Waktu sudah beranjak sore, saat nya mereka menyiapkan diri untuk menyambut malam dalam dingin nya daerah puncak.
"Guys. sekarang kita bagi tugas ya, Amel sama Tia dan Riri mencari kayu kering, sedangkan Mila mengambil air di sungan sama Fara dan Naya," ucap ketua kelompok mereka memberikan arahan pada semua teman teman nya untuk mengambil tugas masing masing.
Karna hari sudah semakin sore, Tia dan Amel serta Riri bergegas masuk kedalam hutan untuk mencari kayu bakar, ketiganya berjalan beriringan.
"Guys, kita berpencar ya." ucap Amel mengintruksi.
"Oke," ucap keduanya kompak.
Ketiganya langsung berjalan berlawanan, Tia penuh dengan semangat meraih batang kayu yang terlihat kering, sudah cukup banyak kayu yang ia dapat, tapi dia masih terus mencari hingga tanpa sadar sudah berjalan begitu jauh dari kedua teman teman nya.
Tia melihat kayu di tangan nya lalu tersenyum, " Mungkin ini sudah cukup." gumam nya sembari tersenyum.
Dirasa sudah cukup, Tia segera kembali, tapi tanpa sadar dia malah berjalan bukan arah kembali ke tenda melainkan ke arah lain yang menuju hutan liar, Tia semakin bingung sudah lama berjalan namun tak kunjung sampai.
Semakin lama Tia berjalan semakin jauh pula dia dari teman teman nya, Tia sudah merasa takut, keringat dingin mulai terlihat di kening dan leher jenjangnya, rasa panik perlahan melanda, Tia semakin ketakutan saaat matahari mulai beranjak turun di ufuk barat, di tambah lagi suara suara aneh dari bunyi hewan liar dari kejauhan.
"Tia takut ma.... " rintihnya sambil mendekap tubuhnya sendiri, kayu yang dia cari sudah tak di hiraukan, Tia menangis terisak di bawah pohon besar.
Mampak dari kejauhan terdengan bunyi seekor hewan yang begitu menakutkan hingga Tia berlari menjauh dari sumber suara, saking takutnya hingga Tia tidak memerhatikan jurang yang ada di depan nya.
Tia terperosok pada sebuah jurang yang kedalaman nya tidak dapat di kira-kira karna tampak gelap saat di lihat dari atas.
"Aaaahhggg.... tolong... tolong.....!!" teriak Tia sekuat tenaga dengan tubuh bergelantungan, tangan nya dengan sangat erat berpegangan pada sebuah akar pepohonan yang tumbuh di bibir jurang.
Hingga suara teriakan Tia terdengar oleh seorang pria yang saat itu baru akan kembali ke tenda sehabis berburu di hutan.
Rama memisahkan diri dari teman teman nya saat mendengan suara seorang wanita yang meminta tolong. ya orang itu adalah Rama yang sedang berburu bersama teman teman nya.
Rama berlari mendekat ke arah sumber suara, Rama terkejut melihat seorang wanita bergelantungan di bawah sana.
"Tolong..." suara Tia semakin melemah karna tangan nya sudah tidak kuat menahan beban tubuhnya sendiri.
"Hai nona! apa kau dengar aku?" tanya Rama sambil berusaha turun sekitar dua meter untuk meraih tangan Tia.
"Tolong...." hanya kata-kata itu yang Tia ucapkan, tubuhnya bergetar sedangkan tangan nya sudah memerah bahkan tangan nya hampir terlepas.
Untung saja Rama dengan sigap meraih tangan Tia dan menariknya dengan kuat.
"Pegang tangan ku dengan kuat." ucap Rama saat tangan keduanya sudah saling membelit.
Tia terus berusaha memegang tangan Rama dengan kuat. bahkan kakinya juga berusaha mencari pijakan agar semakin mudah untuk bisa naik ke atas. dan Tia berhasil ada sebuah akar yang bisa ia pijaki hingga tubuhnya kini bisa sejajar dengan Rama.
Keduanya terdiam kaku saat pandangan mereka berdua bertemu.
Deg...
Jantung keduanya berdetak tak biasa bahkan seakan -akan mau lompat dari tempatnya.
"Tolong aku." ucap Tia dengan mata sembab.
Rama tersenyum tipis lalu mengangguk, "Pasti, aku pasti menolongmu." ucap Rama sembari meraih pingga Tia agar semakin dekat dan berusaha membatu untuk naik ke atas.
Ahirnya Tia sudah sampai di atas dan giliran Rama yang ikut naik.
"Alhamdulillah..." ucap Tia sembari mengusap wajahnya dengan senyum mengembang. sedangkan Rama hanya memperhatikan wajah seorang wanita yang sejak kemaran terus mengganggu hati dan pikiran nya.
Hingga tak terasa Rama tersenyum bahagia.
Nafas keduanya masih belum teratur, Tia yang ketakutan sedangkan Rama yang kelelahan sekaligus terkejut karna wanita yang di tolongnya adalah wanita yang telah membuatnya mengenal apa itu cinta.
"Terima kasih telah menolongku." ucap Tia setelah menormalkan detak jantungnya yang sempat bertalu begitu cepat.
"Tidak perlu berterima kasih nona, aku senang menolongmu. apa kamu tidak mengingatku?" tanya Rama sembari melirik wanita yang telah membuat hari-harinya menjadi berwana.
"Tentu aku mengingatmu, pria yang telah menabrak ku di pusat perbelanjaan di singapura." jelas Tia sembari terkekeh.
Rama tersenyum bahagia karna wanita yang berada di sampingnya kini masih ingat pertemuan pertama mereka.
"Apa jangan-jangan kamu memang tidak bisa melupakan aku?" ucap Rama tanpa mengalihkan tatapan nya dari wajah canti Tia.
"Anda terlalu percaya diri tuan." ucap Tia, lain di mulut lain pula di hati. karna memang sebenarnya Tia tidak bisa melupakan wajah pria yang menabraknya tempo hari di singapura.
Keduanya sama-sama terkekeh, hingga tak terasa langit mulai gelap, sedangkan mereka berada begitu jauh dari tenda yang mereka dirikan.
*******
Sedangkan di tempat lain, Amel mulai panik saat menyadari Tia tak kunjung kembali ke tempat mereka terahir berpisah.
"Tia kemana ya Ri, kok gak balik -balik?" tanya Amel terlihat begitu cemas.
"Aku juga gak tahu Mel, apalagi ini sudah mau gelap. gimana kalau kita cari aja dulu sebelum benar-benar gelap." usul Riri ikutan cemas karna Tia tak kunjung datang.
"Iya, ayo kita cari sama-sama." putus Amel.
Keduanya berjalan sambil memanggil nama Tia.
"Tia...!! lo di mana...?!"
Amel dan Riri berkeliling sambil memanggil-manggil nama Tia, tapi tetap saja Tia belum juga muncul.
"Gimana ini Ri? gue bisa-bisa di gorok sama om Nino kalau Tia sampai ilang." Amel sudah menangis terisak membayangkan sahabatnya hilang dan kemarahan dari ayahnya Tia yang super galak.
"Sebaiknya kita kembali ke tenda, di sana kita bisa mencari bantuan pada teman-teman cowok, siapa tahu nanti Tia ketemu." usul Riri yang langsung di anggukin oleh Amel.
Amel dan Riri segera kembali ketenda saat langit sudah gelap, mereka berdua segera memberi tahu teman cowoknya agar membantu mencari Tia yang hilang.
Sedangkan di tempat lain.
Tia mencoba bangun dari duduknya saat Rama mengulurkan tangan. "Ayo kita kembali ke tenda." ajak Rama.
Tia mencoba meraih tangan Rama. namun saat mencoba bangun kakinya tidak bisa berdiri karna merasakan sakit yang luar biasa.
"Aduuh..." Tia meringis merasakan sakit di kakinya.
"Kamu kenapa?" tanya Rama sambil memeriksa kaki Tia.
"Ya Allah kaki kamu terluka dan berdarah." ucap Rama setelah melihat kaki Tia yang terluka dan mengeluarkan darah, lukanya cukup dalam.
tanpa pikir panjang Rama langsung membuka kemeja kotak kotak yang ia kenakan, kini tinggal baju dalam rama berwarna putih yang Rama kenalan, hingga nampak di sana otot lengan Rama yang menonjong bahkan Rama terlihat semakin seksi dengan hanya memakai kaos dalam berwarna putih itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments