Maldives Berada...
"Jangan terlalu percaya diri aku akan sekamar dan seranjang denganmu. Semua ini semata-mata karena atas permintaan Shana. Agar kakak mu dan kakak ku itu tidak cerewet ikut campur dalam urusan rumah tangga kita." Ujar Adnan yang mengetahui gerak-gerik pelayan saat masuk ke dalam hotel karena sepertinya Andra menyiapkan Intel untuk mengawasi mereka.
"Bagaimana dengan wanita itu?" Tanya Airin
"Dia urusanku. Kau tidak perlu ikut campur." Jawab Adnan.
Adnan menatap tajam istri yang berdiri tak jauh di hadapannya.
"Tentu saja aku harus. Aku istri mu! Dan aku lebih berhak atas dirimu. Bagaimana aku diam saja ketika suamiku membawa wanita kedua di acara honeymoon kita berdua?!!"
"Dia orang yang ku cintai sesungguhnya, kau harus encamkan itu. Ia tanggung jawabku. Dan kau, masih orang lain bagiku. Jika kau macam-macam dengan kekasihku, tidak segan-segan aku mengkasari mu!!!"
Airin menatap sendu kepergian suaminya yang keluar kamar dan menutup pintu dengan keras.
Cekrekk!!
"Sayang, Kau kemari? Ada apa?" Tanya Shana yang melihat Adnan datang ke kamarnya.
Adnan memeluknya dari belakang, dan menyandarkan dagunya pada bahu Shana.
"Aku merindukanmu. Kau sedang apa, hum?"
"Aku ingin berenang. Kau ingin ikut?" Ucap Shana.
"Sepertinya itu tidak buruk. Aku akan mengambil baju ganti dulu ke kamar." Jawab Adnan
Menahan tangan Adnan yang hendak melepaskan rangkulannya.
"Tidak perlu sayang... Aku sudah membawa beberapa pakaian untukmu di koperku."
"Kau memang yang terbaik." Ucap Adnan Dengan satu kecupan mendarat di pipi kekasihnya.
Di sisi lain, seorang gadis sedang menerima panggilan telepon.
"Tidak Kak, kami baru saja sampai 2 jam lalu." Bicara Airin dalam telepon.
"Kenapa tidak memberi kabar jika sudah sampai? Jika Kakak tidak menelepon mungkin kau tidak akan memberi kami kabar." Ujar Kirana dalam telepon.
"Maafkan kami tidak sempat mengabari, kami sedang merapikan beberapa barang tadi."
"Baiklah, di maafkan. Lalu, Apa pihak resort sudah memberimu makan? Di mana Adnan? Kakak tidak mendengar suaranya sama sekali."
"Tuan sedang keluar untuk memesan makanan untuk kami." Jawab Airin berbohong dan tidak tahu Adnan pergi kemana.
"Baiklah, Kalian harus menjaga kesehatan agar bisa berbahagia di sana. Bersenang-senanglah!"
"Terima Kasih, Kak."
"Okey. Akan Kakak tutup teleponnya."
Sambungan panggilan terputus. Dan detik ini juga Airin tersadar, jika suaminya sudah satu jam lebih belum kembali ke kamar mereka.
Menjelang Pagi.
Nyatanya Airin ketiduran setelah menunggu suaminya yang tidak kunjung masuk kamar dari semalam. Saat bangun ia terkejut menyadari hari sudah pagi. Ia tertidur dan dibangunkan oleh suara pintu yang terbuka.
Ceklekk!!
Airin menoleh, menatap suaminya yang membuka pintu dan masuk dengan rambut yang berantakan dan muka kusutnya.
Menghampiri Adnan yang membelakanginya dengan melepas jaket dan jam tangannya.
"Tuan! Kau dari mana saja tidak kembali ke kamar semalaman?" Interogasi Airin.
"Tidur." Jawab Adnan singkat dan dingin.
"Tidur?!! Tidur di mana maksudmu?" Tanya Airin.
"Di kamar kekasih ku." Jawab Adnan maksudnya adalah Shana.
Kedua mata Airin melebar menatap punggung suaminya. Mereka bukan sepasang suami istri tapi Adnan begitu berani tidur dengan wanita yang bukan mahramnya. Sudah ada yang sah malah ia anggurkan.
"Kalian tidur bersama se-kamar?" Kejut Airin.
"Hemm..." Jawab Adnan mengangguk pelan. Berbalik badan dan menatap santai istrinya yang masih menatapnya terkejut.
"Kau sendiri yang mengatakan jika kita harus selalu bersama karena di sini ada orang suruhan yang memantau kita. Jika seperti ini bagaimana dengan nasib, Tuan. Mereka pasti sudah tahu jika Tuan tidak bersama denganku kemarin, dan bisa saja sudah melapor pada Kak Andra."
"Tidak penting. Minggir! Aku ingin mandi."
Adnan berjalan melewati Airin yang menunduk menahan sesak hatinya. menyenggol sedikit kasar bahu istrinya, dan berlalu ke kamar mandi.
Tok! tok! tok!
Airin membuka pintu, menampilkan gadis tinggi dan cantik dari balik pintu.
"Apa Adnan ada di dalam?" Tanya Shana yang datang ke kamar Airin.
"Dia sedang mandi." Jawabnya.
"Eemm,,, Baiklah. Aku hanya ingin mengantarkan pakaiannya." Sodor tangan Shana yang membawa pakaian Adnan.
Airin melirik beberapa pakaian di tangan Shana.
"Pakaian Tuan? Kenapa ada padamu?" Tanya Airin.
"Aku sengaja membawakan pakaian untuknya. Dia mengatakan semalam bahwa kau tidak membawa pakaian banyak. Jadi, aku mengantarkan ini." Kata Shana memanasi Airin.
"Tidak perlu. Aku sudah menyiapkan pakaian lebih untuk suamiku."
Airin tidak bohong. Dia memang membawa pakaian lebih untuk Adnan di kopernya. Dia sendiri yang mendapat perintah dari Adnan untuk menyiapkan barang miliknya. Dan dia sendiri diberitahu oleh Andra jika berpergian ke luar negeri, Adnan selalu membawa pakaian sedikit, alhasil ketika di lokasi, dia sering kekurangan pakaian. Akan tetapi bukan Adnan namanya jika tidak memprovokasi.
"Kau bawa saja kembali. Silakan, kau bisa kembali ke kamarmu, aku harus menyiapkan pakaian suamiku." Pinta Airin
"Sombong sekali kau, Ya. Kau pikir aku diam karena bodoh." Gertak Shana akhirnya menunjukkan taringnya.
"Terima Kasih atas perhatianmu. Silakan anda bisa pergi. Aku tutup dulu pintunya. Dadahh... Selingkuhan." Usir Airin dengan terhormat pada Shana dengan berani sedikit memberi bumbu penghinaan.
Belum sampai Shana selesai bicara, Airin sudah memotongnya. Dan setelah memberi salam dan pamit dia segera menutup pintunya pelan.
"Berani sekali wanita itu kali ini. Awas saja! Aku tidak akan tinggal diam. Keberanian mu ini hanya akan bertahan sebentar saja, akan ku pastikan kau kembali diam seribu bahasa." Geram Shana yang marah tidak bisa menerima perlakuan buruk dari orang lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments