Aku berpikir bahwa aku dan, kakak harus menjalani hidup ini. Untuk terus bertahan hidup, sampai mautku dan kakak tiba, oleh makhluk itu. Karena kami hanya menunggu kematian.
"Kak ayo kita lanjutkan berkebun" kataku.
"Ayo, eh sepertinya, kakak kadang-kadang saja membantu mu berkebun arya, karena sekarang kakek sudah tidak ada maka biar aku yang mencari kayu bakar" kata kakakku.
"Tidak! jangan kakak, sekarang aku sudah kehilangan kakek, aku tidak mau kehilangan mu kakak, aku takut jika kehilanganmu, aku hidup sama siapa" tanyaku sambil memeluk pinggang kakakku.
"Hmm baiklah kalau begitu, Mari kita berkebun" kata kakak.
Lalu aku dan kakak ku pergi berkebun, dan di siang hari kami istirahat dan berbincang-bincang. Lalu kakakku mengingat sesuatu waktu yang terjadi padaku kemarin, dan menanyakan padaku.
"Oh ya arya, waktu itu, pas kemarin kau berlari saat pulang ke rumah dan teriak-teriak, saat itu apa yang terjadi?" tanya kakak.
Padahal aku sudah tidak mau membahas yang beginian lagi. Karena hal yang seperti itu hanya membuatku takut, dan takut. Tapi karena kakak bertanya padaku, maka aku harus memberitahunya.
"Waktu itu kan aku minta izin ke kakak untuk pergi ke rumah Nopal, saat aku kesana kata Nopal ayahnya sudah mati, dan ada mayat ayahnya di rumah, benar seperti apa yang kakak katakan, jika kita keluar rumah pada malam hari maka ada mayat di rumah di pagi hari" kataku.
"Kasihan si Nopal ayahnya sudah mati, lalu apa yang membuatmu lari terbirit-birit, dan berteriak?" tanya kakakku lagi.
"Kalau soal itu, saat aku di perjalanan pulang dari rumah Nopal aku melihat ke atas dan di atas itu ada kepala seseorang yang tersangkut diantara ranting pohon, dab kepala itu melotot ke arahku, kak" kataku.
"Hiiy, ngeri banget, mulai sekarang kamu jangan pergi jauh-jauh ya, ataupun masuk ke dalam hutan" kata kakak.
"Iya kak, lagian juga aku tidak berani" kataku.
Lalu kami pun melanjutkan berkebun kami, dan saat hari mulai Maghrib. kami duduk-duduk dulu di luar sambil menikmati pemandangan. saat kami sedang menikmati pemandangan aku melihat ada benda putih berdiri jauh di bukit, yang kira-kira jarak antara kami dan bukit itu 10 km. Lalu aku memanggil kakakku.
"Kak... itu di bukit itu ada benda putih putih, apa kakak melihatnya" kataku.
"Eh iya apa ya itu? sebelumnya benda putih itu tidak ada kan? siapa yang menaruhnya di bukit itu, bukannya di sana tidak ada penghuninya" kata kakakku.
"Iya kak, Penghuni terdekat saja hanya kita di sini" kataku.
Kami memandangi benda putih itu terus menerus. Tak lama benda putih itu turun dari bukit, dan sekarang sedang di tengah bukit.
"Eh kok, benda putih itu turun, sebenarnya itu apa sih" kata kakakku.
"Aku tidak tahu kak, mungkin benda itu jatuh terbawa angin atau ada seseorang disana" kataku.
Kami masih memandangi benda putih itu. Tak lama kemudian benda itu turun dan berada di permukaan. Hari mulai gelap, dan kakakku mengajakku berlari masuk ke dalam rumah.
"Arya, arya lari cepat, ini bahaya cepat arya, sebelum benda itu datang ke sini" kata kakakku.
Aku melihat kakakku, mata kakak melotot seperti sedang ketakutan, dan berkeringat dingin. Lalu aku mengikuti kakak dan berlari masuk ke dalam rumah.
"Ada apa kak?" kataku, aku tidak tahu apa-apa, mungkin pertanda buruk.
"Sudah lari saja secepat mungkin, cepat arya, cepat" kata kakakku.
Lalu aku pun berlari, dan masuk ke dalam rumah bersama kakak. Dan kakak langsung menutup pintu dan menguncinya, nafas kakak menjadi tidak beraturan. Sedangkan aku biasa saja, karena tidak tahu apa-apa.
"Kak, kakak sebenarnya apa yang terjadi? tiba-tiba menyuruhku masuk rumah dan berlari" kata ku bingung.
"Perasaan kakak tidak enak, karena benda putih itu, rasanya benda putih itu seperti melihat kita dan mengikuti kita arya, apa kau tadi tidak lihat" kata kakakku.
"Aku lihat, tapi kan tidak mungkin dia mengikuti kita, dan turun dari bukit" kataku.
"Arya sudah kakak bilang, kalau di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin, apa lagi di hutan yang angker seperti ini, coba saja aku tak lahir di sini, dan tinggal di keluarga yang tinggalnya di kota" kata kakak.
Aku juga memikirkan yang sama seperti kakak, mungkin, betapa enaknya tinggal di daerah kota. Tak menyeramkan, dan tak ada yang membuat ku takut seperti ini. Rasanya aku jadi menyesal hidup seperti ini.
Setelah itu kakakku melihat ke jendela, dan tiba-tiba dia terjatuh. Setelahku periksa ia pingsan, dan aku pun melihat keluar jendela, aku melihat mayat busuk yang di selimuti kain kafan, dan tidak bermata. Aku sangat kaget, rasanya jantungku mau copot, dan aku segera menutup jendela itu, dan menyeret kakakku ke kamar.
Aku sangat panik, apakah ini hari terakhirku. Tapi sebelum itu makhluk itu berkata kepadaku, dengan suara yang berdengung di telingaku, sampai sekarang. Dia berbicara kepadaku seperti ini.
"Kematian menunggumu"
Lama-kelamaan aku merasakan pusing, dan tak kuat berdiri. Dan akhirnya aku juga pingsan, dan terjatuh di lantai. Setelah aku bangun ternyata hari sudah pagi, tapi kakakku belum sadar dari pingsannya. Aku menggoyangkan tubuh kakakku, dan akhirnya ia terbangun.
"A-arya...ka-kamu tadi lihat kan?" tanya kakakku dengan tergagap-gagap.
"Iya kak, aku melihatnya, lalu sekarang kita bagaimana kak? apakah kita harus keluar berkebun?" tanyaku.
"Bi-biar kakak cek di luar, kamu tunggu saja di sini ya? pokoknya jangan kemana-mana" kata kakakku.
Lalu aku menganggukkan kepalaku, dan kakak bersiap untuk membuka pintu. aku lihat tangan kakakku gemetaran, dan akhirnya ia membuka pintu, dan tidak ada siapapun.
"Sepertinya di luar aman, arya ayo kita berkebun lagi" kata kakak.
Lalu aku pergi keluar, dan ternyata benar makhluk itu tidak ada. Di pikiranku aku berpikir mungkin jika di pagi hari tidak ada makhluk seperti tadi, dan jika di malam hari akan ada.
Dan kami berkebun lagi, dan lagi, karena hanya itu saja yang membuat kami bertahan hidup di hutan ini. Kami sudah tidak melihat benda putih itu selama beberapa hari ini. Sepertinya keadaan sudah kembali normal. Aku ingin bertemu teman ku, dan aku meminta izin kepada kakakku.
"Kak, apa aku boleh pergi ke rumah temanku?" tanyaku.
"Boleh asal kamu sama kakak perginya, dan ingat ini, kalau kamu ingin pergi harus bilang ke kakak, dan harus bersama kakak" kata kakakku.
Lalu aku menuruti perintah kakak, dan kami pun pergi ke rumah temanku, Nopal namanya. Saat kami sampai aku mengetuk pintu rumahnya, tetapi tidak ada balasan seperti suara, ataupun membukakan pintunya untuk kami.
Bersambung...
Hallo semuanya, author minta dukungan dari kalian dong, tolong like, dan share ke teman kalian ya, mohon bantuannya, terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
maya ummu ihsan
sebenarnya semua manusia ya menunggu kematian
2022-09-20
1
Siti Fatimah
ceritanya makin menarik.
2021-04-12
1
Liani.
penasaran, spa yg seenaknya mmbunuh orang ya 😠
2020-11-23
1