Setelah sampai di Ibukota dan sampai di depan gerbang Akademi. Nix langsung mengambil barang bawaannya dan turun dari keretanya.
Terlihat banyak siswa yang berada di luar maupun dalam Akademi, kebanyakan dari mereka adalah siswa baru seperti Nix.
Di depan gerbang, terlihat ada papan pengumuman dan peta yang memperlihatkan seluruh bagian Akademi.
Karena penasaran sekaligus tidak tahu letak bangunan di Akademi, Nix pergi ke sana untuk melihat peta itu.
Di peta itu, terlihat banyak gedung di Akademi yang masing-masing memiliki fungsinya tersendiri.
Seperti gedung asrama, gedung latihan, gedung utama, aula, perpustakaan, dan lain-lain nya.
Bahkan ada rumah sakit di situ, menunjukkan betapa berkualitasnya fasilitas Akademi Sihir di Ibukota.
Juga, ada berbagai transportasi seperti kuda yang berada di kandang sekolah, tetapi mungkin itu hanya diperuntukan oleh beberapa siswa saja.
Nix mencoba untuk memahami berbagai gedung dan tata letaknya yang terbilang rumit.
Setelah melihat itu selama 5 menit dan sedikit memahami letaknya, Nix memutuskan untuk langsung masuk ke dalam gerbang agar bisa melihatnya sendiri.
Namun, sesaat sebelum Nix mulai berjalan menuju gerbang akademi, Seorang siswa mendorong punggungnya dari belakang.
*Buk!*
"?!"
Nix terjatuh karena dorongan itu.
"Perhatikan langkahmu, dasar rakyat jelata."
"!"
Dibelakangnya, terlihat sekelompok siswa bangsawan yang tertawa karena melihat Nix terjatuh.
"Ahahahahaha, sepertinya rakyat jelata tidak tau bagaimana cara berjalan yang benar." Ucap salah satu perempuan dari kelompok itu.
"Hihihi, kau benar, sudah begitu apaan itu? koper yang terlihat lusut dan kotor itu? apakah dia tidak sadar bahwa ia sedang membawa sampah?"
"Sepertinya rakyat jelata sudah terbiasa bermain sampah, Makanya bau mereka tercium seperti sampah."
Bangsawan yang berkelompok itu melontarkan berbagai hinaan dan cacian pada Nix.
"Seperti yang diduga, bangsawan." Ucap Nix dalam hati.
Bangsawan yang berkelompok itu berjumlah 3 orang, dengan 2 wanita dan 1 Laki-laki yang berada di tengah mereka.
Nix mengabaikan mereka dan mengambil barang bawaannya yang terjatuh.
"Duh, sial banget dia, baru hari pertama udah kena bully, apa kita harus bantu?
"Jangan! biarin aja! entar malah kita yang kena.
"Betul juga sih, tapi kasihan aja liat dia."
Berbagai siswa di sekitar yang melihat kejadian itu hanya bisa berkomentar melihat Nix yang dijahili.
"Oi oi, sepertinya anak ini tidak melawan. Cocok nih dijadiin mainan."
"Hehehe, ayo kita beri tahu dia seperti apa akibatnya jika rakyat jelata sepertinya menginjakan kaki kotornya di Ibukota." Ucap laki-laki bangsawan sambil mengeluarkan pisau dari bajunya.
"Oi-oi, apakah kamu tidak terlalu berlebihan?"
"Tenang saja, lagipula tidak ada yang peduli pada rakyat jelata sepertiny-"
"SUDAH CUKUP DASAR ORANG BODOH!!"
"?!"
"!"
"!!"
Seorang wanita berteriak pada bangsawan itu dari depan gerbang.
Wanita itu berambut pirang, mempunyai mata biru, membawa pedang di pinggul kanannya, dan memakai baju Akademi yang sedikit berbeda dari siswa lain.
"S-siapa kau? apakah kamu tidak tau bahwa kita adalah bangsawan?"
"Diam! jika kamu adalah bangsawan, maka tunjukkanlah perilaku yang sesuai dengan statusmu!"
Sekelompok bangsawan itu kesal melihat wanita itu berteriak pada mereka.
"Apa-apaan itu? apakah kamu membela rakyat jelata ini?"
"Aku hanya melakukan kewajibanku sebagai anggota OSIS, dan menurut aturan Akademi. Siswa yang berniat melukai siswa lain akan diberi hukuman!"
"O-Osis?" Ucap salah satu bangsawan perempuan dari kelompok itu tidak percaya.
Siswa yang melihat di sekitar menjadi ricuh karena mendengar wanita itu mengatakan bahwa dirinya adalah OSIS.
"Heh, tidak mungkin seorang wanita seperti ini adalah anggota Osi-"
*Slash
"?!"
Sebuah tebasan meleceti kulit pipi kanan bangsawan lelaki itu.
lelaki itu sontak terjatuh dan takut melihat sosok wanita yang tadinya berada di depan gerbang tiba-tiba berada tepat dihadapannya.
"Bisakah kamu ulangi kata-katamu tadi?" Ucap wanita itu.
"Hiiii!!!" bangsawan lelaki itu ketakutan dan berlari menjauh dari gerbang Akademi.
Kelompoknya yang ditinggal di situ, hanya menatap tajam ke arah wanita itu dan segera menyusul bangsawan yang lari itu.
"Kamu tidak akan lolos setelah melukai kami! liat saja nanti!" Ucap salah satu bangsawan yang lari.
Wanita yang mengaku sebagai OSIS itu hanya diam melihat kelompok bangsawan itu pergi.
"Dasar sekelompok orang bodoh!" Ucap Wanita itu.
Setelah mengatakan itu, dia sekilas melihat ke arah Nix dan berjalan ke arahnya yang masih terbaring di tanah.
"Ayo berdiri, semua sudah aman sekarang." Kata Wanita itu sambil mengulurkan tangan kanannya.
Nix yang melihat itu langsung menerima tangannya.
"Terima kasih." Ucap Nix pada wanita itu.
Wanita itu menggelengkan kepala mendengar ucapan terimakasih Nix.
"Kamu tidak perlu berterima kasih, karena itu adalah kewajiban OSIS, kalau boleh tau, siapa namamu?" Tanya wanita itu.
"Nix." Jawab Nix singkat.
"Nix ya, baiklah. Aku akan mengingatnya, namaku adalah Celine Lebrau, Kamu bisa memanggilku di kantor OSIS apabila mereka berulah padamu lagi."
"Benarkah? itu akan sangat membantuku, aku akan mengingat itu."
Celine tersentum setelah mendengar jawaban Nix.
"Baiklah, kalau begitu.."
Celine menghadap ke arah kerumunan siswa yang masih berkumpul.
"Kalian semua, kalian sudah lihat sendiri kan? kita para OSIS Akademi. Tidak akan membeda-bedakan siapapun dalam mematuhi aturan Akademi. Mau itu bangsawan atau bukan, semuanya sama bagi kita. Maka dari itu, khususnya untuk para bangsawan, berhentilah menganggap diri kalian lebih tinggi dari yang lain, itu saja."
Para kerumunan siswa mulai ribut setelah mendengar perkataan Celine barusan.
Celine yang melihat situasi semakin ricuh, memutuskan untuk membubarkan kerumunan agar situasi menjadi terkontrol.
"Kalian semua! Bubar!" Teriak Celine menghadap ke kerumunan
...----------------...
Sesaat setelah kejadian itu, semua siswa baru telah diarahkan agar berkumpul di dalam aula Akademi.
Di dalam aula, semua siswa diberitahu untuk berdiri dan fokus melihat ke arah panggung yang terdapat podium di atasnya.
Nix yang berada di barisan paling belakang siswa, berpikir tentang bagaimana caranya agar ia bisa menghindari kejadian tadi.
Nix benar-benar ingin menghindari berurusan dengan para bangsawan, karena dia tau bagaimana susahnya jika berurusan dengan mereka.
"Jika aku tidak melawan, mereka akan lebih agresif terhadapku selanjutnya. Apakah sebenarnya aku memang harus melawan mereka? tetapi jika aku melawan, dan mereka tidak terima, mereka juga akan membalasnya lebih parah dari sebelum-sebelumnya.
"Aku mungkin bisa mengandalkan OSIS untuk membantuku seperti kata Celine tadi, tapi akan merepotkan jika aku terus meminta bantuannya setiap saat."
"Jadi apa yang sebenarnya harus kulakukan?" Pikir Nix dalam pikirannya."
Ketika Nix sedang memikirkan itu, beberapa orang yang terlihat seperti guru dan beberapa siswa naik ke atas podium.
Salah satu dari guru itu, seorang paman yang mungkin berumur sekitar 50 tahunan, berjalan ke arah podium dan melihat ke arah siswa.
"Semua siswa baru akademi, dengarkan aku."
Paman itu segera menarik perhatian semua siswa dengan berbicara menggunakan mic yang ada di atas podium.
Semua siswa segera melihat ke arahnya yang berada di atas podium
Nix juga melihat ke arah podium.
Ketika Paman itu melihat bahwa semua siswa sudah fokus padanya. Paman itu kembali melanjutkan.
"Para siswa baru Akademi, mungkin kalian sudah tau ini, bahwasanya Akademi sihir Ibukota adalah salah satu Akademi yang memberikan lulusan terbaik di seluruh dunia." Ucap paman itu.
Para siswa tidak ada yang menjawab, hanya mendengarkan paman itu berbicara.
Paman itu segera melanjutkan.
"Tetapi apakah kalian tau? untuk mencapai lulusan terbaik itu, Akademi harus memberikan didikan yang keras dan tegas pada muridnya."
"Oleh karena itu, semua siswa yang memiliki kekuatan dan kecerdasan yang rendah, jangan harap untuk bisa lulus dari Akademi ini." Perjelas Paman itu.
Semua siswa yang tadinya hanya diam, mulai membuat sedikit suara.
"Oleh karena itu, dengarkan baik-baik yang akan kukatakan sekarang, karena ini akan menentukan bagaimana nasib kalian di Akademi ini selanjutnya." Ucap Paman itu sambil tersenyum.
Nix yang melihat Paman itu tersenyum dari belakang, sedikit mengernyitkan matanya melihat senyuman itu.
"Mengerikan." Gumam Nix pelan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments