"Kak Ken, Terima Kasih sudah mengantar dan menemani ku ke kampus. Maaf jadi merepotkan."
"Tak apa kebetulan kita berdua ada keperluan juga dekat kampusmu, jadi sekalian. Jangan sungkan meminta tolong pada kami. Kita semua saudara, jadi seharusnya saling tolong, kan?!" Daniel tersentak dari lamunannya ketika Kenzo menepuk pelan bahunya. Menatap sedikit bingung lalu tersenyum.
"Benar kata Kenzo. Jangan sungkan meminta pertolongan. Kau istri sepupu kami, jadi kau juga saudara kami."
"Terima Kasih, Kak."
Daniel sempat tertegun melihat senyum manis terukir di bibir cerry Airin. Tak hanya Daniel, Kenzo juga merasakan hal yang sama.
"Airin, jangan tersenyum begitu, kau membuat dadaku berdebar, kau ingin aku dihajar suamimu?!" Candaan Kenzo semakin membuat Airin tertawa lebar. Tanpa mengetahui jika ada seseorang yang terus menatapnya intens.
"Kenapa aku harus menghajar mu? Apa kau menggoda istriku?" Kedatangan tiba-tiba Adnan, membuat ketiganya terkejut.
"Oh. Kau juga di sini? Apa istrimu yang memberitahu mu jika kita di sini?" Kenzo menatap Airin, dan di jawab gelengan dari gadis itu.
"Kebetulan aku ada pertemuan di tempat ini, dan melihat kalian." Adnan mengambil duduk di kursi sebelah istrinya.
"Tuan! Kau sudah makan siang? Ingin ku pesankan sesuatu?" Tanya Airin tersenyum.
Tangan Adnan tergerak mengusap lembut rambut Airin.
"Aku sudah makan sayang. Dan aku juga sudah memesan kopi." Ujar Adnan menampilkan perlakuan yang berbeda.
Senyum Airin mengembang sangat cantik, hatinya menghangat ketika merasakan sifat hangat suaminya yang tidak pernah terjadi, bahkan ini pertama kalinya secara tiba-tiba.
"Daniel, kapan kau datang? Kenapa tak memberi tahu?" Tanya Adnan pada sepupunya.
"Aku datang kemarin. Maaf, karena aku tak bisa datang di pernikahan kalian, jadinya aku tadi minta tolong Kenzo untuk diantar ke mansion kalian, tapi kau tak ada. Kata istrimu, kau sudah ke kantor." Ujar Daniel menjawab.
"Iya. Aku ke kantor pagi-pagi sekali. Dan sekarang kalian pergi untuk makan siang bersama? Tanpa mengajakku?" Gerutu Adnan.
"Tidak Adnan, bukan begitu. Tapi waktu kami ke rumah, ternyata istrimu juga akan ke kampus. Dan kebetulan aku dan Daniel ada keperluan di dekat kampus Airin, jadi sekalian kami antar istrimu, sekaligus menunggunya pulang, ternyata istrimu tak lama, jadi kami sekalian makan siang, lalu kami berniat langsung mengantar istrimu pulang dan ternyata kau datang." Ujar Kenzo menjelaskan.
Adnan tersenyum hangat menatap istrinya.
"Benar itu, Sayang?" Tanya Adnan bernada ramah.
"Iya, Tuan." Jawab Airin selalu mengukir senyum karena senang dengan perlakuan hangatnya. Airin berpikir apakah Adnan sudah berubah dan mulai menerima sebagai istrinya?
Sudah menghabiskan waktu 1 jam untuk mereka berbincang. Adnan segera menyeruput kopinya hingga tandas.
"Sepertinya kami harus pamit. Ayo sayang, ku antar kau pulang dan aku akan kembali ke perusahaan." Ajak Adnan merangkul bahu istrinya.
"Ah, iya... Kak Ken, Tuan Daniel, Terima Kasih makan siangnya. Kami pamit."
"Baiklah, Kalian Hati-hati." Ucap Kenzo
"Sampai berjumpa lagi." Ucap Daniel melambaikan tangannya dadah...
"Iya, Tentu saja." Jawab Airin masih sempatnya meskipun Adnan terus menarik tangannya.
Dan keduanya berjalan berdampingan keluar Cafe.
Darion belum menikah diusianya yang matang untuk menikah, dan ia lolos dari sasaran orang tua yang ingin menikahkannya dengan anak perempuan sahabatnya karena sudah jelas mereka 3 laki-laki bersaudara. Kirana sudah menikah dengan Andra sebagai anak pertama. Anak ketiga, Della masih menjalin hubungan kencan dengan kekasihnya yang bukan berasal dari anak keluarga Sabahat mereka, dan Kenzo masih melajang pula. Apakah kemungkinan besar mereka menjadi sasaran empuk berikutnya yang mengikuti jejak kakak dan adik mereka?!
...***...
Di Mansion Adnan...
BRAK!!!
Adnan menarik pergelangan tangan Airin dan mencengkeramnya sangat erat. Langkah Airin sedikit terseok karena harus menyeimbangi langkah cepat suaminya, bahkan Airin terlihat sedikit berlari.
"Tuan! Tolong lepaskan! Tangan ku sakit." Lirih Airin meringis.
Adnan tidak menjawab. Bahkan langkahnya semakin cepat menaiki anak tangga. Airin yang melihat amarah di wajah Adnan, tidak berani lagi menegurnya. Jujur saja, Airin takut jika suaminya membentaknya karena sejak kecil Airin hidup dengan kasih sayang tidak pernah ada seorang pun yang membentaknya, orang tua, bahkan kakaknya sendiri mereka sangat menyayangi Airin.
Adnan membuka kamar Airin, menyeretnya masuk, dan ditariknya kasar hingga Airin terjerembab di atas ranjang. Airin terus menunduk, tak berani menatap mata suaminya yang telah menatap tajam padanya. Bahkan Airin juga tidak tahu apa yang membuat suaminya semarah ini padanya.
"Siapa yang menyuruhmu keluar rumah tanpa seizin ku? Dan membiarkan orang lain memasuki rumah ku tanpa izin dariku?! Apa kau ingin semua orang tahu jika rumah tangga kita tidak baik-baik saja?!" Bentak Adnan.
Airin terdiam. Dia terlalu takut untuk menjawab. Jari-jari lentiknya tak berhenti memainkan ujung dressnya, kepalanya pun masih terus menunduk.
"JAWAB AIRIN!! APA KAU MENDADAK TULI DAN BISU?! HAH!!"
Airin mengangkat kepalanya karena sangat terkejut dengan bentakan Adnan yang tiba-tiba menatap suaminya dengan wajah memerah penuh amarah. Airin menundukkan kembali kepalanya dirasa pelupuk matanya terasa basah.
"Ti-tidak Tuan, bukan begitu. Hari ini aku memang berencana ingin ke kampus, aku ingin segera menyelesaikan skripsi ku, aku ingin mengatakan padamu tadi pagi, tapi kau terlihat sangat terburu-buru untuk pergi. Dan setelah kau pergi, Kak Ken dan Tuan Daniel datang ingin bertemu dengan kita, tapi kau tidak ada, dan mereka yang mengantarku ke kampus."
"Dan kau pergi dengan mereka tanpa suamimu? Tanpa memberitahu suamimu? Kau ingin mereka berpikiran jika suamimu tak becus menjagamu, dan menelantarkan mu, begitu? Dan kau sengaja agar mereka tahu jika aku tidak bersikap baik padamu? Begitu maksudmu. HAH!!"
Airin menggeleng sebagai jawaban.
"Kali ini ku beri kau kebebasan hanya untuk ke kampus. Tidak ke tempat lain, dan dengan siapapun. Tidak dengan menerima tamu siapapun jika aku tidak di rumah. Mengerti?! Termasuk Daniel dan Kenzo, bahkan kakak ku dan kakak mu sekaligus." Peringatan dari Adnan yang mengekang.
"Ta-tapi, mereka saudaramu. Aku tidak mungkin tidak mengizinkan mereka." Jawab Airin tidak terima.
"Jika kau melanggarnya, dan membuatku kesal. Kau yang akan ku hukum."
"Tapi, kau tidak bisa begitu dengan mereka, apalagi kakak mu aku tak berani."
"JANGAN MEMBANTAH!! Lakukan saja."
Airin terdiam seketika. Tubuhnya menegang, kedua kali suaminya sudah membentaknya.
BRAKK!!!
Airin memejamkan matanya ketika Adnan keluar dari kamar Airin dan menutup pintu dengan sangat keras.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments