Menyesal

"Jadi lo pacarnya Rama?" tanya Alex sekali lagi, untuk memastikan apa yang di dengarnya tidaklah salah.

"Iya, kenapa? ada yang salah?" tanya Tia merasa heran karna pria di depan nya sampai mengulang pertanyaan nya kembali.

"Nggak sih." Alex cengengesan sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Emang ada perlu apa sampai nyuruh gue kesini?"imbuh Alex

"Kita mau cari tahu tentang kehidupan Rama yang sebenarnya dari lo." jelas Amel.

Alis Alex bertaut, "Maksutnya apa, kehidupan Rama baik-baik aja, dia pria normal, sangat normal malahan." jawab Alex asal.

"Bukan soal itu Lex, tapi soal Rama yang suka gonta ganti pasangan, ya sejenis pemuas nafsu nya gitu."

Kening Alex berkerut tipis, "Maksut nya?" tanya Alex makin tidak mengerti.

"Ya allah, lo ini tampan-tampan kok malah oon sih." Amel jadi kesal sendiri, karna Alex tak urung mengerti.

"Apa benar Rama seorang casanova?" timpal Tia. karna sedari tadi Alex hanya terus berdebat dengan Amel.

Tiba-tiba Alex tertawa terbahak-bahak, hingga pengunjung lain di cafe itu seketika menoleh ke arah meja mereka dengan tatapan tidak suka karna terlalu berisik.

"Yang benar aja, mana bisa tu bule kampung jadi casanova, deket sama cewek aja belum pernah, yang gue tahu dia jatuh cinta pada seorang cewek saat gua sama dia mau pulang dari singapura, dia bilang nabrak cewek di pusat perbelanjaan dan di situlah dia jatuh cinta sama tu cewek, dan perlu lo tahu, itu adalah cinta pertama bagi Rama, gue kenal dia sejak di bangku SMA, gue yang paling tahu kehidupan Rama selama ini." Raut wajah Alex seketika berubah sendu saat menyelesaikan kalimat terahir.

Alex kembali melanjtkan ceritanya. tapi kali ini nada suaranya berubah sendu. "Sebenarnya gue kasihan sama Rama, sejak kecil dia selalu di tuntut untuk mengalah pada kakaknya, pernah waktu SMA dulu, Rama di fitnah sama kakaknya sendiri, sampai -sampai dia di hukum oleh guru kami, padahal Rama gak salah, tapi dia harus menanggung kesalahan yang kakaknya perbuat, ya karna dia di fitnah oleh kakak nya sendiri, jangan kan jadi casanova pacaran aja Rama gak pernah, hidup nya hanya belajar dan terus belajar, dia punya cita -cita ingin menjadi orang sukses, tapi sayang kedua orang tuanya tidak pernah mendukungnya sama sekali, bahkan dia seperti anak tiri di keluarga itu." Alex menghela nafas sebelum melanjtkan ceritanya.

"Kenapa kalian beranggapan kalau Rama seorang casanova?" tanya Alex, menatap Amel dan Tia bergantian.

"Kakaknya yang bilang waktu kami makan malam di rumah Rama." jelas Tia.

"Jadi lo percaya, sama bajingan itu? ck, gue gak ngerti kenapa ada seorang kakak yang begitu tega memfitnah adik nya sendiri." Alex berdecak kesal.

Tia hanya diam dengan jantung berdebar hebat, dia telah salah faham menuduh orang yang dia cintai tanpa bukti, Tia menyesal telah menuduh Rama yang tidak -tidak.

Maaf kan aku mas, sungguh maaf kan aku batin Tia. menyesal.

"Seharusnya lo percaya pada Rama, bukan malah meragukan dia." ucap Alex menohok.

Deg..

Jantung Tia seakan di tikam belati panas, dia teringat kata-kata Rama yang membela dirinya , namun Tia dengan mudahnya tidak percaya dengan penjelasan Rama saat itu, kini hanya ada penyesalan yang bersarang di hatinya.

"Lalu gue harus gimana?" tanya Tia dengan mata berkaca -kaca. menatap Alex, berharap pria itu mau memberikan sarang atas hubungan mereka yang terancam berahir.

"Lo harus temuin dia, satu jam lagi dia akan berangkat ke singapura, jadi secepatnya lo susul dia kebandara. tadi malam Rama telah menceritakan semuanya tentang lo, kasihan, dia sangat rapuh, gue mohon, jangan tinggalkan dia, Rama sangat mencintai lo, jadi berjuanglah agar cinta kalian bisa bersatu." seru Alex sembari penepuk tangan Tia.

Seketika Tia tak mampu membendung air matanya lagi, buliran bening itu keluar tanpa mampu ia tahan.

"Ayo, kita harus segera kebandara." ajak Alex.

Mereka bertiga segera menuju bandara, dalam perjalanan Tia tak hentinya menangis, dalam hati Tia berdoa semoga pesawat yang akan Rama tumpangi belum berangkat.

Amel hanya mampu mengusap punggung Tia yang sejak tadi bergetar, bahkan mata Tia sampai bengkak karna tak hentinya dia menangis.

Kini mobil yang Alex kendarai sudah sampai parkiran bandara, tanpa pikir panjang Tia langsung berlari menerobos kerumunan para penumpang yang hendak berangkat. dari kejauhan Tia sudah melihat Rama berjalan di tengah kerumunan orang-orang yang hendak berang dengan tujuan yang sama.

Tia terus berlari, hingga dia menabrak seseorang dan dia terjatuh.

Brug..

Tia terpental karna menabrak seorang laki-laki bertubuh tambun.

"Maaf pak." ucap Tia sembari bangkit berdiri dan kembali berlari mengejar Rama yang sebentar lagi berbelok di tikungan. dia tak perduli pada lututnya yang terluka dan mengeluarkan darah.

Tia terus berlari hingga dia di cegat oleh seorang petugas keamanan.

"Maaf mbak, tolong tunjukkan paspor anda." pinta sang petugas.

"Maaf pak, saya bukan calon penumpang, saya hanya ingin menemui teman saya yang hendak berangkat, pak."

"Maaf mbak, anda tidak boleh masuk, karna sebentar lagi penumpang akan segera memasuki pesawat." jelas sang keamanan. mencoba menahan Tia agar tidak menerobos masuk.

"Pak, saya mohon pak, jika memang bapak tidak mengijin kan saya masuk, bisakah bapak memberitahu teman saya bahwa saya datang dan ingin bertemu." Tia memohon sembari menangkupkan kedua tangan nya di depan dada. matanya mulai berkaca-kaca.

Awalnya petugas keamanan itu ragu, namun saat melihat Tia yang begitu memohon, dia jadi tidak tega, dan ahirnya mengabulkan permintaan Tia.

"Baiklah, siapa nama teman kamu?" tanya sang petugas.

"Farhan Ramadhan, pak." sahut Tia dengan senyum mengembang.

Setelah itu sang petugas pergi mrninggalkan Tia, tak lama setelah itu, petugas itu datang lagi bersama seorang pria berjalan di belakangnya.

Sontak Tia tersenyum lebar, dan langsung berlari dengan kaki tertatih karna merasakan nyeri akibat luka di lututnya. namun dia tidak perduli dengan rasa sakit itu, yang terpenting saat ini adalah Rama kekasih hatinya.

Rama tak kalah senang, Rama tersenyum sembari menyambut pelukan dari sang pujaan hati.

Keduanya berpelukan di tengah ramai nya orang-orang yang keluar masuk di bandara, sontak semua orang yang ada di sana mrngambil ponsel dan mengabadikan keromantisan dua sepasang kekasih yang saling berpelukan.

"Maaf kan aku mas, aku begitu mudah percaya pada orang lain, aku begitu bodoh." Tia terisak dalam pelukan Rama.

"Tidak sayang, kamu tidak bodoh, justru kamu sangat pintar," Rama terkekeh sembari menangkup ke dua pipi Tia, lalu mengecup bibir nya sekilas.

Sontak saja apa yang di lakukan Rama, membuat orang yang ada di tempat itu jadi riuh dan bertepuk tangan, mereka kira Rama dan Tia, sepasang kekasih yang baru bertemu setelah sekian tahun berpisah.

Banyak kamera ponsel yang mengabadikan keromantisan Rama dan Tia.

"Maukah kamu berjuang untuk cinta kita." pinta Rama.

"Tentu mas, kita akan berjuang bersama." sahut Tia penuh semangat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!