Bab 20 : Ajakan Honeymoon

Harapan Arsen dan Alea yang berharap bunda belum sampai rumah, gagal total. Begitu turun dari mobil, keduanya sudah disambut oleh bunda yang berdiri di depan pintu. Tangannya terbuka lebar dengan senyuman yang sangat meneduhkan, sosok ibu benar-benar melekat pada wanita yang kini mengenakan baju terusan berwarna biru tua itu.

Dengan senyuman yang tak kalah lebar, Alea langsung berlari ke arah ibu mertuanya itu lalu memeluknya erat. Tak seperti di drama-drama yang ia tonton dimana ibu mertua amat sangat jahat, bunda mas Arsen ini mencintainya sepenuh hati. Mungkin cintanya bahkan jauh lebih besar dari pada cinta mas Arsen.

Begitu melerai pelukannya, Alea langsung mencium tangan bunda kemudian bergelayut manja sambil berjalan masuk ke dalam rumah. Mas Arsen mengekor dibelakangnya sambil sesekali mengkode bi Ami untuk memastikan semua barang Alea sudah dipindah ke kamar atas.

"Bunda dateng dari tadi?" tanya Alea. Duduk di sofa ruang tamu dengan bunda yang duduk di sebelahnya. Saat bunda nampak bebenarkan daster yang sedikit tersingkap, Alea langsung berkedip ke maa Arsen agar segera masuk ke dalam dan mengecek semuanya.

Paham dengan kode istrinya, Arsen berniat untuk berdiri. Namun tangannya di tarik oleh bunda agar kembali duduk.

"Kalian pisah kamar?"

Jedeeerrrr.

Bukan hanya mas Arsen saja yang langsung menoleh ke arah bi Ami, Alea juga melakukan hal yang sama. Bi Ami yang sejak tadi juga berada di ruang tamu, mengatupkan tangan di depan dada.

"Sejak kapan?"

Alea menundukkan kepala, rasa bersalah sekaligus rasa menjadi istri yang tak taat, menghunjamnya seketika. Tangannya yang sebelumnya bergelayut manja di lengan bunda, ia tarik perlahan. Bunda pasti kecewa karena memiliki menantu yang tak baik sepertinya, menantu satu-satunya dengan harapan memiliki cucu sebentar lagi, malah pisah kamar dengan putranya sendiri. Jika menjadi bunda, Alea juga pasti akan merasa kecewa.

"Putra ibu kaya kebo ya kalau tidur? Jangan-jangan dia ngorok juga ya Al?" tanya bunda lembut.

Alea melihat tangannya yang ditarik oleh bunda dan digenggam erat oleh wanita itu. Saat mengangkat kepalanya, bunda menatapnya dengan tatapan yang bukan marah malah terlihat sangat lembut.

Untuk sesaat baik Arsen, dan Alea sama-sama bingung melihat reaksi bunda sekarang. Alih-alih marah, bunda malah terlihat seolah sudah menebaknya sejak awal.

"Ya ampun bun, siapa juga yang ngorok!" ucap Arsen tak terima.

"Ya, kamu kan tidur mas. Mana sadar kamu ngorok apa nggak!" jawab bunda.

Alea tersenyum mendengarnya. Dia langsung memeluk tubuh bunda dan di hadiahi dengan elusan di kepala "Makasih ya bun. Meski Alea bukan menantu yang baik, tapi Alea bersyukur karena bunda paham posisi Alea yang keganggu sama ngoroknya mas Arsen"

Bunda tertawa mendengarnya. Sedangkan Arsen terkejut karena mendapatkan fitnah untuk ke dua kalinya. Suaminya itu mendaratkan jitakan super pelan di kepala Alea.

"Ya wis lah, aku sabar aja yang di fitnah begitu. Berasa yang menantu di rumah ini itu aku ya dek, Bukan kamu!" omel Arsen lalu melenggang pergi masuk ke dalam rumah. Meski mengomel, Alea masih bisa melihat suaminya itu tersenyum sambil menganggukkan kepalanya, seolah di anggukan kepala itu ada kalimat 'Semua baik-baik saja'

Alea melerai pelukannya saat mas Arsen menghilang dari balik tembok. Setidaknya ia harus meminta maaf secara sopan pada ibu mertuanya ini "Maaf ya bun. Sebenarnya dari Alea yang belum siap. Dan mas Arsen juga nggak keberatan sama hal itu"

"Bunda ngerti Al. Semoga sifat saling mengerti satu sama lain diantara kalian akan terus ada ya, jadi suatu saat ketika badai datang, kalian bisa menghadapinya dengan kepala dingin. Aku memahami Arsen, dan Arsen memahami kamu"

Alea menganggukkan kepalanya. Nasehat ibu memang menjadi tenaga sendiri bagi seorang anak. Meski Alea juga tak yakin, jika saat badai menerjang ketika dirinya mengetahui siapa Dira, dirinya akan tetap berkepala dingin saat menghadapi badai itu.

***

"Setelah selesai ujian. Liburan ke bali yuk dek"

Alea yang tengah mengunyah roti, langsung tersedak begitu mendengar kalimat mas Arsen barusan. Bunda yang duduk di sebelahnya buru-buru memberikan Alea minum sambil mengusap punggung menantunya pelan.

Bali?

Dadakan begini?

Untuk apa?.

Sejujurnya, Alea juga tak pernah ke Bali. Namun sikap mas Arsen yang biasa dingin macam es batu, tiba-tiba melunak saat bunda datang dan kini mengajaknya berlibur ke Bali.

Tunggu, sepertinya bukan hanya berlibur, tapi..... Honeymoon?

"Sejak nikah kalian belum pernah honeymoon kan? Jadi pas kamu lagi liburan, jalan-jalan sama mas Arsen aja ya nak"

Uhuk, uhuk.

Alea kembali tersedak saat tebaknya benar-benar tepat. Bukan mas Arsen yang mengatakannya, namun bunda yang sudah pasti suami dan ibu mertuanya ini merencanakannya sebelumnya. Alea menatap ke arah mas Arsen dengan dahi berkerut. Sungguh, Alea belum siap jika harus pulang dengan berbadan dua. Kuliahnya masih begitu panjang, dan Alea tak ingin cuti karena melahirkan.

Seolah tahu yang ditakutkan oleh Alea, bunda tersenyum sambil mengelus rambut panjang menantunya "Hanya untuk jalan-jalan Al. Masalah kalian mau punya anak sekarang atau nanti, itu urusan kalian. Bunda nggak akan ikut campur apa lagi buru-buruin kamu biar ngasih bunda cucu"

Alea tersenyum canggung. Sudah tahukan dari mana sikap super pekanya mas Arsen yang kadang bisa menebak pikirannya? Dari bunda. Buah memang jatuh tak jauh dari pohonnya.

"Mau ya Al. Bunda sumpek ngeliatin Arsen kerja mulu. Dia nggak pernah liburan soalnya" mohon bunda.

Alea melirik ke arah mas Arsen yang kini malah terdiam sambil menyantap makan malam nya. Setelah mengatakan hal tadi, laki-laki itu tak bicara sama sekali. Malah terkesan bunda yang lebih semangat mengajak Alda ke Bali ketimbang laki-laki itu.

Di sisi lain, ajakannya ke Bali barusan membuat Arsen merasa bersalah namun juga lega bersamaan. Ajakan yang terkesan dadakan ini memang bukanlah idenya, melainkan ide bunda yang berharap dengan mereka pergi berlibur, Alea tak lagi mencari tahu perihal Dira.

Ingatan Arsen mundur beberapa jam yang lalu, di jam makan siang, dimana dirinya diminta untuk pulang selagi Alea masih berada di kampusnya.

6 jam yang lalu.

Suara ketukan pintu membuat Arsen yang tengah mencari berkas di atas meja untuk di bawa kembali ke kantor menoleh seketika. Bunda berdiri di ambang pintu dengan nampan berisi segelas es teh manis.

"Bunda, boleh masuk kan mas?"

Arsen menganggukkan kepalanya. Menunda pencarian berkas, dia beralih duduk di samping bundanya yang kini sudah duduk di sofa.

"Makasih bun" ucap Arsen.

Amel tersenyum, meraih tangan putranya kemudian menepuknya pelan. Ucapan Diwa yang mengatakan jika Alea mencari tahu tentang Dira membuat dirinya terus saja kepikiran. Amel tak ingin kehilangan menantunya itu. "Ada yang ingin bunda tanyain mas"

Paham dengan sorot mata serius milik sang bunda. Arsen langsung bisa menebak apa yang akan dibicarakan oleh wanita yang telah melahirkannya ini "Bunda mau tanya tentang apa?" tanya Arsen balik.

Satu tarikan napas Amel lakukan kemudian menghembuskannya pelan. "Kamu sudah lupain Dira kan mas?

Deg.

Pertanyaan yang sama yang dulu sering kali ia dengar kini kembali terlontar dari bibir bundanya " Kenapa bunda bahas tentang Dira lagi?"

"Alea cari tahu tentang Dira mas. Sebenarnya apa yang terjadi sampai Alea penasaran sama Dira?!"

"Mas Wira pernah ke sini mas. Dan saat di rumah kakek pun Alea sudah pernah dengar nama Dira" benar. Pertama kali Alea tahu ada sosok bernama Dira diantara mereka adalah dari rumah Kakek. Hanya saja awalnya Arsen pikir, Alea tak akan pernah penasaran. Namun dugaannya salah total.

"Itu karena sikap kamu yang dingin juga sama Wira mas. Coba kalau kamu sudah maafin sepenuhnya Wira. Menantu mamah nggak akan curiga"

Arsen melepaskan tangan bundanya kemudian berdiri. Menahan emosinya yang tiba-tiba muncul saat mengingat kejadian dulu "Sayangnya nggak semudah itu buat maafin dia bun. Hati mas nggak selebar itu. Nggak seluas hati bunda yang bisa memaafkan tante Jani begitu mudah"

Amel menghela napasnya pelan "Kamu masih suka sama Dira mas?"

Arsen memejamkan matanya "Mas nggak tahu bun. Tapi yang jelas mas masih belum bisa memaafkan mas Wira yang tiba-tiba datang dan mengaku semuanya di hari H pernikahan!"

"Mas pamit balik ke kantor ya bun. Assalamualaikum" mencium tangan Amel, Arsen langsung keluar dari kamar meninggalkan bunda yang terduduk lemas di sofa.

......................

**Eits. udah bab 20 aja ternyata. mari-mari melipir perlahan ke konflik ya 🤭

Mohon dukungannya teman-teman,

Terpopuler

Comments

Laila

Laila

Yokkk ditunggu kabar baiknya

2023-01-18

1

Is Wanthi

Is Wanthi

sudah kukirim bunga buat mas Arsen, untuk di sampaikan ke istrinya biar mau di ajak liburan

2023-01-18

1

El priva

El priva

yakin si alea dan jiwa keponya keredam cuma gegara liburan....humm tidak segampang itu keknya

2023-01-18

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Menikah dengan Arsenio Yudhistira
2 Bab 2 : Takut Hantu di Rumah Baru
3 Bab 3 : Gara-gara Diwa
4 Bab 4 : Kafe
5 Bab 5 : Titah Mas Arsen
6 Bab 6 : Seperti Bapak-bapak Bawa Anak
7 Bab 7 : Satu Kamar
8 Bab 8 : Kado Pernikahan dari Diwa
9 Bab 9 : Keberadaan Wanita Lain
10 Bab 10 : Wanita Itu Bernama Dira
11 Bab 11 : Saran Diwa Nggak Mempan
12 Bab 12 : Arsenio Yudhistira
13 Bab 13 : Pemateri Itu Suami ku
14 Bab 14 : Si Merah Datang
15 Bab 15 : Kedatangan Wira
16 Bab 16 : Misi Pencarian Dira Dimulai
17 Bab 17 : Tidur Di Pelukan Mas Arsen
18 Bab 18 : Bukan Simpanan Sugar Daddy?
19 Bab 19 : Ngelabrak Luna
20 Bab 20 : Ajakan Honeymoon
21 Bab 21 : Liburan Ke Bali
22 Bab 23 : Kemunculan Dira Alisha
23 Bab 24 : Perasaan Itu Ternyata Ada
24 Bab 25 : Arsen vs Saga
25 Bab 26 : Dira Siapa Kamu Mas?
26 Bab 27 : Mantan?
27 Bab 28 : Bi Ina Kerasukan
28 Bab 29 : Rencana Berhasil
29 Bab 30 : Rencana Berhasil 2
30 Bab 31 : Aku Pemeran Pengganti Setelah Pemeran Pengganti
31 Bab 32 : Dibalik Kisah Arsen, Wira dan Dira
32 Bab 33 : Kertas Undangan
33 Bab 34 : Kertas Undangan 2
34 Bab 35 : Kalah Dengan Dekapan Mas Arsen
35 Bab 36 : Ketahuan Keke dan Gita
36 Bab 37 : Mas Azri
37 Bab 38 : Chat Penuh Kesabaran
38 Bab 39 : Pengakuan Diwa
39 Bab 40 : Maafin Aku Mas
40 Bab 41 : Wira dan Dira
41 Bab 42: Tamparan Keras
42 bab 43 : Sekakmat Arsen
43 bab 44 : Sindir
44 bab 45 : Tamparan Kakek
45 Bab 46 : Aku Ingin Kita Pisah
46 Bab 47 : Alasan Marinka
47 Bab 48 : Pelaku Utama
48 Bab 49 : Teka Teki
49 Bab 50 : Kisah Yang Sebenarnya
50 Bab 51 : Kisah Yang Sebenarnya 2
51 Bab 52 : Pertemuan Kembali
52 Bab 53 : Aku ingin mati, Mas
53 Bab 54 : Setengah Penjelasan
54 Bab 55 : Anyelir Merah
55 Bab 56 : Fakta Sebenarnya
56 Bab 57 : Surat Dari Ayah
57 Bab 58 : Ending
58 Promo Cerita Baru
59 Extra Part 1
60 Extra Part 2
61 S2 : Mimpi Yang Indah
62 S2 : Kabar Mengejutkan
63 S2 : Terjebak Diingatan Malam Itu
64 S2 : Kebohongan Kembali
65 S2 : Lonceng Tanda Bahaya
66 S2 : Pertanyaan Alea
67 S2 : Membawanya Kembali ke Rumah
68 S2 : Pipi Merah
69 S2 : Kejujuran Perceraian
70 S2 : Beri Jeda Untuk Bernapas
71 S2 : Hormon Ibu Hamil
72 S2 : Kakek
73 S2 : Diwa dan Cita-citanya
74 S2 : Fitting Gaun Pengantin
75 S2 : Tak Semudah Yang Dibayangkan
76 S2 : Azri dan Kenyataan Yang Ada
77 S2 : Kembalinya Ingatan
78 S2 : Keputusan Ada di Kamu Alea
79 S2 : End
80 Karya Baru
Episodes

Updated 80 Episodes

1
Bab 1 : Menikah dengan Arsenio Yudhistira
2
Bab 2 : Takut Hantu di Rumah Baru
3
Bab 3 : Gara-gara Diwa
4
Bab 4 : Kafe
5
Bab 5 : Titah Mas Arsen
6
Bab 6 : Seperti Bapak-bapak Bawa Anak
7
Bab 7 : Satu Kamar
8
Bab 8 : Kado Pernikahan dari Diwa
9
Bab 9 : Keberadaan Wanita Lain
10
Bab 10 : Wanita Itu Bernama Dira
11
Bab 11 : Saran Diwa Nggak Mempan
12
Bab 12 : Arsenio Yudhistira
13
Bab 13 : Pemateri Itu Suami ku
14
Bab 14 : Si Merah Datang
15
Bab 15 : Kedatangan Wira
16
Bab 16 : Misi Pencarian Dira Dimulai
17
Bab 17 : Tidur Di Pelukan Mas Arsen
18
Bab 18 : Bukan Simpanan Sugar Daddy?
19
Bab 19 : Ngelabrak Luna
20
Bab 20 : Ajakan Honeymoon
21
Bab 21 : Liburan Ke Bali
22
Bab 23 : Kemunculan Dira Alisha
23
Bab 24 : Perasaan Itu Ternyata Ada
24
Bab 25 : Arsen vs Saga
25
Bab 26 : Dira Siapa Kamu Mas?
26
Bab 27 : Mantan?
27
Bab 28 : Bi Ina Kerasukan
28
Bab 29 : Rencana Berhasil
29
Bab 30 : Rencana Berhasil 2
30
Bab 31 : Aku Pemeran Pengganti Setelah Pemeran Pengganti
31
Bab 32 : Dibalik Kisah Arsen, Wira dan Dira
32
Bab 33 : Kertas Undangan
33
Bab 34 : Kertas Undangan 2
34
Bab 35 : Kalah Dengan Dekapan Mas Arsen
35
Bab 36 : Ketahuan Keke dan Gita
36
Bab 37 : Mas Azri
37
Bab 38 : Chat Penuh Kesabaran
38
Bab 39 : Pengakuan Diwa
39
Bab 40 : Maafin Aku Mas
40
Bab 41 : Wira dan Dira
41
Bab 42: Tamparan Keras
42
bab 43 : Sekakmat Arsen
43
bab 44 : Sindir
44
bab 45 : Tamparan Kakek
45
Bab 46 : Aku Ingin Kita Pisah
46
Bab 47 : Alasan Marinka
47
Bab 48 : Pelaku Utama
48
Bab 49 : Teka Teki
49
Bab 50 : Kisah Yang Sebenarnya
50
Bab 51 : Kisah Yang Sebenarnya 2
51
Bab 52 : Pertemuan Kembali
52
Bab 53 : Aku ingin mati, Mas
53
Bab 54 : Setengah Penjelasan
54
Bab 55 : Anyelir Merah
55
Bab 56 : Fakta Sebenarnya
56
Bab 57 : Surat Dari Ayah
57
Bab 58 : Ending
58
Promo Cerita Baru
59
Extra Part 1
60
Extra Part 2
61
S2 : Mimpi Yang Indah
62
S2 : Kabar Mengejutkan
63
S2 : Terjebak Diingatan Malam Itu
64
S2 : Kebohongan Kembali
65
S2 : Lonceng Tanda Bahaya
66
S2 : Pertanyaan Alea
67
S2 : Membawanya Kembali ke Rumah
68
S2 : Pipi Merah
69
S2 : Kejujuran Perceraian
70
S2 : Beri Jeda Untuk Bernapas
71
S2 : Hormon Ibu Hamil
72
S2 : Kakek
73
S2 : Diwa dan Cita-citanya
74
S2 : Fitting Gaun Pengantin
75
S2 : Tak Semudah Yang Dibayangkan
76
S2 : Azri dan Kenyataan Yang Ada
77
S2 : Kembalinya Ingatan
78
S2 : Keputusan Ada di Kamu Alea
79
S2 : End
80
Karya Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!