Sylvia menyetop taksi yang lewat. Dia masuk kedalam taksi dan menyebutkan alamat tujuannya. "666 Bougenville Avenue St, Sir." seru Sylvia
"Baik Nona." Sopir taksi menginjak pedal gas dan mengantar Sylvia ke alamat tersebut.
Di sepanjang perjalanan, Sylvia menatap keluar jendela mobil. Sebagai anggota polisi, pasti saat ini dia terlihat seperti orang bodoh yang tidak merancang strategi terlebih dahulu untuk menolong orangtuanya. Tapi mau bagaimana lagi, dia tidak mempunyai waktu yang cukup untuk merancang strategi. Bisa-bisa nyawa mereka melayang sebelum dia datang.
Sylvia memejamkan matanya. Kenapa dia harus menghadapi hal seperti ini lagi? Selama ini dia menantang bahaya dengan menjadi anggota polisi. Dan setelah peristiwa yang merenggut nyawa rekan sekaligus sahabatnya, membuat tubuhnya bergetar. Bukan karena dia takut menghadapi musuh, tapi dia takut tidak bisa menyelamatkan ayah dan ibunya.
Setelah seminggu lebih mengambil cuti, dia merasa sedikit tenang dengan menghabiskan waktunya dengan teman-temannya di perkebunan anggur milik tuan Benjamin. Dia seolah lupa siapa dirinya. Tapi sekarang dia kembali harus mengangkat senjata untuk menyelamatkan ayah dan ibunya. Dia hanya bisa berharap jika lawannya kali ini hanya rentenir biasa yang mengandalkan orang-orang bodoh untuk berlindung. Jika tidak, mungkin nyawanya akan melayang.
"Kita sudah sampai, Nona." seru sopir taksi
"Apa kau yakin ini tempatnya, Sir?" tanya Sylvia.
"Tentu saja, nona. Alamat yang tertera sama dengan alamat yang kau sebutkan tadi."
Sylvia melihat alamat yang terpampang di atas gerbang. Memang tertulis 666 Bougenville Avenue St. Tapi yang Sylvia lihat di dalam sana hanya tanah lapang yang penuh dengan pepohonan.
Sylvia tidak mau ambil pusing. Dia membayar argo taksi dan keluar dari taksi. " Terimakasih, Sir."
"Sama-sama nona." jawab si sopir taksi yang langsung tancap gas meninggalkan Sylvia.
Wanita itu menatap gerbang dengan tulisan 666 Bougenville Avenue St. Angka 666 mengingatkan nya dengan angka iblis, bahkan ada yang mengaitkannya dengan kematian. Apa itu artinya orang yang menelponnya tadi titisan iblis?
Sylvia melihat kedalam pagar yang terlihat seperti hutan. Apa alamat yang diberikan orang itu benar? Kenapa tidak ada rumah di dalam sana? Yang dia lihat hanya pepohonan saja.
Cukup lama Sylvia berdiri di sana. Rasanya dia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan ayah dan ibunya dan menghajar orang yang telah menangkap mereka.
Dia mencoba membuka gerbang tersebut, tapi gerbang itu sama sekali tidak terbuka. Dia mencari di sekitar gerbang apakah ada bell atau apapun untuk membuka gerbang tersebut. Tapi nihil. Sial..!! Sepertinya dia harus bersabar menunggu orang dalam menyadari jika dia sudah datang.
Sylvia memilih mengecek senjata apinya. Pelurunya penuh, cukup untuk membunuh beberapa orang. Dia kembali menyembunyikan senjatanya di paha dan menutupinya dengan dress nya saat mendengar suara mobil yang mendekat.
Sylvia berdiri menatap mobil hitam yang datang dari arah dalam sana. Dan setelah mobil itu sampai di dekat gerbang, tiba-tiba gerbang itu terbuka secara otomatis.
"Wow." gumam Sylvia
Pria bertubuh besar turun dari mobil dan membukakan pintu belakang. "Silahkan Miss!!"
Dengan kewaspadaan tingkat dewa, Sylvia masuk kedalam mobil. Dia memperhatikan kedua orang yang duduk di depan. "Mereka pasti bodyguard orang itu. Lalu kemana mereka akan membawaku?" batin Sylvia. Dia menatap keluar jendela yang hanya ada pepohonan saja. Ini gila, apa mereka tinggal di tengah hutan?
Tidak berapa lama mereka sampai di sebuah bangunan yang megah. Dan lagi-lagi pagar rumah tersebut terbuka otomatis saat mereka melewati nya. Benar-benar menakjubkan. Tapi hal itu justru membuat Sylvia ragu. Apakah dia bisa selamat dari sana dan bisa menolong orangtuanya atau tidak. Selain jarak gerbang dengan rumah ini sangat jauh, di rumah ini banyak bodyguard yang berjaga.
"Silahkan Miss. Tuan sudah menunggu anda." Bodyguard membukakan pintu mobil untuk Sylvia dan menuntunnya masuk ke rumah mewah tersebut.
Sylvia berjalan dengan tenang. Ekor matanya melirik kesana kemari memperhatikan interior design rumah tersebut. Penuh dengan patung binatang buas dan bernuansa gelap. Benar-benar menyeramkan.
"Silahkan masuk Miss." Bodyguard membuka pintu berwarna coklat tua dan mempersilahkan Sylvia untuk masuk.
Sylvia melirik sekilas bodyguard tersebut dan melangkah masuk. Dia berusaha untuk tetap tenang dan waspada.
"Akhirnya kau datang juga, sayang." seru seorang pria yang duduk di kursi yang membelakanginya.
"Siapa kau? dan dimana Mommy dan Daddy?" tanya Sylvia.
Pria yang tidak lain adalah Anthony, tertawa mendengar suara lantang Sylvia. Dia memutar kursi kebesarannya hingga berhadapan dengan Sylvia.
"Kau sungguh tidak sabar untuk bertemu dengan mereka, ya."
Sylvia menatap Anthony penuh kebencian. Dia mulai waspada apalagi pria itu mulai mendekat.
"Aku akan melepaskan mereka , tapi kau harus menikah dengan ku."
"Cih.. Sampai kapanpun aku tidak akan mau menikah dengan pria sepertimu."
"Wah, kata-katamu terdengar begitu menyakitkan, honey. Tapi sayangnya kau tidak punya pilihan karena mereka berhutang padaku. Dan mereka tidak akan bisa membayarnya."
"Aku yang akan membayarnya. Sekarang, cepat kau lepaskan mereka." teriak Sylvia
"Benarkah? Kau akan membayar hutang ayahmu? Apa kau tahu berapa jumlah hutang mereka, hm?" Anthony kembali ke mejanya dan mengambil sebuah map. "Lihatlah!! Ini jumlah hutang ayahmu yang menumpuk sejak beberapa tahun yang lalu."
Sylvia menatap tajam Anthony dan mengambil map yang berada di meja. Dia membuka map tersebut dan membacanya.
"WHAT??" pekik Sylvia. Apa dia tidak salah lihat? Kenapa hutang ayahnya banyak sekali?
"Itu jumlah keseluruhan hutang ayahmu. Jika kau tidak percaya, kau bisa bertanya padanya. Jadi....
Anthony mendekat dan berdiri tepat di hadapan Sylvia. "Bagaimana kau akan membayarnya, sayang."
Sylvia mendorong Anthony. "Aku akan mencicilnya."
"Mencicil? Apa kau bercanda, Sylvia? Kau menghabiskan seumur hidupmu untuk bekerja pun, kau tidak akan bisa melunasi nya." Anthony duduk di tepi meja. Dia melipat kedua tangannya di depan dada. "Kau tidak punya pilihan lain selain menikah dengan ku, sayang."
"Dalam mimpi mu." Dengan gerakan cepat, Sylvia melempar belati ke arah Anthony. Tapi sayangnya, Anthony bisa menghindar sehingga belati tersebut mengenai kaca lemari buku milik Anthony.
Pyarr
Sylvia kembali melempar belati miliknya dan berhasil mengenai lengan Anthony.
"****." umpat Anthony.
Mendengar ada keributan di ruangan Bos nya, bodyguard yang berjaga di depan pintu segera masuk dan mengarahkan pistol pada Sylvia.
"Angkat tangan!!"
Sylvia menoleh dan menyeringai. Dengan secepat kilat dia menarik pistolnya dan menembak tangan para bodyguard sehingga pistol mereka terjatuh.
Dor
Dor
Dor
"Arggh..." Para bodyguard berteriak dan memegang tangan mereka yang tertembak.
Melihat hal itu, Sylvia mengambil kesempatan untuk menyerang Anthony. Tapi sayangnya seseorang datang dan berhasil menghentikan aksinya.
"Jangan bergerak, atau aku akan menembak kepalanya." Daniel, asisten pribadi Anthony datang dengan menodongkan pistol ke pelipis Issac.
"Daddy!!!" lirih Sylvia
Issac terlihat tenang dan tersenyum menatap Sylvia. Mungkin dia sudah pasrah. Dia tahu jika nyawanya tidak akan selamat. Tapi hal itu justru membuat hati Sylvia merasa sesak. Apalagi melihat keadaan ayahnya yang penuh dengan luka lebam. Itu pasti sakit.
"Aku akui kau sangat hebat, Sayang." Anthony mengambil pistol di laci dan menembak para bodyguard tepat di kepala mereka.
Dor
Dor
Dor
Sylvia tersentak. Dia tertegun dengan apa yang dia lihat. Dengan mudahnya dia membunuh anak buahnya dengan wajah tanpa dosa. Apa pria ini sudah gila? pikir Sylvia
"Yang tidak berguna harus di singkirkan." seru Anthony. Dia mendekati Issac dan menodongkan senjata kearah Issac.
"Kau rela mengorbankan nyawamu untuk melindungi negara. Tapi kau tidak mau melindungi orang yang sudah membesarkan mu. Miris."
Sylvia mengepalkan tangannya. Sekarang dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia terjebak di sana. Jika dia melawan, maka Issac akan kehilangan nyawanya. Tapi jika dia diam saja, dia harus menikah dengan pria gila di depannya.
"Aku hitung sampai tiga. Kau memilih melihat ayahmu mati mengenaskan atau menikah denganku."
"Tidak!!! Jangan bunuh suamiku!!" Debora berteriak histeris melihat Anthony menodongkan pistol tepat di pelipis Issac
"Satu....
Sylvia memejamkan matanya. Tiba-tiba peristiwa pembunuhan kedua orang tuanya dan kematian sahabatnya muncul di memori ingatan nya.
"Dua....
Anthony menarik pelatuk dan siap menembak Issac.
"Ti....
"Stop!!!" teriak Sylvia
"Ok Fine. You win. Aku akan menikah dengan mu." seru Sylvia. Tidak ada pilihan lain. Dia tidak mau orang yang sudah merawat dan membesarkannya, mati mengenaskan di depan matanya. Cukup dua kali dia mengalami kejadian yang mengerikan itu.
"Sylvia." lirih Issac
"Pilihan yang bagus." Anthony menyimpan kembali pistolnya.
"Bawa dia ke rumah sakit dan minta dokter untuk memberikan perawatan yang intensif. Aku yang akan menanggung biaya pengobatannya." titah Anthony
"Baik Tuan." Daniel membawa Issac dan Debora ke rumah sakit sesuai perintah Anthony. Dia juga meminta bodyguard yang lain untuk membereskan mayat bodyguard yang tergeletak di dalam ruangan Anthony.
Sekarang, di ruangan itu tinggal Anthony dan Sylvia saja. Anthony mendekati Sylvia dan mengusap wajah wanita yang berhasil melukainya lagi.
"Aku senang kau mau menikah denganku, sayang. Aku berjanji akan memberikan apapun yang kau inginkan."
Sylvia menatap tajam kedua mata Anthony. Dia mau menikah karena terpaksa. Tapi pria ini menganggap dirinya melakukannya dengan suka rela. Konyol.
Sebenarnya Sylvia merasa tidak asing dengan pria itu. Dia kembali mengingat-ingat apakah mereka pernah bertemu sebelumnya. Tapi nihil. Dia sama sekali tidak mengingatnya.
"Ada apa, hm?" tanya Anthony yang melihat Sylvia seolah kebingungan
"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?"
Anthony tertawa, dia menarik pinggang Sylvia hingga tubuh mereka saling merapat. "Kau sungguh tidak mengingat ku?"
Sylvia menggelengkan kepalanya. Apa itu artinya mereka pernah bertemu sebelumnya. Tapi dia benar-benar tidak mengingatnya.
"6 tahun yang lalu. Di bar Terra Blue"
Deg
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments