Selepas Adnan pergi ke perusahaannya, Airin memutuskan untuk mengunjungi kediaman orang tuanya.
"Kakak, Ayah, Ibu... Aku datang!" Teriak Airin memanggil setiap anggota di rumahnya.
Terdengar langkah seseorang menuruni anak tangga sedikit tergesa-gesa.
"Akhirnya kau pulang juga. Aku sudah menunggumu." Ucap Kakak ketiga Airin yang bernama Della.
"Eoh,, kau di sini? Di mana Kak Kirana?" Tanya Airin menanyakan kakak ke duanya.
Seseorang datang lagi dari arah dapur.
"Kau datang Airin?! Dengan suamimu?" Tanya Kirana pada adik bungsunya.
"Aah, Kakak.. Aku rinduuu..." Airin mendekat dan memeluknya erat kakak perempuan kesayangannya itu berbeda dengan Della karena mereka selalu bertengkar.
Airin adalah anak bungsu dari empat bersaudara. Dan kakak laki-laki sebagai anak pertama.
"Ya ampun, kita baru berpisah semalam sayang..."
"Tapi aku benar-benar rinduuu..." Ucap Airin semakin mempererat pelukan.
Kirana melepas pelukan adiknya.
"Kau datang sendiri? Di mana suamimu?" Tanya Kirana mempertanyakan suami Airin dan itu sudah Airin duga dari awal.
"Aku datang di antar olehnya. Tapi dia harus segera pergi ke perusahaan karena ada keperluan mendadak jadi tidak bisa menemui kalian..." Jawab Airin.
"Oh Baiklah..." Balas Kirana tanpa memperpanjang rasa ingin tahunya lagi toh pertanyaannya sudah terjawab.
"Untuk apa kau datang kesini?" Lontar Della teman bertengkar dengannya saat di rumah.
"Aku?! Ya menemui kalian semua lah. Masa iya menemui kekasih mu." Ujar Airin memancing emosi Della karena kebetulan di sampingnya kedatangan kekasih Della ke rumah.
Jawaban Airin mencibir. Yang berakhir mendapat tatapan tajam dari Della.
Dario dan Kirana sudah memiliki pasangan masing-masing. Kini Airin telah menikah, dan Della tinggal satu-satunya diloncanti Airin mendahului pernikahannya karena ia masih sibuk berkencan dan mengembangkan bisnisnya.
"Aku tidak melihat ayah dan ibu. Apakah mereka tidak mendengar suaraku, ya." Ujar Airin melihat sekeliling rumahnya.
"Kau lupa, ya. Selepas pernikahan mu selesai kemarin, ayah dan ibu harus pergi ke London menghadiri pernikahan anak sahabat mereka." Ujar Kirana mengingatkan dan Airin baru teringat.
Dario. Merupakan nama anak pertama, satu-satunya kakak laki-laki di dalam anggota keluarga mereka.
"Airin? Kau datang?! Bersama Adnan?" Dario datang dari pintu masuk utama. Lagi dan lagi anggota di rumahnya pasti akan menanyakan Adnan.
Airin kembali memeluk kakak pertamanya itu dan Dario membalas pelukan hangat adik bungsunya.
"Iya. Tidak, aku diantarkan tadi." Jawab Airin berbohong, namun dapat dipercayai oleh Dario.
"Kenapa Adnan tidak masuk?" Tanya Dario.
"Tuan Adnan sedang ada urusan mendadak
di perusahaan. Bahkan dia melarang ku pulang sendiri, aku di minta menunggunya yang menjemput, tapi aku akan merepotkan dia dan melarangnya menjemput ku." Ujar Airin yang selalu menjaga harga diri suaminya.
Dario mengusap sayang kepala adiknya dan senang mendengar Adnan memperlakukan adiknya sangat baik.
"Nanti Kakak saja yang akan mengantarmu pulang." Ucap Dario.
Airin mengangguk cepat dengan semangatnya.
"Aku ingin mengambil barang-barang ku yang bisa dibawa." Ujar Airin atas maksud kedatangannya.
"Ayo, Kakak bantu menyiapkan barang-barangnya." Ucap Kirana menawarkan diri.
"Kak Kirana memang Kakak perempuan ku yang terbaik." Ucap Airin mengacungkan jempol.
"Ayo! Aku juga ikut." Timpal Della meninggalkan kekasihnya yang datang jadi sendirian dan merasa gugup tinggal berdua dengan Dario yang akan menjadi kakak iparnya jika setelah menikah.
Della menyusul keduanya yang sudah berjalan menaiki anak tangga.
Dario menatap kepergian ketiganya. Lebih tepatnya menatap adik bungsunya yang mulai saat ini sudah bukan tanggung jawabnya lagi, tapi tanggung jawab suaminya.
...***...
Di Malam Hari...
Ceklek!
Suara pintu terbuka dan tertutup kembali, membangunkan Airin dari tidurnya di sofa menunggu kepulangan suaminya hingga ketiduran. Ia melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 23.30. Segera ia bangun dan bergegas menuju seseorang yang baru saja menutup pintu mansion.
"Tuan, Kau baru pulang kenapa malam sekali? Apa begitu banyak pekerjaan? Bukankah Kak Dario mengatakan kau sudah menyelesaikan semua pekerjaanmu?" Ujar Airin mendekati suaminya.
Bukannya menjawab, Adnan hanya menatap datar istrinya.
"Emm,, kau ingin ku siapkan air hangat untuk mandi? Atau ingin ku siapkan makan malam?" Tanya Airin tidak menyerah.
Lagi dan lagi Adnan tak menjawab. Ia malah melewati Airin melangkah menuju kamarnya.
Airin pun menyerah dan tidak menganggu suaminya lagi yang terlihat sudah memasuki kamar dan mematikan lampunya. Airin pikir Adnan akan tidur dan sebaiknya ia pun kembali ke kamarnya.
Pagi Hari.
Seperti biasa, Airin mulai terbiasa dengan menyiapkan sarapan untuk mereka berdua. Setelahnya, Airin akan menunggu suaminya di meja makan karena sampai saat ini Airin tak berani melanggar untuk mendekati kamar suaminya. Dan beberapa menit kemudian, terlihat suaminya menuruni tangga.
"Tuan, Sarapanlah dulu!" Ajak Airin.
Seperti biasa tak ada jawaban. Adnan malah sibuk dengan ponselnya.
"Aku makan di kantor." Jawab singkat Adnan.
"Tapi aku sudah memasak untukmu. Sarapanlah sedikit saja agar perutmu tidak kosong." Titah Airin.
"Aku tidak memintamu memasak." Ketus Adnan.
"Jika begitu aku akan siapkan bekal untukmu. Tunggu sebentar." Ujar Airin bergegas menyiapkan segalanya.
Airin berlari memasuki dapur kembali.
Tak lama, Airin kembali dengan membawa kotak bekal susun di tangannya yang berisi masakan yang ia bekal untuk Adnan makan.
"Bawalah ini untuk mengganjal perutmu. Atau jika kau ingin sarapan sudah ku siapkan juga di susunan paling bawah berisi sandwich." Kata Airin menyodorkan kotak bekal itu.
Prakk!!
"Aku tak akan sudi memakannya. Dan jangan pernah berharap lebih padaku, karena pernikahan ini tak pernah ku inginkan." Hardik Adnan setelah menghempaskan kotak bekal itu hingga makanannya berhamburan di lantai.
Adnan melangkah mendekati Airin.
"Dengar!! Kau istriku hanya sebatas status. Selebihnya, kau tetap orang lain untukku. Jadi, tetap pada batasanmu yang bukan siapa-siapa untukku." Hardik Adnan lagi.
Setelah berucap, Adnan berlalu pergi begitu saja menginjak makanan yang sudah berhamburan di lantai.
Sedangkan Airin, ia masih menatap kosong pada sisa makanan dan kotak bekal dengan tatapan sedih dan mulai berkaca yang berserakan di lantai akibat lemparan Adnan menepis tangannya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Sri Yanti
cuekin aja Adnan
santai anggap ngak ada y
sabar airinnnn
2023-04-29
1