8. Pagi Hari Albra dan Alan

Hari sudah berganti, Albra memutuskan untuk membawa Alan pulang keapartemennya kemarin. Untuk membawa Alan pulang keapartemennya bukanlah hal yang mudah, ia harus berdebat terlebih dahulu dengan Frans tentang kemana Alan pulang. Tentu saja Frans tidak mengizinkan Alan untuk pulang ke rumah ayahnya, Frans hanya ingin cucunya pulang ke rumah mereka, rumah yang Frans tinggali bersama Albra dan Ian tentu saja.

Dengan perdebatan yang cukup panjang, akhirnya Albra bisa membawa Alan menuju apartemennya. Ia hanya ingin menjaga anak sematawayangnya itu agar baik-baik saja, apalagi Alan baru mengalami hal yang mengerikan kemarin.

Di pagi hari seperti biasanya, tanpa seorang pembantu, Albra mulai membersihkan kamarnya dengan cara memvakum debu-debu yang ada dikamarnya. Albra menyukai kebersihan dan kerapihan, ia tidak bisa meninggalkan apartemennya dengan keadaan berantakan. Tidak hanya kamarnya saja, ia pun membersihkan setiap sudut rumahnya dengan alat yang sama.

Selesai membersihkan tempatnya, rutinitas Albra selanjutnya adalah menghangatkan masakan yang sudah disediakan oleh chef-nya. Mengapa Albra tidak memasak sendiri? Dikarenakan ia tidak memiliki skill memasak, ia bisa memasak, namun rasanya tidak memuaskan.

“Alan sudah bangun atau belum? Dia mau makan telur atau ayam ya?” tanya Albra kepada dirinya sendiri. Albra membandingkan kedua makanan itu karena Alan menyukai telur dan daging ayam, bahkan makanan sehari-hari Alan hanya itu saja.

“Pa …” suara serak terdengar ditelinga Albra. Ada Alan yang baru saja keluar dari kamarnya sambil menggaruk-garuk rambutnya.

“Hai, selamat pagi. Badan kamu masih terasa sakit?” tanya Albra sambil menghampiri Alan yang terdiam di depan pintu kamarnya.

Albra menggendong Alan dengan lembut dan membawanya menuju kursi meja makan.

“Hanya sedikit,” jawabnya sambil mencoba untuk membuka matanya dengan lebar.

Albra tersenyum melihat tingkah laku anaknya yang sangat lucu. “Tidak perlu dipaksakan, nanti mata kamu sakit, Alan,” ucap Albra sambil menuangkan segelas air kedalam cangkir berwarna biru dan memiliki karakter penguin untuk alan.

“Pa … kenapa Papa tidak tidur dengan aku?” tanya Alan setelah selesai meminum airnya.

Albra yang hendak berjalan menuju lemari es pun tertahan. “Papa tidur dengan kamu. Jam dua belas tadi, Papa lupa kalau harus mengirim laporan, makanya Papa pindah menuju kamar Papa sendiri,” jelas Albra agar tidak mengecewakan anaknya.

Alan mengangguk. “Iya, Pa.”

Mengobrol pagi menjadi rutinitas keseharian Albra dan Alan. Jika di rumah Frans, di pagi hari seperti ini, Albra, Ian, Alan dan juga Frans akan mengobrol di ruang makan sambil sarapan pagi sebelum mereka memulai aktivitas keseharian mereka.

“Jam berapa ini, Pa? Aku belum bersiap pergi kesekolah,” kata Alan yang belum mengerti bagaimana cara membaca jam.

“Oh iya. Papa lupa memberitahu kamu. Sekolah diliburkan satu minggu, dan kamu akan kembali bersekolah di hari senin besok,” kata Albra memberitahu.

“Libur? Aku ingat, kemarin bu guru tidak mengatakan libur.”

Suatu waktu seperti ini, kadang Albra merasa aneh mengapa Alan sangat pandai sekali berbicara diumurnya yang masih sangat belia ini. Namun begitu, Albra juga merasa senang dan yang perlu ia lakukan jika seperti itu hanyalah menjawab semua pertanyaan-pertanyaan yang keluar dari mulut Alan.

“Kamu ingat kejadian yang kemarin?” tanya Albra sambil menyiapkan sarapan mereka.

“Iya, sangat ingat,” jawab Alan.

“Karena ada kejadian kemarin, sekolah meliburkan anak muridnya. Takut, hal serupa terjadi lagi.”

“Libur sangat panjang, Pa?”

“Emm … tidak terlalu panjang. Nanti Papa beritahu jika kamu masuk sekolah lagi,” jawab Albra.

Alan cukup paham kini ia pun mengangguk-anggukan kepalanya. “Kamu mau sarapan dengan apa?” tanya Albra yang masih bingung.

“Emm … aku suka sandwich telur buatan Papa,” kata Alan sambil tersenyum dengan lebar.

“Tentu, Tuan. Akan saya buatkan,” jawab Albra yang mengundang gelak tawa Alan.

Seperti itulah keseharian di pagi hari antara Albra dan Alan. Terlihat, jika Albra sangat kaku dan tidak bisa mengekspresikan kelucuan di depan anaknya. Namun ada saja salah satu tingkah Albra yang mengundang gelak tawa anaknya, padahal Albra tidak sedang melucu.

Jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi, selesai dengan semua aktivitas pagi mereka, kini Albra membawa Alan untuk pergi kekantornya bersama. Ia tidak ingin meninggalkan Alan sendiri dirumah karena Alan masih sangat-sangat kecil, khawatir terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Dengan membawa satu mainan yang sangat besar, dan beberapa mainan yang Alan simpan di dalam tasnya, kini mereka pun berjalan di lobby kantor untuk bisa sampai ke lantai 7, tempat dimana ruangan kantor Albra berada.

Banyak sekali para karyawan yang secara terang-terangan memperhatikan Albra dan Alan. Keduanya memiliki pesona yang sangat-sangat memancar. Tak heran, banyak juga para pegawai yang mencuri perhatian Albra ketika sedang diperusahaan, pesona duda kaya seperti Albra ini, memang tidak ada duanya.

“Why? Apakah ada yang salah dengan aku?” tanya Alan yang merasa risih diperhatikan oleh semua orang yang ada di sana.

“Kamu tampan, makanya orang memperhatikan kamu.”

“Really? I think so ….”

Albra terkekeh sebentar mendengar jawaban dari Alan. Setelah beberapa waktu, mereka sampai di ruangan yang menjadi kantor bekerja Albra. Alan langsung berlari menuju sofa untuk mulai bermain dengan mainan yang ia bawa dan Albra kini mulai membuka beberapa laporan yang sudah menumpuk dimejanya.

Pintu ruangan terbuka, tak lama Ian datang dan berlari dengan heboh menuju Alan.

“Whats up, Bro!” sapanya dengan girang.

“Syut, berisik sekali mulut kamu,” jawab Alan yang mengundang tawa Albra. Tak heran jika Alan dan Ian disatukan ditempat yang sama, keduanya pasti saja berdebat.

“Yeu … anak siapa sih Lo, baru aja di sapa,” kesal Ian yang kini memilih duduk disebelah Alan.

“Kamu harusnya bekerja, Ian. Lihat Papaku, dia sangat-sangat rajin,” ucap Alan yang membangga-banggakan Papanya.

“Ya ya ya … aku tidak mau berdebat dengan kamu,” jawab Ian. Tujuannya ke sini adalah untuk memberikan laporan kepada Albra.

Ian datang menghampiri Albra dan memberikan tabnya.

“Kenapa?” tanya Albra setelah melihat layar tab Ian.

“Foto kasur,” jawab Ian.

“Lalu?”

“Ck! Gak anak, gak bapak. Dengar ya … Qyen ngebalikin kasurnya, Gue gak tau kenapa itu bisa sampe di sini lagi,” jelas Ian.

“Qyen? Ada apa dengan Qyen?” tanya Alan yang sedikit ingin tahu.

Albra melebarkan matanya, memberi kode kepada Ian, untuk berhati-hati jika menyebut nama Qyen di depan Alan. Jika sudah seperti ini, dan Alan kembali teringat dengan Qyen, ia tidak tahu harus menjawab apa.

“Tidak, hanya laporan kemarin,” jawab Ian dengan santai, untungnya saja Alan menjawabnya dengan cara mengangguk.

“Kirim kembali,” kata Albra.

“Lo liat baik-baik, Albra. Nama pengirimnya bukan Qyen, dan Qyen gak tau dimana perusahaan kita, karena kita ngirim kasur ini atas nama tokonya.”

Setelah mendengar penjelasan dari Ian, Albra pun mengambil alih tablet Ian dan melihat dengan seksama foto tanda pengirim yang terlihat di sana.

“Fin Ghazi? Suami Qyen?” tanya Albra.

Ian menggeleng. “Bukan, dia bukan suami Qyen, ataupun pacar, adik dan sebagainya,” jawab Ian dengan berbisik.

“Jadi dia siapa?”

Entah kenapa Albra sangat ingin tahu tentang hal ini, padahal pekerjaannya sangat banyak.

“Gue gak tau kenapa kasur yang udah kita kirim untuk Qyen, dikembalikan dengan nama pengirim yang berbeda apalagi dia tahu dimana perusahaan kita,” jawab Ian dengan lugas.

Albra mengangguk mengerti. “Kamu yang kirim langsung sekarang juga,” perintah Albra kepada Ian.

Albra terdiam sebentar, mengapa hal yang menyangkut Qyen kini sangat mempengaruhi pikirannya? Bahkan hal kecil seperti ini saja, membuat Albra berpikir beberapa kali, bahkan perasaannya sangat tidak nyaman.

Alan berlari kearah Ian ketika pamannya itu pergi. “Ian, kamu mau pergi ke rumah Qyen? Aku mau ikut,” kata Alan sambil berteriak.

“Alan, Ian tidak pergi kemana-mana, ia melanjutkan kembali pekerjaannya,” ingat Albra kepada Alan dan menghampiri anak kecil itu untuk menjelaskan keadaan yang ada.

Alan sedikit kecewa mendengar kebohongan ayahnya. Padahal dengan telinganya sendiri Alan mendengar jika Albra dan Ian membicarakan Qyen dibelakangnya.

“Padahal aku cuma mau ketemu Qyen …” keluhnya dengan sedih.

Di sisi lain, saat ini Qyen tengah menghitung pemasukan uangnya di minggu ini, ia sangat bersyukur karena banyak sekali pembeli yang membeli buahnya.

Sama seperti pagi hari sebelum-sebelumnya, pagi hari Qyen ketika membuka tokonya pasti akan disambut oleh kedatangan Fin, namun berbeda dengan hari ini, Fin datang dengan wajah yang tidak mengenakan dan sedikit berbicara kepada Qyen.

Bahkan saat ini pikiran Qyen terganggu dengan sikap Fin yang menyuruhnya untuk mengembalikan paket yang dikirimkan oleh Ian kepadanya. Fin tahu tentang paket itu, karena Qyen menyimpannya di depan toko, ia belum sempat memindahkannya sebab paket itu sangat besar.

Sedikit percakapan yang Qyen ingat ketika pagi tadi dengan Fin.

“Kembalikan paketnya. Kamu tidak akan tahu bagaimana sikap seseorang, apalagi kamu baru bertemu dengan mereka hanya beberapa jam saja. Saya tidak mau kamu berurusan dengan orang-orang tinggi seperti mereka.”

“Kenapa? Kayaknya ini Cuma hadiah kecil saja deh.” Qyen masih bisa menanggapi jika pemberian paket dari Ian adalah hadiah, namun sepertinya tanggapan Fin berbeda, ia terlihat cukup marah dan Qyen sangat aneh melihatnya.

“Tidak. Itu bukan hadiah, saya sudah berurusan dengan orang-orang tinggi seperti mereka dan mereka berbeda. Kembalikan saja, pakai nama saya.”

Seperti itulah cerita singkat percakapan antara Qyen dan Fin dipagi hari ini. Qyen merasa aneh, namun ia mencoba untuk bisa berpikir dengan positif. Sampai, lamunananya buyar karena ada seorang laki-laki muda yang datang menghampirinya dengan senyum lebar. Ya, Qyen ingat, dia adalah Ian, adik dari Albra.

“Hai, Qyen. Apa kabar?”

Episodes
1 1. Qyen Fayre
2 2. Albra
3 3. Malam Qyen dan Alan
4 4. Pertemuan Pertama
5 5. Kejadian Yang Tidak Pernah Terbayangkan
6 6. Istri Bapak Dimana?
7 7. Perdebatan Albra
8 8. Pagi Hari Albra dan Alan
9 9. Kembali Bertemu
10 10. Malam Bersama
11 11. Kekacauan Yang Dibuat Albra
12 12. Surat Dari Qyen
13 13. Masalah Yang Cukup Serius
14 14. Beban Seorang Anak Kecil
15 15. Menyelamatkan Qyen
16 16. Sayap Pelindung Qyen
17 17. Menghadap Tuan Besar
18 18. Alan Yang Menghilang
19 19. Sedikit Perhatian Albra
20 20. Membela Qyen
21 21. Ketika Albra bercanda
22 22. Drama aneh
23 23. Perlakuan Hangat Albra
24 24. See You
25 25. Waktu 20 Menit
26 26. Bisa Kembali Bermain
27 27. Perasaan Aneh
28 28. Qyen yang terjebak
29 29. Menemukan Qyen
30 30. Malam yang tak pernah terbayangkan
31 31. Setelah malam panas
32 32. Ingin mencoba untuk mencintai
33 33. Flashback
34 34. Kehidupan baru bersama Qyen
35 35. Ancaman Frans
36 36. Dua Test Pack
37 37. Hamil?
38 38. Pertarungan sengit
39 39. Kehidupan baru
40 40. Happy
41 41. Bertemu kembali dengan dia
42 42. Trauma hebat
43 43. Keanehan keluarga Max
44 44. Perdebatan sengit
45 45. Flashback (Frans)
46 46. Hampir menyrah?
47 47. Meluluhkan hati Frans
48 48. Sedikit pengakuan Frans
49 49. H-1 Pernikahan
50 50. Pernikahan
51 51. Kehidupan setelah menikah
52 52. Siapa wanita itu?
53 53. Masalalu Albra
54 54. Ibu kandung Alan
55 55. Kesempatan untuk Fin
56 56. Qyen kemana?
57 57. Alan malang
58 58. Makan malam bersama Frans
59 59. Dan terjadi lagi ....
60 60. Kembali damai
61 61. Sisi lain Albra
62 62. Holidayyy
63 63. Pacaran
64 64. Ingatan kecil Albra
65 65. Dimana keluarga Qyen?
66 66. Alan menghilang
67 67. Alan dan Ibu kandungnya
68 68. Gagal jadi makcomblang
69 69. Albra dan Frans
70 70. Pelukan hangat untuk Frans
71 71. Malam hangat
72 72. Senyum kecil Frans
73 73. Kejadian Frans
74 74. Bergelut dengan pikiran
75 75. Curhatan kakak beradik
76 76. Perhatian kecil Frans
77 77. 'Panggil saya Papa'
78 78. Satu langkah lebih maju
79 79. Kelurga Qyen
80 80. Terungkap
Episodes

Updated 80 Episodes

1
1. Qyen Fayre
2
2. Albra
3
3. Malam Qyen dan Alan
4
4. Pertemuan Pertama
5
5. Kejadian Yang Tidak Pernah Terbayangkan
6
6. Istri Bapak Dimana?
7
7. Perdebatan Albra
8
8. Pagi Hari Albra dan Alan
9
9. Kembali Bertemu
10
10. Malam Bersama
11
11. Kekacauan Yang Dibuat Albra
12
12. Surat Dari Qyen
13
13. Masalah Yang Cukup Serius
14
14. Beban Seorang Anak Kecil
15
15. Menyelamatkan Qyen
16
16. Sayap Pelindung Qyen
17
17. Menghadap Tuan Besar
18
18. Alan Yang Menghilang
19
19. Sedikit Perhatian Albra
20
20. Membela Qyen
21
21. Ketika Albra bercanda
22
22. Drama aneh
23
23. Perlakuan Hangat Albra
24
24. See You
25
25. Waktu 20 Menit
26
26. Bisa Kembali Bermain
27
27. Perasaan Aneh
28
28. Qyen yang terjebak
29
29. Menemukan Qyen
30
30. Malam yang tak pernah terbayangkan
31
31. Setelah malam panas
32
32. Ingin mencoba untuk mencintai
33
33. Flashback
34
34. Kehidupan baru bersama Qyen
35
35. Ancaman Frans
36
36. Dua Test Pack
37
37. Hamil?
38
38. Pertarungan sengit
39
39. Kehidupan baru
40
40. Happy
41
41. Bertemu kembali dengan dia
42
42. Trauma hebat
43
43. Keanehan keluarga Max
44
44. Perdebatan sengit
45
45. Flashback (Frans)
46
46. Hampir menyrah?
47
47. Meluluhkan hati Frans
48
48. Sedikit pengakuan Frans
49
49. H-1 Pernikahan
50
50. Pernikahan
51
51. Kehidupan setelah menikah
52
52. Siapa wanita itu?
53
53. Masalalu Albra
54
54. Ibu kandung Alan
55
55. Kesempatan untuk Fin
56
56. Qyen kemana?
57
57. Alan malang
58
58. Makan malam bersama Frans
59
59. Dan terjadi lagi ....
60
60. Kembali damai
61
61. Sisi lain Albra
62
62. Holidayyy
63
63. Pacaran
64
64. Ingatan kecil Albra
65
65. Dimana keluarga Qyen?
66
66. Alan menghilang
67
67. Alan dan Ibu kandungnya
68
68. Gagal jadi makcomblang
69
69. Albra dan Frans
70
70. Pelukan hangat untuk Frans
71
71. Malam hangat
72
72. Senyum kecil Frans
73
73. Kejadian Frans
74
74. Bergelut dengan pikiran
75
75. Curhatan kakak beradik
76
76. Perhatian kecil Frans
77
77. 'Panggil saya Papa'
78
78. Satu langkah lebih maju
79
79. Kelurga Qyen
80
80. Terungkap

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!