My Wedding Story

My Wedding Story

Bab 1 : Pernikahan

Airin Sifabella seorang gadis cantik yang hidup dengan penuh kasih sayang dan kemewahan disebuah kota besar, ia bukan berasal dari kalangan keluarga miskin yang memiliki banyak utang dan membuat anak gadis yang dimiliki dijadikan tebusan pelunasan utang kepada keluarga konglomerat. Airin memiliki nasib hidup yang sempurna dengan terlahir dari keluarga kelas atas, hidupnya terjamin mewah, namun naas kisah cinta pernikahannya tidak berjalan mulus seperti nasib wujud kekayaan keluarganya.

Hubungan dua buah keluarga yang sudah terjalin sejak kecil menjadi sahabat tetap terbawa hingga mereka hidup berkeluarga dan memiliki seorang anak. Mimpi orang tua yang berniat menyatukan hubungan menjadi keluarga besar dialami hingga pada anaknya, dimulai dari terjadinya kontak pernikahan antara anak kedua perempuan dengan anak pertama laki-laki mereka. Dari tragedi inilah, ada satu hal yang tidak diperhatikan hingga mementingkan ego masing-masing telah memutuskan keputusan yang salah dengan menyatukan sepasang wanita dan pria yang tidak saling mencintai hingga dibawa ke suatu pernikahan dengan menikahkan masing-masing anak bungsu mereka.

Dorongan dari orang tua memang sulit dihindari. Takut dianggap menjadi anak durhaka kemungkinan membuatnya nekat memutuskan untuk segera menikah.

"Saya terima nikah dan kawinnya Airin Sifabella binti Andreas Sudarmono dengan mas kawin tersebut di bayar... Tunai." Ucap sang pria yang melangsungkan pernikahan dorongannya dengan sekali tarikan napas.

"Bagaimana ...? SAH... SAH... para saksi?" Tanya Pak penghulu dengan kedua orang saksi.

"Sahhh...!" Jawab saksi serempak.

Tampak pengantin pria menarik napas lega setelah dinyatakan Sah.

Pengantin pria menunggu dengan gelisah kedatangan pengantin wanitanya. Airin, wanita yang telah menjadi istrinya, adalah teman masa kecilnya dulu akibat orang tua mereka sesama sahabat dan selalu melakukan pertemuan. Dulu, mereka berteman tapi saat dewasa tidak harus sampai menikah juga! Apalagi sang pria saat ini memiliki pujaan hatinya sendiri, meskipun terbilang wanita itu bukan berasal dari keluarga kaya. Jika mereka sampai menikah, betapa beruntung sekali wanita itu diangkat derajatnya karena berhasil menikahi putra bungsu keluarga konglomerat.

Wanita cantik berusia 24 tahun bernama lengkap Airin Sifabella harus terpaksa menikah dengan seorang Pria dingin berusia 28 tahun bernama lengkap Adnan Ghidan Miller yang berprofesi sebagai CEO merupakan perusahaan ternama yang ia miliki di negaranya.

Ketika Airin memasuki ruangan dan duduk di samping Adnan, tampak pria itu terkejut. Dia tidak mengira banyak perubahan yang terjadi pada diri Airin teman saat kecilnya yang bersekolah dasar ditempat yang sama.

Seingat Adnan, gadis kecil itu cukup tomboi dan sering memukul teman sekelas mereka yang nakal untuk membela Adnan yang pendiam saat dimaki.

Setelah itu, penandatanganan surat nikah, penyerahan mas kawin, dan pertukaran cincin pernikahan. Adnan tampak masih terkejut dengan kenyataan jika Airin tidak seperti yang dia bayangkan. Mereka duduk bersanding menerima tamu undangan.

Selama acara berlangsung Adnan tampak hanya diam terpaku. Berbeda dengan Airin, dia tampak gembira dan selalu memberikan senyuman semringahnya.

Setelah jam menunjukkan pukul sebelas malam, tamu undangan mulai sunyi. Keluarga meminta kedua pengantin untuk meninggalkan acara.

Adnan dan Airin meninggalkan tempat pesta langsung menuju kediaman Adnan.

Mobil sport mewah memasuki pekarangan mansion megah. Sepasang pengantin baru perlahan keluar dari mobil, dan mulai memasuki mansion, dengan menyeret koper di masing-masing genggaman.

Si pria berhenti di anak tangga, tanpa menoleh ke belakang untuk berbicara pada wanita yang baru saja dinikahinya karena keterpaksaan.

"Kamarmu sebelah kanan tangga, pintu berwarna cokelat." Ujar pria tampan itu.

"Kamarku?! Lalu kau?" Tanya wanita yang merupakan istrinya.

"Kamarku sebelah kiri tangga di samping kamarmu."

"Kenapa kita pisah kamar? Kita sudah menikah, harusnya kita sekamar."

"Jangan membantah turuti saja!!" Gertak pria itu

"Tapi- ..."

Belum selesai bicara, si pria melanjutkan langkahnya meninggalkan istrinya yang masih berdiam diri di tempat.

Pria itu Berhenti di tengah anak tangga, dan menoleh sembilan puluh derajat. Sang wanita berharap jika suaminya itu telah berubah pikiran dan mengajak ia berada dalam kamar yang sama.

"Satu lagi. Jangan pernah memasuki kamarku tanpa seizinku." Kecam wanita itu sebaliknya.

"Tapi kenapa? Tuan, aku istrimu, tak seharusnya kita berbeda kamar."

Bahkan si pria sudah melanjutkan langkah menghiraukan teriakan sang istri. Hingga tubuhnya menghilang dari balik pintu kamar.

Wanita itu terpaksa memasuki kamarnya. Ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang yang besar itu.

"Padahal kita sudah menikah. Kenapa sikapnya masih dingin padaku. Apalagi kita harus berbeda kamar. Ah sudahlah, aku harus mandi badanku sangat gerah dan lengket." Ucapnya kembali bangkit untuk membersihkan diri dan mengganti pakaian.

Sudah 30 menit wanita itu membiarkan tubuh polosnya terendam di air dingin yang di penuhi busa dan beberapa bunga aromatherapy tanpa berniat beranjak dan mencari kehangatan.

"Sepertinya aku harus berusaha lebih keras lagi." Gumamnya melirih, tanpa mengalihkan pandangan dari gerlap-gerlipnya bintang malam yang terlihat dari jendela kamar mandi yang gordennya sengaja dia buka sedikit.

Di kamar utama, Pria tampan sedang melepas lelah di kasur king size miliknya. Sudah sejak 45 menit matanya terpejam, tapi tak kunjung tidur.

Ia membangunkan tubuhnya kasar dengan mata masih terpejam.

"Arghh... Sial! Lebih baik aku mandi."

Ia memasuki kamar mandi dan memulai ritual malamnya sebelum kembali melanjutkan tidurnya.

Menikah tanpa cinta lazim terjadi. Faktanya, memang tidak semua orang dianugerahi keberuntungan bisa menikahi orang yang ia cintai. Hal ini pun terjadi pada pasangan yang baru saja menikah atas dorongan orang tua ini hanya untuk menyatukan dua buah keluarga yang sudah terjalin persahabatannya sejak lama.

Pagi Hari...

Adnan berpakaian rapi datang menuruni anak tangga dengan sebelah tangan berada di saku celana. Ia memasuki dapur untuk mengambil segelas air putih.

Di sana ia tidak sengaja bertemu dengan Airin yang tengah memasak di dapur.

"Tuan, Kau sudah bangun. Oh, kau ingin kemana pagi-pagi sekali?" Tanya Airin seramah mungkin.

"Perusahaan..." Jawabnya singkat

Alis Airin mengernyit sebelah.

"Bukankah Tuan mendapat cuti selama seminggu."

"Aku bosan di rumah."

"Tapi kita baru menikah kemarin, dan baru pindah ke rumah ini, setidaknya, temani aku mengambil barang-barang ku di rumah."

"Kau bisa mengambilnya sendiri. Aku sibuk." Kecutnya.

"Tuan, bisakah kau libur sehari saja. Tolong temani aku mengambil barang-barang ku. kakakku pasti akan menanyakan mu jika kau tak ikut denganku."

"Itu urusanmu. Jangan pernah ikut campur dengan urusan ku. Aku juga tak akan ikut campur, urus saja urusanmu sendiri." Adnan pergi begitu saja meninggalkan dapur dan Airin masih berdiri menatapnya.

Airin tersadar dari keterdiamannya.

"Tuan!! Kau tak sarapan dulu?" Panggil Airin.

"Tuan!!" Panggilnya lagi.

Sekalipun dengar, suaminya ini tak akan menoleh ataupun menjawab. Adnan semakin mempercepat langkahnya menuju mobilnya terparkir dan mendengar langkah Airin setengah berlari ke arahnya.

Terlambat. Sesampainya di depan pintu, mobil suaminya sudah melaju keluar pekarangan mansion.

Adnan memasuki lobby sebuah perusahaan besar dan mewah. Ia berjalan dengan angkuhnya dengan menghiraukan sapaan karyawan-karyawannya. Terkesan dingin, cuek dengan tatapan tajamnya, dan sangat tampan tapi para karyawannya sudah terbiasa dengan sikap atasan mereka, asalkan mereka bekerja dengan baik dan tak merugikan perusahaan. CEO tampan, telah sampai di tujuannya, ruangan paling besar dan mewah yang terletak di lantai 32 dari 35. Ruangan satu satunya di lantai tersebut karena sisa dari 3 lantai di atasnya telah khusus di pergunakan untuk ruang pribadi, dan rooftop. Sedangkan di lantai 31 sengaja dikosongkan untuk ruang tunggu, dan telah di desain dengan senyaman mungkin untuk tamunya.

Adnan menduduki kursi kebesarannya, tangannya meraih telepon di atas meja.

"Sekertaris Shana. Kemarilah!!

Setelahnya ia segera menutup telepon, lalu menyenderkan punggungnya pada sandaran kursi, menunggu seseorang yang dipanggilnya barusan.

Ceklek!

"Presdir, Anda memanggil Saya?!" Ucap sang sekretaris bersama Shana itu.

Pandangannya beralih dari layar laptop pada sekretarisnya.

Adnan menanyakan agendanya hari ini pada sekretarisnya itu dan mulai bekerja seperti biasanya tanpa merasakan hari yang spesial di atas pernikahannya.

Ku kira, hubungan penyatuan keluarga besar hanya terjadi pada kakak kita. Tidak ku sangka, kita menjadi korban bagian dari mimpinya...

Dulu, aku bahagia menghadiri pernikahan masing-masing keluarga kita yang akan menjadi keluarga besar. Tapi sekarang, aku melihat canda tawa semua orang yang ada di atas penderitaan kisah pernikahan ku...

Episodes
1 Bab 1 : Pernikahan
2 Bab 2 : Lepas Tanggung Jawab
3 Bab 3 : Orang Lain Baginya
4 Bab 4 : Seorang Misterius
5 Bab 5 : Pantangan
6 Bab 6 : Mengigau
7 Bab 7 : Pemandangan Menyakitkan
8 Bab 8 : Perselingkuhan
9 Bab 9 : Bukan Susu dari Airin
10 Bab 10 : Istri Yang Tersakiti
11 Bab 11 : Tiket Liburan
12 Bab 12 : Hari Wisuda
13 Bab 13 : Honeymoon Bertiga
14 Bab 14 : Maldives
15 Bab 15 : Merasa Diintai
16 Bab 16 : Perasaan Yang Tersimpan
17 Bab 17 : Sensasi yang Berbanding Terbalik
18 Bab 18 : Bertukar Pasangan
19 Bab 19 : Tanah Air
20 Bab 20 : Kesempatan Menikung
21 Bab 21 : Segera Menceraikannya
22 Bab 22 : Mantan dari China
23 Bab 23 : Adnan Ketahuan Selingkuh
24 Bab 24 : Peringatan
25 Bab 25 : Pertengkaran Suami Istri
26 Bab 26 : Sulit Move On
27 Bab 27 : 4 Pria vs 1 Wanita
28 Bab 28 : Paparazi
29 Bab 29 : Diturunkan di jalan
30 Bab 30 : Pukulan Atas Nama Airin
31 Bab 31 : Cepat Menceraikannya!!
32 Bab 32 : Bibirnya Manis
33 Bab 33 : Dengan Mantan Kekasih
34 Bab 34 : Pelukan dari Sang Mantan
35 Bab 35 : Aku Mencintainya!
36 Bab 36 : Mengurus Perceraian
37 Bab 37 : Bergulat
38 Bab 38 : Penyesalan
39 Bab 39 : Surat Perceraian
40 Bab 40 : Pecah Telur
41 Bab 41 : Hubungan Kita Telah Usai
42 Bab 42 : Kita Harus Berpisah
43 Bab 43 : Hamil
44 Bab 44 : Menjemput Istriku
45 Bab 45 : Keputusan yang Sudah Bulat
46 Bab 46 : Dilema Keputusan
47 Bab 47 : Perpisahan yang Menyakitkan
48 Bab 48 : Firasat Buruk
49 Bab 49 : Kecelakaan
50 Bab 50 : Terbangun dari Koma
51 Bab 51 : Pengungkapan Kebenaran
52 Bab 52 : Kebahagiaan
53 Bab 53 : Seorang Malaikat Kecil
54 Bab 54 : Kemesraan Pasutri
55 Bab 55 : Olahraga Pagi
56 Bab 56 : Kehamilan Kedua
57 Bab 57 : Akhir yang Bahagia (End)~
58 Terima kasih
Episodes

Updated 58 Episodes

1
Bab 1 : Pernikahan
2
Bab 2 : Lepas Tanggung Jawab
3
Bab 3 : Orang Lain Baginya
4
Bab 4 : Seorang Misterius
5
Bab 5 : Pantangan
6
Bab 6 : Mengigau
7
Bab 7 : Pemandangan Menyakitkan
8
Bab 8 : Perselingkuhan
9
Bab 9 : Bukan Susu dari Airin
10
Bab 10 : Istri Yang Tersakiti
11
Bab 11 : Tiket Liburan
12
Bab 12 : Hari Wisuda
13
Bab 13 : Honeymoon Bertiga
14
Bab 14 : Maldives
15
Bab 15 : Merasa Diintai
16
Bab 16 : Perasaan Yang Tersimpan
17
Bab 17 : Sensasi yang Berbanding Terbalik
18
Bab 18 : Bertukar Pasangan
19
Bab 19 : Tanah Air
20
Bab 20 : Kesempatan Menikung
21
Bab 21 : Segera Menceraikannya
22
Bab 22 : Mantan dari China
23
Bab 23 : Adnan Ketahuan Selingkuh
24
Bab 24 : Peringatan
25
Bab 25 : Pertengkaran Suami Istri
26
Bab 26 : Sulit Move On
27
Bab 27 : 4 Pria vs 1 Wanita
28
Bab 28 : Paparazi
29
Bab 29 : Diturunkan di jalan
30
Bab 30 : Pukulan Atas Nama Airin
31
Bab 31 : Cepat Menceraikannya!!
32
Bab 32 : Bibirnya Manis
33
Bab 33 : Dengan Mantan Kekasih
34
Bab 34 : Pelukan dari Sang Mantan
35
Bab 35 : Aku Mencintainya!
36
Bab 36 : Mengurus Perceraian
37
Bab 37 : Bergulat
38
Bab 38 : Penyesalan
39
Bab 39 : Surat Perceraian
40
Bab 40 : Pecah Telur
41
Bab 41 : Hubungan Kita Telah Usai
42
Bab 42 : Kita Harus Berpisah
43
Bab 43 : Hamil
44
Bab 44 : Menjemput Istriku
45
Bab 45 : Keputusan yang Sudah Bulat
46
Bab 46 : Dilema Keputusan
47
Bab 47 : Perpisahan yang Menyakitkan
48
Bab 48 : Firasat Buruk
49
Bab 49 : Kecelakaan
50
Bab 50 : Terbangun dari Koma
51
Bab 51 : Pengungkapan Kebenaran
52
Bab 52 : Kebahagiaan
53
Bab 53 : Seorang Malaikat Kecil
54
Bab 54 : Kemesraan Pasutri
55
Bab 55 : Olahraga Pagi
56
Bab 56 : Kehamilan Kedua
57
Bab 57 : Akhir yang Bahagia (End)~
58
Terima kasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!