab. 42. Tidak Saling Mengenal.
43 Bab. 43. Rasa Simpati yang Menyesakkan.
44 Bab. 44. Memanfaatkan Segala Koneksi.
45 Bab. 45. Sidang Pertama.
46 Bab. 46. Perlawanan yang Menegangkan.
47 Bab. 47. Hasil Dari Apa yang Ditanam.
48 Bab. 48. Memulai Langkah Baru.
49 Bab. 49. Aku Akan Menunggumu.
50 Bab. 50. Menjadi Bahan Pembicaraan.
51 Bab. 51. Tetap Menjadi Kewajiban.
52 Bab. 52. Aku Bukan Anak Kecil!
53 Bab. 53. Persaingan yang Tidak Sehat.
54 Bab. 54. Lempar Batu Sembunyi Tangan.
55 Bab. 55. Pertengkaran Dua Bersaudara.
56 Bab. 56. Hanya Seorang Budak.
57 Bab. 57. Masalah yang Datang Bertubi-tubi.
58 Bab. 58. Penyerahan Semua Bukti.
59 Bab. 59. Terlalu Berlebihan.
60 Bab. 60. Akhir Dari Suatu Hubungan.
61 Bab. 61. Putusan Akhir.
62 Bab. 62. Bisakah Kita Berteman?
63 Bab. 63. Kerinduan Yara.
64 Bab. 64. Kemampuan yang Terpendam.
65 Bab. 65. Membangkitkan Kenangan Lama.
66 Bab. 66. Berita Duka.
67 Bab. 67. Hasil Otopsi.
68 Bab. 68. Rencana Vano.
69 Bab. 69. Pertentangan.
70 Bab. 70. Murka Vano.
71 Bab. 71. Pengakuan.
72 Bab. 72. Perasaan yang Tidak Menentu.
73 Bab. 73. Rencana Terselubung.
74 Bab. 74. Bersikap Biasa Saja.
75 Bab. 75. Lagi-lagi Gosip.
76 Bab. 76. Keberhasilan yang Sempurna.
77 Promosi Novel Mengejar Cinta Semu.
78 Bab. 77. Kedatangan Keluarga.
79 Bab. 78. Ancaman Untuk Clara.
80 Bab. 79. Kejujuran dihadapan Keluarga.
81 Bab. 80. Luapan Emosi.
82 Bab. 81. Rapat Umum Pemegang Saham.
83 Bab. 82. Keaslian Bukti Kepemilikan.
84 Bab. 83. Perasaan Khawatir.
85 Bab. 84. Kesigapan River.
86 Bab. 85. Semua Sudah mengetahuinya.
87 Bab. 86. Berharap Semuanya Bahagia.
88 Bab. 87. Menjalankan Rencana.
89 Bab. 88. Menyadari Rencana Penyergapan.
90 Bab. 89. Kekacauan di Perusahaan.
91 Bab. 90. Menjadi Tawanan.
92 Bab. 91. Berhasil Melumpuhkan Indra.
93 Bab. 92. Jiwa yang Terguncang.
94 Bab. 93. Keadaan Kritis.
95 Bab. 94. Selalu Menganggap Buruk.
96 Bab. 95. Hasil Pemeriksaan.
97 Bab. 96. Sangat Jauh Berbeda.
98 Bab. 97. Kemarahan dan Rasa Sakit.
99 Bab. 98. Keterkejutan Clara.
100 Bab. 99. Pengakuan Rasa yang Terpendam.
101 Bab. 100. Jangan Menyalahkan Takdir.
102 Bab. 101. Reaksi Yara.
103 Bab.102. Lagi-lagi Om Pano.
104 Bab. 103. Keributan di Taman Bermain.
105 Bab. 104. Meminta Kembali.
106 Bab. 105. Tiga Hati yang Terluka.
107 Bab.106. Hari Keberangkatan.
108 Bab. 107. Balasan Perasaan.
109 Bab. 108. Restu Dari Seorang Kakak.
110 Bab. 109. Berpikir Sejenak.
111 Bab. 110. Tidak Ingin Merusak Kebahagiaan.
112 Bab. 111. Selangkah Menuju Gerbang Pernikahan.
113 Bab. 112. Segala Persiapan.
114 Bab. 113. Hari Pernikahan (Tamat).
115 Bab. 114. Bonus Chapter. (Sesuatu yang Tidak Pantas).
116 Promosi Novel Simbiosis Mutualisme (Tameng Cinta)
117 Bab. 115. Bonus Chapter (Luapan Cinta yang Membara).
118 Bab. 116. Bonus Chapter (Aku Bukan Ahlinya).
Episodes

Updated 118 Episodes

1
Bab. 1. Sebuah Pesta.
2
Bab. 2. Mas Mahen?
3
Bab. 3. Mencoba Untuk Percaya.
4
Bab. 4. Langkah Awal Penyelidikan.
5
Bab. 5. Kejujuran Dari Fajar.
6
Bab. 6. Menyelidiki Ke Apartemen.
7
Bab. 7. Kebenaran yang Sangat Menyakitkan.
8
Bab. 8. Arti Sebuah Rumah Tangga.
9
Bab. 9. Kelakuan Buruk Sang Ayah.
10
Bab. 10. Hubungan Terlarang.
11
Bab. 11. Keputusan yang Sangat Sulit.
12
Bab. 12. Berhak Diberi Kesempatan.
13
Bab. 13. Kehamilan yang Tidak Terduga.
14
Bab. 14. Dilema Menyelimuti Hati.
15
Bab. 15. Keberhasilan Clara.
16
Bab. 16. Ditampar Kenyataan.
17
Bab. 17. Kemarahan Mama Camelia.
18
Bab. 18. Kekecewaan Orangtua.
19
Bab. 19. Biarkan Mereka Berpikir.
20
Bab. 20. Penolakan Orangtua Mahen.
21
Bab. 21. Permohonan Terdalam Via.
22
Bab. 22. Keputusan yang Sangat Mengejutkan.
23
Bab. 23. Mulut Setajam Pisau.
24
Bab. 24. Pelukan yang Sangat Dibutuhkan.
25
Bab. 25. Pertemuan Dengan Vano.
26
Bab. 26. Tidak Sesuai yang Diharapkan.
27
Bab. 27. Bertemu Dengan Pengacara.
28
Bab. 28. Mencari Identitas Sendiri.
29
Bab. 29. Rencana Licik.
30
Bab. 30. Musibah Di tengah Jalan.
31
Bab. 31. Sesuatu yang Tidak Terduga.
32
Bab. 32. Harga Diri Seorang Istri yang Terluka.
33
Bab. 33. Lelah Dengan Semuanya.
34
Bab. 34. Perubahan Sikap.
35
Bab. 35. Pikiran Tidak Waras.
36
Bab. 36. Bersiap Untuk Pergi.
37
Bab. 37. Baik, Kita Akan Bercerai!
38
Bab. 38. Akibat Ulah Vano.
39
Bab. 39. Entah Apa yang Terjadi.
40
Bab. 40. Kegilaan Seorang Ayah.
41
Bab. 41. Firasat Seorang Anak.
42
Bab. 42. Tidak Saling Mengenal.
43
Bab. 43. Rasa Simpati yang Menyesakkan.
44
Bab. 44. Memanfaatkan Segala Koneksi.
45
Bab. 45. Sidang Pertama.
46
Bab. 46. Perlawanan yang Menegangkan.
47
Bab. 47. Hasil Dari Apa yang Ditanam.
48
Bab. 48. Memulai Langkah Baru.
49
Bab. 49. Aku Akan Menunggumu.
50
Bab. 50. Menjadi Bahan Pembicaraan.
51
Bab. 51. Tetap Menjadi Kewajiban.
52
Bab. 52. Aku Bukan Anak Kecil!
53
Bab. 53. Persaingan yang Tidak Sehat.
54
Bab. 54. Lempar Batu Sembunyi Tangan.
55
Bab. 55. Pertengkaran Dua Bersaudara.
56
Bab. 56. Hanya Seorang Budak.
57
Bab. 57. Masalah yang Datang Bertubi-tubi.
58
Bab. 58. Penyerahan Semua Bukti.
59
Bab. 59. Terlalu Berlebihan.
60
Bab. 60. Akhir Dari Suatu Hubungan.
61
Bab. 61. Putusan Akhir.
62
Bab. 62. Bisakah Kita Berteman?
63
Bab. 63. Kerinduan Yara.
64
Bab. 64. Kemampuan yang Terpendam.
65
Bab. 65. Membangkitkan Kenangan Lama.
66
Bab. 66. Berita Duka.
67
Bab. 67. Hasil Otopsi.
68
Bab. 68. Rencana Vano.
69
Bab. 69. Pertentangan.
70
Bab. 70. Murka Vano.
71
Bab. 71. Pengakuan.
72
Bab. 72. Perasaan yang Tidak Menentu.
73
Bab. 73. Rencana Terselubung.
74
Bab. 74. Bersikap Biasa Saja.
75
Bab. 75. Lagi-lagi Gosip.
76
Bab. 76. Keberhasilan yang Sempurna.
77
Promosi Novel Mengejar Cinta Semu.
78
Bab. 77. Kedatangan Keluarga.
79
Bab. 78. Ancaman Untuk Clara.
80
Bab. 79. Kejujuran dihadapan Keluarga.
81
Bab. 80. Luapan Emosi.
82
Bab. 81. Rapat Umum Pemegang Saham.
83
Bab. 82. Keaslian Bukti Kepemilikan.
84
Bab. 83. Perasaan Khawatir.
85
Bab. 84. Kesigapan River.
86
Bab. 85. Semua Sudah mengetahuinya.
87
Bab. 86. Berharap Semuanya Bahagia.
88
Bab. 87. Menjalankan Rencana.
89
Bab. 88. Menyadari Rencana Penyergapan.
90
Bab. 89. Kekacauan di Perusahaan.
91
Bab. 90. Menjadi Tawanan.
92
Bab. 91. Berhasil Melumpuhkan Indra.
93
Bab. 92. Jiwa yang Terguncang.
94
Bab. 93. Keadaan Kritis.
95
Bab. 94. Selalu Menganggap Buruk.
96
Bab. 95. Hasil Pemeriksaan.
97
Bab. 96. Sangat Jauh Berbeda.
98
Bab. 97. Kemarahan dan Rasa Sakit.
99
Bab. 98. Keterkejutan Clara.
100
Bab. 99. Pengakuan Rasa yang Terpendam.
101
Bab. 100. Jangan Menyalahkan Takdir.
102
Bab. 101. Reaksi Yara.
103
Bab.102. Lagi-lagi Om Pano.
104
Bab. 103. Keributan di Taman Bermain.
105
Bab. 104. Meminta Kembali.
106
Bab. 105. Tiga Hati yang Terluka.
107
Bab.106. Hari Keberangkatan.
108
Bab. 107. Balasan Perasaan.
109
Bab. 108. Restu Dari Seorang Kakak.
110
Bab. 109. Berpikir Sejenak.
111
Bab. 110. Tidak Ingin Merusak Kebahagiaan.
112
Bab. 111. Selangkah Menuju Gerbang Pernikahan.
113
Bab. 112. Segala Persiapan.
114
Bab. 113. Hari Pernikahan (Tamat).
115
Bab. 114. Bonus Chapter. (Sesuatu yang Tidak Pantas).
116
Promosi Novel Simbiosis Mutualisme (Tameng Cinta)
117
Bab. 115. Bonus Chapter (Luapan Cinta yang Membara).
118
Bab. 116. Bonus Chapter (Aku Bukan Ahlinya).

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!