Swordmaster : The Origin

Swordmaster : The Origin

Memulai Semua Dari Awal

[Tahun 3033, Ibukota Kerajaan Patras, Wina]

Api yang tak terhitung jumlahnya berkobar di sekitar Nix. Membuatnya susah bernapas selagi ia berjalan melewati reruntuhan bangunan yang tak terhitung jumlahnya.

Dia tidak merasa apa-apa ketika melewati puing-puing bangunan itu, hanya melihat dengan tatapannya yang kosong. Tidak ada yang tau apa yang sedang dipikirkannya sekarang.

"Ah, ini semua salahku" Pikir Nix dalam hati.

Hanya dalam satu hari saja, semua kota dan negara yang ada di dunia telah terbakar habis oleh api, membuat Nix yang menatapnya merasa hampa. Ia tidak tau apa yang harus ia lakukan, hanya bisa menatap itu dengan tatapan kosongnya.

"Semua ini tidak akan terjadi apabila aku tidak melawannya sendiri." Ucap Nix sambil melihat ke kobaran api dengan tatapan kosongnya.

Nix merasa dirinya yang menyebabkan semua ini terjadi, ia sangat membenci dirinya yang sekarang. Bahkan ia berpikir untuk membunuh dirinya sendiri.

"Apakah ada cara agar aku bisa memperbaiki ini?" Kata Nix dengan harapan yang dia anggap mustahil.

Walaupun Nix ingin memperbaikinya, ia tidak bisa melakukan apa-apa. "Semuanya sudah terlambat sekarang." Itulah yang dipikirkannya saat ini.

Mungkin ada keajaiban dimana seorang Dewa akan turun dari langit dan memberinya kesempatan ke-2, tetapi bagi Nix, Dewa itu hanyalah bualan belaka. Tidak ada gunanya berharap pada sosok yang tidak pernah dilihatnya seumur hidup.

Apabila dia bisa memperbaiki ini semua, maka dia pasti akan melakukannya dengan sungguh-sungguh dan tidak akan berpikir naif lagi kedepannya.

Apabila dia bisa mengulang waktu, maka dia akan mengumpulkan teman yang akan mendukungnya pada saat ia bertarung.

Apabila dia bisa bertarung ulang melawan Raja iblis itu, maka ia akan melawannya dengan kekuatan penuh dari awal, dan tentu saja dengan teman seperjuangan yang akan ia kumpulkan apabila dia memang bisa mengulang segalanya dari awal.

Tetapi itu hanyalah impian yang Nix dambakan di situasi sekarang ini. Dimana tidak ada 1 orang pun yang terlihat masih hidup, puing-puing bangunan yang bertebaran dimana-mana, api yang akan terus terlihat hingga ujung cakrawala, dan langit hitam yang terlihat seakan-akan ingin menelan dunia.

Nix hanya terus berjalan melewati puing-puing itu, sambil melihat beberapa mayat manusia yang terbaring diantara bangunan, bahkan yang sudah terbakar habis hingga menyisakan abunya saja.

"A-aku...."

Nix berlutut sambil menghadap ke langit yang hitam, merasakan ada sesuatu yang menggelitik pipinya, ia membiarkan itu terus mengalir, itu adalah air matanya yang ia jatuhkan sambil memikirkan hal-hal yang ia salahkan pada dirinya sendiri hingga sekarang.

"Kumohon maafkan aku..." Ucap Nix dengan isak tangisnya.

Tidak ada yang tau ucapan maaf itu untuk siapa, mungkin itu orang tuanya, atau kenalannya, atau mungkin seluruh manusia yang ia anggap sudah mati karena perbuatannya sendiri.

Ia hanya ingin meminta maaf untuk sekarang, walau tidak ada orang yang akan menjawabnya, ia tetap ingin melakukan itu untuk dirinya sendiri.

Sambil terus menyalahi dirinya sendiri dibawah langit hitam yang terus memekat, Nix yang sudah putus asa, mengambil salah satu dari dua pedang yang ia simpan di belakang punggungnya.

Pedang yang dia ambil berwarna hitam, sebuah pedang yang ia dapatkan dari masa lalu dengan mengalahkan bos labirin yang saat itu dikenal sebagai Death Ripper, Sang Dewa kematian.

Dulu, ia sempat membuat heboh seluruh dunia karena dapat mengalahkan Death Ripper seorang diri. Dengan berbuah pedang hitam yang dia ambil dari pemberian Death Ripper itu sendiri, ia dianggap sebagai petualang solo terhebat yang bahkan diakui oleh Guild.

Mendapat Rank Z yang merupakan simbol penghormatan baginya, ia menjadi lebih dikenal di sekitarnya. Mendapat perlakuan khusus dan pujaan yang sering dilontarkan padanya, walau dia sama sekali tidak peduli dengan itu.

Tetapi sekarang kenangan itu hanyalah sebuah kenangan lama, pedang yang ia dapatkan dengan susah payah itu sudah menemui tujuan akhirnya yaitu melawan Raja Iblis.

Tetapi dia gagal mengalahkannya. Membuat dunia hancur seperti sekarang ini, dia hanya melihat pedang itu sebagai pedang biasa yang akan mengakhiri hidupnya saat ini.

Dengan tatapannya yang masih kosong, Nix membalikkan pedang yang diambilnya dan memegang gagang pedang itu dengan kedua tangannya, mengarahkan ujung bilah pedang itu pada dirinya sendiri.

"Aku sudah lelah..." Kata Nix yang mungkin saja akan menjadi kalimat terakhirnya.

Nix mengangkat pedangnya lebih tinggi lagi, sambil terus melihat ke langit dan terus merasa hampa, ia menusuk dadanya dengan pedang hitamnya

*Crosh!*

Suara daging yang tertembus terdengar di telinga Nix, menandakan dia telah merobek dagingnya sendiri saat ini.

Darahnya berhamburan kemana-mana, mengotori wajah, pakaian dan tangannya. Walaupun ia sama sekali tidak peduli dengan itu sekarang.

Pandangannya mulai kabur karena kehabisan darah, lututnya yang tidak kuat untuk menopang tubuhnya akhirnya membuat tubuhnya terjatuh ke tanah.

Tidak lama setelah itu, dia menutup matanya dengan pasrah. Berharap ketika ia bangun ia akan berada di pangkuan ibunya lagi, dan mengulang segalanya dari awal.

Walau dia berpikir bahwa itu hanyalah harapan palsu yang tidak akan pernah terkabul, dia tetap berharap bahwa itu mungkin saja terjadi.

"Ugh!" Rintih Nix kesakitan.

Sakit akibat tusukan yang ia arahkan pada dirinya sendiri membuatnya menggeliat kesakitan.

Perlahan-lahan kesadarannya memudar akibat rasa sakit, menandakan bahwa sebentar lagi dirinya akan mati kehabisan darah.

Dengan harapan yang masih dia harapkan untuk terjadi. Dia menutup matanya dan menghembuskan nafas terakhirnya sambil berlinang air mata.

...----------------...

Gelap, semuanya terlihat gelap.

Setelah merasa bahwa ia sudah mati sebelumnya, Nix berada di sebuah tempat dimana semuanya terlihat gelap.

Tiada siapapun di situ, hanya dia seorang diri.

Nix menoleh ke sekitar melihat tempat gelap itu.

"Dimana aku?" Kata Nix dengan bingung.

Dia mencoba untuk mencari sesuatu di sekitarnya, tetapi tidak ada apapun yang bisa dilihatnya selain kegelapan yang tidak berujung.

"Bukankah aku sudah mati?" Gumam Nix dengan yakin.

Nix mengingat apa yang terjadi sebelumnya, dia telah menusuk dirinya sendiri dengan pedangnya, Mengakibatkan dia kehabisan darah dan mati di saat itu.

Namun, tiba-tiba dia berada disini tepat ketika dia merasa bahwa dia telah mati sebelumnya.

"Hm?"

Di belakangnya, terdengar sedikit suara.

Suara itu terdengar seperti angin. Mungkin Nix tidak akan bisa mendengarnya jika ia berada di dunianya. Tetapi di tempat yang sangat sepi seperti saat ini, bahkan suara sekecil angin-pun dapat terdengar.

Nix membalikkan badannya menuju asal suara itu.

Nix melihat sebilah pedang hitam yang dia kenali dengan baik bentuknya.

Sebuah pedang yang dulu ia dapatkan dengan menaklukkan dungeon, sebuah pedang yang telah berkelana bersamanya dalam waktu yang lama.

Ya, itu adalah salah satu dari dua pedang yang ia gunakan, The Black Rose.

Nix tidak mengerti mengapa pedangnya ada di tempat ini sekarang. Sebelum ia berpikir mengenai itu, Pedang itu tiba-tiba berbicara padanya.

"Nix." Ucap pedang itu memanggilnya.

Seperti nada seorang wanita, Nix terkejut mendengar pedangnya dapat berbicara, namun sebelum ia sempat menjawabnya, pedang itu sekali lagi berbicara padanya.

"Nix, dengarkan aku, aku sudah melihat dan mengawasimu selama aku bersamamu selama bertahun-tahun, seperti apa kesenangan dan penderitaanmu, seperti apa keinginan dan harapanmu, dan seperti apa rasanya ingin memperbaiki segalanya dari awal." Kata pedang hitam itu.

Nix mengerti apa yang dimaksud dengan pedang itu. Tetapi ia merasa bahwa saat ini dia hanya harus mendengarkan pedang itu berbicara.

"Mungkin kamu tidak tau ini, tetapi dengan kekuatanku. Sebenarnya kamu dapat mengulang dunia ini dari awal kamu dilahirkan."

"The Black Rose mempunyai kekuatan unik dimana jika pemilik menusuk dirinya sendiri dengan pedangnya, maka ia dapat mengulang dunia dari awal ketika ia baru dilahirkan."

"Dan kamu yang tidak sengaja mengambilku untuk membunuh dirimu sendiri, telah memicu kekuatan itu untuk aktif."

"Dan sekarang ini, kamu sedang berada di dalam diriku untuk sementara waktu selagi menunggu tubuhmu dan pikiranmu di stabilkan."

"Agar nantinya di dunia baru yang akan kamu tempati, kamu akan tetap memiliki memori dari duniamu sebelumnya." Kata pedang itu menjelaskan.

Nix membelalakan matanya mendengar penjelasan pedang itu.

Dia tidak menyangka bahwa pilihannya untuk membunuh dirinya sendiri akan berubah menjadi sebuah kesempatan dimana dirinya dapat memperbaiki kesalahannya di masa lalu.

Namun, walau itu terjadi, tidak ada jaminan dimana Nix dapat membuat keputusan lebih baik di kehidupan selanjutnya.

Oleh karena itu, dia merasa senang sekaligus takut membayangkan dirinya mungkin akan melakukan kesalahan yang sama seperti yang ia lakukan di dunianya sebelumnya.

Nix mengigit bibirnya membayangkan kehancuran dunia yang ia lihat di depan matanya saat itu. Dan dengan tekad yang ia kumpulkan di hatinya, dia bersumpah bahwa selanjutnya ia akan menjadi lebih kuat dan tidak naif seperti sebelumnya

"Nix, stabilisasi telah selesai dilakukan, kamu akan segera dibangunkan di dunia barumu saat ini, apabila ada yang ingin kamu katakan. Sebaiknya kamu mengatakannya sekarang." Ucap pedang itu memberitahu Nix.

Mengetahui bahwa ia tidak mempunyai waktu lama lagi, Nix melihat ke arah Black Rose dengan mata tajamnya, menguatkan tekadnya sekali lagi. Ia membuka mulutnya untuk bersumpah kepada pedang itu dan dirinya sendiri.

"Black Rose, aku bersumpah atas namaku sendiri. Bahwa di kehidupanku selanjutnya, aku akan menjadi lebih kuat, membuat teman, serta melakukan hal yang kusesali di duniaku dulu karena tidak melakukannya sebelumnya." Nix berjanji pada Black Rose.

"Oleh karena itu, ketika aku sudah berada di sana, aku akan mencarimu lagi, dan akan berpetualang bersamamu lagi untuk mengalahkan raja iblis seperti di duniaku dulu. Karena itu, tolong tunggu aku sampai saat itu tiba." Ucap Nix dengan mata tajamnya.

Black Rose yang mendengar itu hanya menjawab dengan sepatah kata.

"Ya, aku akan menunggumu." Balas Black Rose singkat.

Setelah mengucapkan itu, sebuah cahaya muncul dari atas dan menerangi tempat yang gelap itu.

Semua langit dan dinding mulai tertutupi oleh silaunya cahaya itu, dan Black Rose yang berada di depan Nix, perlahan menghilang tertelan cahaya itu.

Nix terus menatap Black Rose sampai ia benar-benar tidak terlihat lagi di matanya.

Dan ketika cahaya itu semakin terang dan terang, Nix perlahan memejamkan matanya.

...----------------...

[Tahun 3033]

[Tahun 3028]

[Tahun 3021]

[Tahun 3016]

[Tahun 3014]

[Tahun 3010, Kerajaan Heraklion, Tiva]

...----------------...

...Halo Semuanya 🙋...

Ini adalah ke-2 kalinya saya membuat Novel bertema Fantasi dengan Pedang dan sihir. Tidak seperti sebelumnya, yaitu menggunakan sudut pandang orang pertama, kali ini saya menggunakan sudut pandang orang ketiga. Apabila ada tutur kalimat yang kurang, dan ejaan yang salah, saya mohon untuk memberitahu lewat komentar agar saya dapat memperbaikinya dan menjadi lebih baik lagi. Semoga kalian dapat menikmati Novel ini. Terima kasih 🙏.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!