Amel dan teman-temannya masih terus mencari ke dalam hutan hingga larut malam, Amel tak mampu menahan air matanya lagi karna sampai detik ini Tia belum juga di temukan, Amel tidak bisa membayangkan bagaimana keadaan Tia saat ini.
Setelah hampir pagi, Amel dan taman -teman nya pun mulai menyerah, mereka semua kembali ketenda tanpa menemukan Tia.
Waktu sudah menjelang subuh, namun Amel masih setia menunggu di depan tenda dengan mata sembab, Amel tidak mau masuk ke dalam tenda berharap Tia akan kembali.
Sedangkan di tempat lain, Tia masih setia berada dalam pelukan Rama, keduanya tertidur pulas dengan Rama bersandar pada pohon besar di belakangnya, sedangkan Tia masih setia berada dalam dekapan hangatnya.
Kicauan burung bersahut-sahutan bersenandung ria menyambut mentari pagi, semburat merah mulai menghiasi lagit dari ufuk timur, perlahan Rama mengerjapkan matanya merasakan silau dari sinar matahari pagi.
Saat Rama membuka mata, pemandangan di hadapannya membuat ia menyunggingkan seulas senyum, dimana seorang gadis cantik tengah tertidur pulas dalam pelukan nya.
Sintia... kamu benar-benar sempurna, sungguh aku tidak menyangka kita akan bertemu lagi dalam situasi seperti ini, bolehkah aku berharap kita akan terus bersama? harapan Rama dalam hati.
Rama terus memandangi wajah cantik Tia, hingga tanpa sadar Rama mendekatkan bibirnya hendak mencium bibir Tia yang begitu menggoda iman nya saat ini.
Namun saat bibir Rama hampir menyentuh bibir Tia. tiba-tiba sang empunya membuka mata dan terkejut karna wajah Rama begitu dekat dengan wajahnya.
"Ada apa mas?" tanya Tia sembari mendorong pelan dada bidak Rama.
"Tidak ada, aku hanya ingin membangunkan kamu. ayo bangun, kita harus segera kembali ke tenda." ucap Rama gugup. bagaimana tidak, dia hampir saja mencium bibir Tia yang begitu menggoda. untung saja Tia segera terbangun dari tidurnya, seandainya tidak, entah apa yang akan terjadi.
"Iya." ucap Tia sembari berdiri,namun di hatinya masih bertanya-tanya, kenapa tadi Rama seolah-olah ingin menciumnya.
Detik berikutnya Tia segera menggelengkan kepalanya, tak ingin berprasangka buruk terhadap pria asing yang sering mengganggu pikiran dan hatinya itu.
"Gimana kaki kamu, apa udah bisa jalan?" tanya Rama sembari melihat Tia yang hendak melangkah.
Tia mulai melangkahkan kakinya, awalnya dia meringis tapi selanjutnya dia bisa berjalan meski terasa nyeri.
"Alhamdulillah, kayaknya aku bisa jalan."
"Sukurlah kalau begitu."
Keduanya pun berjalan dengan Rama yang berada di belakang Tia. sekitar 20 menit berjalan ahirnya Tia sudah melihat tendanya dari kejauhan.
"Alhamdulillah kita sudah sampai." seru Tia dengan senyum sumringah.
"Iya, ahirnya kita sudah sampai."timpal Rama.
Tia mempercepat langkahnya meski agak terseok- seok, Tia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Amel sahabatnya, hingga dia melupakan Rama yang masih setia mengikutinya.
"Mel !!" panggil Tia seraya berjalan terseok-seok menghampiri sahabatnya.
Amel begitu terkejut mendengar panggilan dari suara orang yang sangat ia kenal. dia pun menoleh dan mendapati sang sahabat yang tampak kesulitan dalam berjalan.
"Tia...!!" serunya segera berlari menghampiri sang sahabat yang ia cari-cari.
Keduanya berpelukan, Amel mengis tersedu-sedu begitu khawatir terhadang sahabatnya dan begitu takut menghadapi kemurkaan tuan Nino yang sangat menakutkan bagi Amel.
Namun sekarang Amel bernafas lega, Tia sudah kembali dengan selamat.
"Lo kemana aja Tia? gue sama teman-teman cari lo sampai larut malam." ucap Amel setelah melepas pelukan nya.
"Sorry, Mel, gue tersesat dan gue hampir jatuh ke dalam jurang, untung saja ada orang yang nolong gue." jelas Tia sembari melirik Rama yang berdiri di sampingnya.
Beberapa teman-teman Tia sudah berkerumun karna kedatangan Tia, tadinya mereka semua sudah berencana untuk segera mencari Tia kembali, melihat Tia yang sudah datang dengan keadaan selamat, tentu teman-teman nya sangat merasa senang.
"Lo, gak apa-apa kan Tia?" tanya teman yang lain nya.
"Alhamdulillah gue gak apa-apa, hanya luka kecil di kaki gue." ucap Tia memperlihatkan kakinya yang sudah di balut oleh kain.
Teman-teman Tia belum menyadari jika ada seorang pria yang sedari tadi berdiri di antara mereka.
"Siapa yang nolong lo?" tanya teman pria yang sejak dulu sudah menaruh hati pada Tia.
Tia melirik Rama yang masih setia di sampingnya, tanpa permisi Tia menarik tangan Rama agar semakin mendekat dan memperkenalkan pada seluruh teman teman nya.
"Kenalkan ini Rama, orang yang telah nolong gue." jelas Tia sambil memegang tangan Rama.
Rama tersentak kaget karna Tia tiba-tiba memegang tangan nya, bahkan jantung Rama berdebar-debar tak karuan.
Semua teman -teman Tia kompak menoleh pada sosok pria tinggi besar di samping nya. semua teman cewek melihat tanpa kedip, tapi untuk para cowok jelas kurang suka dengan kehadiran Rama yang menjadi pusat perhatia para cewek- cewek di tempat itu.
Apa lagi Amel yang mulutnya gak ada rem. "Gila.. di hutan kok ada ya pageran setampan ini." Amel berdecak kagum melihat Rama dari ujung kaki hingga ujung kepala, apalagi saat melihat tubuh berotot rama di balik kaos dalam yang ia kenakan.
Rama tersenyum melihat tingkah lucu sahabat Tia.
"Mel. tutup itu mulut, nanti ada lalat nyasar." timpal yang lain karna melihat Amel dengan mulut menganga.
Amel pun langsung mingkem, takut apa yang di katakan teman nya itu benar-benar terjadi, seekor lalat tiba-tiba nyasar.
Semua yang ada di situ sontak tertawa melihat tingkah lucu Amel, termasuk Tia yang tertawa lepas, namun Tia tidak menyadari jika sedari tadi Rama terus memperhatikan nya.
"Kalau begitu, aku kembali ke tendaku dulu." pamit Rama pada Tia.
"Iya, mas Rama, terima kasih kamu sudah menulongku, jika tidak ada kamu, aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku di jurang itu."
"Aku hanya pelantara, lagi pula aku bersukur di pertemukan dengan wanita secantik kamu." ucap Rama dengan jujur.
Tia membuang muka, menyembunyikan wajahnya yang kini sudah bersemu merah.
"Pageran Rama mau kemana?" tanya Amel saat Rama mulai beranjak.
"Aku mau kembali ke tenda dulu."
"Jangan dulu pageran. boleh gak aku minta nomor ponsel kamu?" tanya Amel sambil cengengesan.
"Boleh. sini ponsel kamu biar aku tulis nomor ponselku, karna ponselku mati sejak tadi malam."
Amel dengan sigap memberikan ponselnya pada Rama, Rama dengan senang hati memberikan nomor ponselnya dan segera menyimpan di kontak milik Amel.
"Terima kasih pageran." ucap Amel dengan nada centilnya.
Setelah Amel menjauh, Rama kembali berpamitan pada Tia.
"Aku balik dulu ya." pamit Rama sekali lagi.
"Iya. mas, maaf ya mas, atas sikap teman ku tadi." ucap Tia merasa tidak enak dengan sikap Amel yang berlebihan.
"Maksut kamu Amel?"
"Iya."
"Gak apa-apa aku suka dengan dia." ucap Rama apa adanya.
"Ooh. kamu suka sama Amel?" ucap Tia terdengar kecewa dengan jawaban Rama.
"Iya kenapa?" tanya Rama.
"Gak apa-apa, Amel baik dia juga cantik." ucap Tia tersenyum kecut.
Rama tidak mengerti dengan ucapan Tia, maksut Rama bukan tertarik pada Amel, Rama hanya suka pada tingkah lucu Amel.
Belum sempat menjelaskannya tiba-tiba Tia sudah pergi tergesah-gesah masuk kedalam tendanya.
Rama menghembuskan nafas berat, Rama tahu Tia pasti salah paham.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments