Fitnah yang kejam

"Apa kamu percaya, apa yang di ucapkan oleh kakak dan ayah ku Tia? semudah itukah kamu percaya dengan omongan orang lain tanpa mencari tahu kebenaran nya terlebih dahu?" tanya Rama tak percaya bahwa wanita yang di cintainya ternyata tidak memiliki kepercayaan sedikitpun padanya.

"Tapi itu adalah kakak dan ayah mu yang bicara mas, aku tidak punya alasan untuk tidak mempercayai mereka, mereka adalah keluargamu, mereka lebih tahu dengan sifat dan kelakuan mu." potong Tia dengan suara meninggi.

"Apakah kamu percaya jika aku tidak pernah mendapatkan kasih sayang kedua orang tua ku, apa kamu juga percaya jika aku hanya seorang anak yang tak di anggap di keluarga ku sendiri, kami bagaikan orang asing yang tinggal satu atap, fitnah dan caci maki sudah makanan sehari- hari bagiku di rumah ini, aku tidak perduli jika orang memandang aku hina, tapi saat orang yang aku cinta tidak percaya padaku, hatiku sakit... Sungguh sangat sakit, tapi tak apa jika kamu lebih percaya pada kakak ku, maka aku akan mundur, aku tidak akan bersaing dengan kakak ku sendiri, aku sadar siapa aku ini, aku akan pergi jauh supaya kamu bahagia, maaf kan aku karna belum sempat membahagiakan mu, terima kasih telah membuat hari-hari ku berwarna walaupun begitu singkat. tapi yang perlu kamu tahu, aku sangat mencintaimu, i love you." Rama langsung memutuskan sambungan, tak ingin lebih lama lagi merasakan sesak di dadanya.

Sedangkan Tia terus menangis terisak, tak ada niat sedikitpun untuk menghubungin Rama kembali, dia perlu waktu agar hati dan pikiran nya lebih tenang, tidak ingin mengambil keputusan terburu-buru, mengingat hatinya telah kecewa.

Hati Tia seakan di lema antara percaya atau tidak pada Rama, tapi hatinya mengatakan jika Rama bukanlah pria hina seperti yang di katakan kakak nya, tapi untuk saat ini Tia memilih untuk menenangkan hati dan pikiran nya dulu.

******

Sedangkan di tempat lain, Rama mengepalkan tangan nya begitu kuat, bahkan rahangnya mengeras dengan mata kemerahan, amarah dan kekecewaan nya terhadap kakak dan ayahnya sudah meluap, fitnah yang mereka buat sangat keterlaluan, bahkan sejak dulu kedua orang itu selalu semena mena tanpa perduli sedikitpun pada perasaan nya.

"Kenapa kalian berdua begitu tega padaku." Rama hanya mampu memukul dinding sampai jari-jari nya terluka dan mengeluarkan darah.

Rama memilih untuk tidak bertanya apapun pada ayah ataupun kakaknya, karna pasti akan percuma, dua orang itu pasti hanya akan menyalahkan nya, dari pada berdebat, lebih baik Rama diam dan menerima kenyataan ini dengan lapang dada.

Rama mencoba memejamkan mata, berharap setelah bangun besok, ini semua hanya mimpi dan besok akan kembali seperti semula.

Rama bukan pria yang lemah, mengalah bukan berarti kalah, Rama mengalah hanya untuk menang, sejak kecil dia di tuntut untuk mengalah pada sang kakak, sampai dewasapun dia harus mengalah demi kebahagiaan keluarga yang selalu menjadi nomor satu baginya, namun keluarganya tak pernah sedikitpun perduli tentang kebahgian nya, mereka sibuk untuk kesenangan mereka masing- masing.

*****

Dibtempat lain

Tia tidak bisa memejamkan mata barang sejenak pun, kata-kata Rama terus tergiang -giang di kepalanya.

Benarkah dia di fitnah, benarkah dia anak yang tak di anggap, beberapa pertanyaan terus berputar-putar di kepala nya, bahkan dia sampai memegang kepalanya yang terasa berdenyut nyeri.

Tia akan mencari tahu sendiri, bagaimana kehidupan Rama yang sebenarnya, sebelum dia mengambil keputusan. Tia bertekat jika benar Rama hanya di fitnah oleh kakaknya, maka Tia sendiri yang akan membatalkan rencana pertunangan itu, tapi jika sebaliknya, apa yang di katakan Evan itu benar, maka Tia benar-benar akan bertungan dengan Evan dan melupakan Rama.

Namun itu tak kan mudah, mengingat cinta Tia begitu besar pada pria itu, apalagi cinta Rama yang begitu tulus dan suci.

******

Ke esokan harinya.

Kini Tia dan Amel sedang berada di cafe, awalnya ingin bertiga dengan Diva, tapi saat ini Diva sedang ke luar negeri menemani ayah nya berobat karna penyakit jangtungnya semakin parah.

Kini hanya ada Tia dan Amel, Tia menceritakan pada Amel tentang perjodohan nya dengan Evan, Tia juga bercerita tentang Rama yang katanya seorang casanova.

"Lo percaya sama omongan kakaknya Rama?" tanya Amel.

"Entahlah Mel, yang bicara seperti itu bukan hanya kakaknya aja tapi ayah nya juga." sahut Tia.

"Kalau gue sih gak percaya, karna selama gue kenal, kayaknya dia orang nya baik." ujar Amel merasa apa yang di katakan Tia tidak lah benar.

"Atau gini aja, gimana kalau kita tanya aja sama Alex." imbuh Amel.

"Alex, siapa Alex?"

"Alex itu sahabat satu-satunya Rama, dia sahabat Rama sejak di bangku SMA, jadi gue yakin Alex pasti tahu bagaimana kehidupan Rama selama ini, gimana?" Amel begitu antusias.

"Emang lo kenal sama tu Alex?"

"Bukan kenal lagi, bahkan gue sering kirim chat sama dia, Rama ngenalin gue sama Alex waktu kita camping, tapi sayang waktu itu lo gak ada, gimana mau gak kita tanya-tanya tentang Rama sama dia."

"Boleh, asalkan dia mau."

"Lo tenang aja, dia pasti mau."

Tak lama setelah itu Amel langsung menghubungin Alex, Amel tampak tersenyum karna Alex bersedia datang ke cafe tempat di mana Tia dan Amel berada saat ini.

"Gimana dia mau?" tanya Tia.

"Iya, dia sekarang lagi di perjalanan menuju kesini, tadi katanya dia mau ke rumah Rama, karna gue minta dia kesini jadi dia puter balik. kita tunggu aja sebentar lagi dia nyampek."

Selang berapa lama, ahirnya Alex sudah sampai, tampak dia celingak celinguk mencari keberadaan Amel.

Amel langsung melambaikan tangan saat bertemu pandang dengan pria tampan itu, gegas Alex menghampiri Amel yang sudah melambaikan tangan.

"Sorry gue lama." ucap Alex merasa tak enak karna lama.

"Gak apa-apa, ayo Lex duduk." ajak Amel.

"Oh ya Lex, kenalin ini temen gue." imbuh Amel.

Alex pun langsung menoleh pada seorang gadis yang sedang duduk di sampingnya. seketika Alex terpesona dengan kecantikan Tia, Amel cantik tapi lebih cantik Tia.

"Hai, gue Alex." sapa Alex sambil mengulurkan tangan nya.

Tia menyambut uluran tangan Alex lalu menyebutkan nama nya juga.

"Sintia." sahut Tia dengan senyum manisnya.

Lagi-lagi Alex terpesona dengan senyum manis itu, hingga tangan Tia terus di pegangnya sampai Tia mencoba menarik paksa karna tak kunjung di lepas oleh Alex.

"Maaf." ucap Alex menyadari sikapnya yang kurang sopan karna terus menggenggam tangan Tia yang baru ia kenal.

"Woi, jaga dikap lo, mau lo, di sunnat dua kali sama Rama." seloroh Amel, membuat Alex mengerutkan keningnya, heran karna Amel menyebut nama Rama.

"Emang apa hubungan nya sama Rama?" tanya Alex dengan alis bertaut.

"Ada, Tia itu pacarnya Rama, teman lo." jelas Amel.

"Apa !!" pekik Alex Tidak percaya.

Gila tu bule kampung, bisa-bisanya dia dapat cewek cantik kayak bidadari seperti ini, kenapa bukan gue duluan yang ketemu sama Tia, mungkin gue bakalan jadi pria paling beruntung kalau dapetin tu cewek, dasar nasib... Alex bermonolok dalam hati.

Maaf baru up, author lagi sibuk panen Rambutan. jangan lupa tinggalkan like, komen , love dan bintang lima, agar author semakin semangat untuk nulis.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!