Keesokan harinya di pagi hari...
Adnan menuruni anak tangga dengan tangan yang sibuk mengancing jas kerjanya. Di ruang tengah ada Airin yang usai menyiapkan sarapan segera menghampiri Adnan.
"Tuan, kau akan berangkat sekarang? Kau ingin sarapan dulu? Aku sudah menyiapkan bekal untukmu." Ujar Airin yang tidak akan pernah bosan menawarkan masakannya sampai suatu saat nanti Adnan ingin memakan sarapan buatannya.
"Aku tidak sarapan, aku sudah terlambat dan aku juga tidak ingin membawa bekal. Berikan saja pada orang lain atau kucing di jalanan."
"Tapi aku menyiapkannya untukmu. Kau bis-..." Ucapan Airin terhenti ketika terdengar suara dering ponsel Adnan.
Adnan mengangkat panggilan masuk.
"Halo... Baiklah. Kau tunggu sebentar lagi aku akan menjemputmu, kita sarapan bersama. Baiklah, sampai jumpa nanti." Jawab Adnan pada panggilan telepon itu. Segera ia menutup kembali ponselnya. Adnan mengambil tas kerjanya yang tergeletak di sofa begitu tergesa-gesa.
"Tuan, tunggu!!" Airin mencekal ujung jas Adnan, membuat Adnan menghentikan langkahnya.
"Kau ingin bertemu siapa? Kau mengatakan tidak ingin sarapan, tapi kenapa kau sarapan dengan orang lain? Bahkan bekal yang ku siapkan juga tidak ingin kau bawa." Gerutu Airin tidak terima.
"Bukan urusanmu! Urus saja urusan mu sendiri. Jangan pernah mencampuri urusan ku." Hardik Adnan. Ia menepis tangan Airin dari jasnya dan melangkah cepat keluar mansion.
"Tuan Adnan... Hati-hati.." Lirih Airin meskipun ia dimaki habis-habisan dan meski hatinya terluka, bibirnya tetap tersenyum mengantar kepergian suaminya, walaupun suaminya tak melihat.
...***...
"Kemana kita?" Tanya Adnan sambil mengendarai mobilnya menelusuri jalan raya yang ramai kendaraan setelah menjemput seseorang. Entah siapa dia, karena mereka terlihat saling memegang tangan meskipun Adnan sibuk memegang setir mobil.
"Terserah kau saja, aku ikut saja. Bukankah kau yang mengajaknya." Jawab orang yang ada di jok sampingnya. Suaranya terdengar khas mengidentifikasi sebagai wanita.
Kepala si wanita perlahan bersandar pada bahu Adnan.
"Aku merindukanmu, Adnan, Sangat! Padahal baru kemarin kita bertemu." Ucapnya entah siapa.
"Aku sama hal nya denganmu, Sayang. Aku akan segera menyelesaikan ini agar kita bisa terus bersama."
"Iya Adnan. Aku akan menunggumu."
Setelah sampai di sebuah Restaurant yang sering mereka kunjungi dulu. Mereka memesan makanan yang sama, mereka sangat mesra dan romantis dengan Adnan yang menyuapi makan pada wanita bersama dengannya itu.
Setelah mereka selesai sarapan, Adnan kembali mengantarkan sang wanita itu ke rumahnya. Sedangkan Adnan langsung pergi ke perusahaan dengan datang lebih siang dari hari biasanya.
...***...
Ding... dong... Ding... dong..
Di sisi lain, Airin masih sedang bersiap di rumah ingin pergi ke kampus pun menjadi kalang kabut karena suara bel yang terus saja berbunyi. Terpaksa ia harus turun dan membuka pintu terlebih dahulu.
Pintu terbuka dari dalam, hanya terbuka setengah. Dia berjaga-jaga jika yang bertamu adalah penjahat. Kepala Airin mengintip di balik pintu, dengan setengah badan yang berada di belakang pintu. Mengintip, tamu siapa yang tiba-tiba datang menganggu aktivitasnya di pagi hari.
"Siapa sebenarnya? Tidak sabar sekali menekan bel nya." Gerutu Airin terganggu.
Ceklek!
Hai!
Mereka saling menyapa. Menampilkan dua orang laki-laki dihadapannya yang merupakan Kakak Ipar Airin bernama Kenzo dan satu pria lain di sebelahnya entah siapa.
"Oh Airin, Apa kau akan pergi?" Terkejut Kenzo yang merupakan anak kedua keluarga Miller.
"Kak Ken?!" Tegun Airin cukup terkejut.
"Kau akan pergi kemana Airin?" Tanya Kenzo.
"Aku akan ke kampus." Jawab Airin tersenyum.
"Bukankah kau masih cuti beberapa hari lagi?" Kata Kenzo
"Aku ingin mengurus skripsi ku agar cepat selesai." Jawab Airin.
"Apa kita akan terus bicara di depan pintu begini? Kau tak menyuruh tamu mu masuk?" Ketus pria di sampingnya hanya bercanda karena ia terlihat tersenyum.
"Agh Iya... Maafkan aku. Mari masuk!" Ajak Airin. Ia meninggalkan tamunya di ruang tamu. Tak lama Airin kembali dengan nampan berisi tiga gelas teh hangat.
"Silakan Kak Kenzo, dan Tuan di minum!" Ujar Airin.
"Terima Kasih..." Jawab Kenzo dengan senyum terlihat giginya.
"Airin, Selamat atas pernikahan mu dan Adnan. Maaf aku tak bisa datang karena terhambat pekerjaan." Ujar Kenzo.
"Tidak apa kak, Terima kasih atas ucapannya. Itu sudah lebih dari cukup." Jawab Airin
"Dan ya, Tadi kau mengira jika pria di samping ku ini adalah teman ku, ya. Itu salah Airin, karena dia adalah sepupu kami. Kau masih ingat tidak? Namanya adalah Daniel." Pungkas Kenzo mengenalkan pria di sampingnya.
Airin sangat terkejut kala mengetahui pria yang ada di samping kakak iparnya itu merupakan sepupu dari suami dan kakak-kakak iparnya.
"Dia datang untuk memberikan selamat padamu sekaligus juga dengan ku karena kami tidak sempat menghadiri pernikahan kami." Ujar Kenzo.
"Agh Maaf... Aku benar-benar sudah membuat kesalahan besar. Maafkan saya Tuan Daniel." Kata Airin merasa sangat bermasalah.
"Panggil aku Daniel saja. Sepertinya kita seumuran." Ucap Daniel.
"Tidak Tuan, itu tidak sopan menurutku. Kelihatannya kau lebih tua dariku." Ujar Airin.
"Hanya dua tahun lebih tua dari mu. Benarkan, Kenzo..." Ucap Daniel berbalik bertanya untuk memintakan pendapat.
"Terserah saja. Senyaman mu memanggil dia apa. Kalian atur saja berdua mengenai panggilan." Balas Kenzo. Dan ia kembali bertanya pada Airin perihal keberadaan Adnan.
"Airin, Adnan belum bangun? Kenapa belum terlihat?" Tanya Kenzo.
"Dia sudah berangkat ke perusahaan, Kak." Jawab Airin.
"Ke Perusahaan?!! Bukankah harusnya dia masih cuti." Pekik Kenzo tidak menyangka adiknya itu melewati hari bersama sebagai pengantin baru.
"Mungkin pekerjaannya banyak, sehingga tidak bisa ditinggal terlalu lama dan ia sendiri nanti yang akan kewalahan." Ujar Airin membela.
"Ckk... Orang itu!" Kesal Kenzo sampai mengepal tangannya.
Perbincangan pun masih berlanjut tapi tidak terlalu lama karena Airin harus pergi ke universitas tempatnya berkuliah S2. Kebetulan di sana ada Kenzo dan ia bersedia mengantar Airin ke kampusnya.
...***...
Ceklek!
"Presdir, Ayo kita makan siang." Ajak Asisten Pribadinya.
"Aku sudah makan." Jawabnya singkat dan dingin.
"Kapan?" Tanya Asistennya cerewet
"Baru saja..." Jawabnya lagi singkat tanpa ingin berbasa-basi.
"Apa istrimu membawakan bekal untukmu? Perhatian sekali istrimu."
"Presdir, apa masih ada yang perlu saya kerjakan?" Sela Shana sebagai sekretaris yang masih ada di sana.
"Sudah tidak. Kau bisa kembali ke tempat mu." Jawab Adnan pada Shana.
"Jika begitu saya permisi."
"Hemm... Jangan lupa pulang nanti kau ke ruanganku terlebih dahulu."
"Baik Presdir. Saya permisi..." Shana keluar dari ruangan Adnan.
"Kenapa kau membahas tentang istriku di sini?" Cerca Adnan kala sudah memastikan jika tidak ada siapapun lagi di sana.
"Kenapa? Apa yang salah? Bukankah wajar jika aku membahas istrimu?! Kecuali aku membahas istri orang lain denganmu itu baru salah." Ucap Sang Asisten yang tidak kenal takut pada atasannya itu.
"Tapi ini di kantor. Jangan membawa-bawa nama keluarga di sini?"
"Kau saja yang kolot. Para karyawan pun sudah tahu kau pria beristri. Sudah, aku pergi dulu. Ingin makan siang, lapar." Ujar Asistennya sering sekali mereka berdebat.
"Pergi saja sana!!" Kesal Adnan mengusir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments