Alea mengedarkan pandanganya menatap setiap sudut rumah yang akan ia tinggali mulai sekarang. Rumah berlantai 2 dengan tembok berwarna biru laut ini sudah menarik perhatian Alea sejak melihat halaman luas di luar.
Ruang tengah rumah ini bahkan jauh lebih besar dari 3 kamar di rumahnya jika digabungkan menjadi satu. Berlantai 2, namun cukup besar bagi dua orang yang tinggal di dalamnya.
Selain takjub dengan besarnya rumah ini, ada satu yang mengusik pikiran Alea sejak tiba di rumah ini. Akan sangat melelahkan untuk membersihkan setiap area di rumah ini.
"Mas. Boleh tanya sesuatu nggak?" tanya Alea pada Arsen yang baru tiba dengan dua koper besar milik Alea. Ini pun belum semua barang dari rumah ia bawa. Ada yang masih tertinggal di sana. Namun acara tadi pagi cukup menguras tenaganya.
Tak peduli jika Arsen tidak menjawab ucapannya barusan. Alea kembali mengajukan pertanyaannya. "Rumah segede ini nggak mungkin cuman kita doang yang tinggal di sini kan mas?"
"Kenapa? Kamu takut kalau saya apa-apain jika cuman tinggal berdua di rumah ini. Apalagi kalau statusnya sudah sah"
Menyilangkan tangan di depan dada, Alea bergeser ke kiri sedikit menjauhi Arsen. "Jangan macam-macam ya mas. Aku cuman nanya, ada asisten rumah tangga nggak?! Ya kali rumah segede ini aku doang yang beresin?"
"Hmm"
Alea mengerutkan dahinya "Idih hmm doang. Nggak jelas!"
"Ada Alea. Besok baru datang" dari nada bicara nya, Arsen sepertinya sedikit kesal dengan kecerewetan Alea. Pria itu duduk di sofa sambil mengecek kerjaannya di ponsel.
"Oh. Syukur deh kalau gitu. Nggak jadi babu setelah nikah sama mas" tak peduli dengan lirikan mata Arsen. Alea ikut duduk di sofa dengan mata yang masih mengamati setiap sudut rumah ini.
Sebelum ketahuan dengan teman-temannya jika dirinya pindah rumah. Sepertinya Alea akan menginfokan jika dirinya kini tinggal bersama om dari pihak mamih di Jakarta. Tak lagi ngekos di kamar petakan yang sering kali mati lampu itu.
"Mas" panggil Alea. Pria yang menjadi suaminya ini tak menjawab apalagi menoleh ke arahnya.
"Mas"
"Mas"
"Mas Arsen!"
"Mas Arsen gendang telinganya rusak ya?!" ucap Alea kesal.
"Asstagfirullahaladzim Alea!!" tegur Arsen.
Alea tersenyum menunjukkan sederet gigi rapihnya tanpa rasa bersalah "Maaf. Lagian dipanggil nggak nyahut" terlepas dari sifat Marinka yang seperti dakjal, Alea harus tinggal dengan kulkas berpintu satu ini.
"Kenapa?"
Alea mengusap perutnya sendiri. Siang tadi dirinya hanya makan sedikit karena terus diajak mengobrol oleh anggota keluarga Arsen. Perutnya sudah minta diisi dengan alaram yang berbunyi "Kita makan apa malam ini? Aku laper"
Tunggu. Sudah diperbolehkan kan jika dirinya meminta makan pada Arsen Sekarang? Atau masih terkesan cewek matre yang minta ditraktiri oleh pacarnya. Arsen bukan pacaranya, melainkan suaminya sekarang. Jadi seharusnya sah-sah saja jika dirinya minta makan pada laki-laki ini.
"Mau makan apa? Kita pesen aja. Nggak ada bahan masakan di kulkas"
Alea duduk merapat ke arah Arsen guna mengintip ponsel pria itu yang kini menampilkan layanan pesan makan online. Jika membiarkan Arsen yang memesan, jelas pasti tak ada yang pedas satupun. Tipe cowok seperti suaminya ini, biasanya tak tahan untuk makan-makanan yang pedas.
Diposisi begini Alea juga sebenarnya ingin menguji ketahanan Arsen. Jika laki-laki itu tak merasa nyaman berada di dekatnya disertai suara detak jantung yang terdengar cepat. Alea perlu waspada, tapi jika yang terjadi sebaliknya maka hidupnya akan sangat damai di rumah ini.
Cukup lama mereka berada di posisi seperti itu. Alea sedikit bernapas lega saat Arsen tak terkesan menghindar sama sekali. Seperti dirinya, pernikahan ini juga sepertinya hanya dianggap laki-laki itu hanya sebuah ikatan di atas kertas.
Mengambil ponsel Arsen, Alea bergeser sedikit memberikan jarak antara mereka. Memesan beberapa makanan pedas, dan langsung mendongak saat ingat jika bukan hanya dirinya saja yang belum makan di sini. Tapi Arsen juga sama.
"Alea pesen makanan pedes semua. Mas doyan pedes nggak? Atau mau pesen ayam goreng yang nggak pedes aja?"
"Pesen yang nggak pedes. Aku mau mandi. Jangan buka aplikasi yang lain, taruh di meja hpnya kalau sudah selesai pesan" ucap Arsen kemudian langsung berlalu pergi.
Decakkan sebal kembali terdengar dari Alea "Cih. Siapa juga yang mau buka-buka" omelnya sambil menatap sebal ke arah Arsen yang tengah menaiki anak tangga menuju lantai 2. Kamar laki-laki itu sepertinya ada di sana. Masalah mengenai kamar, Alea lupa menanyakan dimana letak kamarnya.
Beberapa menit kemudian, bersamaan dengan makanan yang datang, Arsen turun dari lantai dua dan ikut duduk melantai di samping Alea. Penampilan suaminya itu jelas sudah berbeda, tampak lebih segar Dengan kaos hitam dan celana selutut, aroma sabunnya membuat Alea merasa risih dengan bau badannya sendiri.
Alea bergeser sedikit menjauh dari Arsen, takut jika bau badannya tercium oleh laki-laki itu. Hanya saja perutnya sudah meronta tidak sabar jika Alea harus mandi terlebih dahulu. Maka dari itu, lebih baik makam cepat dan langsung segera mandi.
"Ini makanan bisa berubah hukumnya jadi nggak halal lagi buat kamu loh mas" ucap Alea saat melihat Arsen terlihat begitu lahap makan dada ayam.
"Maksudnya?"
Alea tersenyum miring sambil menunjuk makanan Arsen dengan dagunya "Bayar pakai uang aku soalnya. Jadi kalau mas nggak ganti uang aku, dan aku nggak ikhlas. Hukumnya bisa berubah menjadi nggak halal lagi"
Alea menahan senyumnya saat melihat Arsen tersedak mendengar sederet kalimatnya barusan. Sikap laki-laki itu terlalu dingin dan irit bicara. Maka sesuai dengan harapan bunda Amel, Alea akan membuat Arsen menjadi pribadi yang berbeda.
"Besok aku kasih kartu kredit aku buat kamu"
"Yes. Oke!" sorak Alea gembira.
Sejenak tak ada yang bicara diantara mereka. Keduanya makan makan malam dalam diam dan menikmati makanan masing-masing. Hanya sebentar saja, karena Alea ingat ada hal yang perlu ia tanyakan kepada suaminya ini.
"Seperti yang aku minta secara pribadi sama mas. Aku tidur dimana?" kemarin, saat Amel dan Bagas kembali ke mobil, Alea sempat menahan Arsen untuk mengutarakan satu lagi syaratnya pada laki-laki itu. Yaitu mereka akan pisah kamar sampai waktu dimana keduanya sama-sama saling jatuh cinta. Alea tak ingin berada di kamar yang sama dengan laki-laki yang tak ia sukai sama sekali.
"Di sana"
Alea mengikuti ke arah jari telunjuk Arsen. Sebuah pintu tertutup yang berada tepat di samping lemari Tv. "Kamar mas, dimana?"
"Di atas"
Kepala Alea mendongak menatap lantai dua "Di atas nggak ada kamar lagi mas?"
"Nggak ada, Kenapa? Kamu mau sekamar sama saya?"
Alea langsung menggeleng tegas. Dia yang mengusulkan pertama kali untuk pisah kamar. Jadi tak mungkin Alea berharap satu kamar dengan suaminya itu. Masalahnya adalah, Alea takut dengan hal-hal mistis. Jika kamar mereka berada di lantai yang sama, mungkin akan mengurangi sedikit rasa takut nya. Bagaimana jika tiba-tiba ada yang mengetuk jendela kamarnya tengah malam? Alea bisa pingsan duluan sebelum sampai di lantai 2.
"Mau tukeran kamar sama saya?"
Alea kembali menggeleng. Gengsi rasanya jika ia harus mengakui takut dengan hantu, bisa-bisa Arsen menjadikannya senjata untuk mengatur Alea setiap malam.
Terus kudu piye?.
***
Sudah mandi, sudah ganti baju, perut sudah kenyang, badam terasa lelah, seharusnya Alea bisa langsung tidur lelap begitu kepalanya menempel dengan bantal. Sudah hampir 15 menit berada di kamar, mata, hati dan pikirannya masih juga tak mau untuk diajak kerjasama. Alea masih terjaga dengan detak jantung yang berdetak normal, otaknya masih terus berputar menggali segala informasi mengenai wujud hantu dan novel horor yang pernah ia baca, setiap kali menutup mata, maka gambaran itu akan tercetak begitu jelas. Jika seperti ini terus, maka Alea bisa tak tidur hingga pagi.
Suara benda jatuh yang berasal dari arah halaman, membuat Alea langsung berteriak dan berlari keluar dari kamar. Sialnya, tv yang sebelumnya menyala kini sudah mati dan manusia yang menontonnya juga sepertinya sudah berada di lantai 2.
"Ya Allah. Lindungi hamba ya Allah" ucap Alea. Di rumah sendiripun Alea tak bisa jika tidur di kamar yang berbeda lantai dengan orang lain. Apalagi di rumah baru dan suasana baru, jika masuk lagi ke kamar, sudah dipastikan dirinya akan pingsan karena ketakutan.
Lebih baik dijutekin manusia semacam mas Arsen daripada bertemu dengan hantu, Alea menaiki satu per satu anak tangga menuju lantai 2. Diketuknya pintu kamar Arsen tiga kali hingga sang pemilik kamar membukakan pintunya.
"Kenapa?"
Serius ini orang budeg beneran karena nggak denger teriakan gue tadi.
"Nggak bisa tidur"
"Terus?"
"Kenapa kamarnya harus beda lantai sih mas? Itu ada kamar sebelah?" Alea menunjuk ke arah ruangan yang berada di sebelah kamar Arsen.
"Itu ruang kerja saya. Kamu tuh kenapa sih?" ucap Arsen mulai sewot.
"Agatugu tagakugut sagama segatagan" jawab Alea cepat. Semoga aja Arsen bisa paham dengan apa yang ia katakan barusan.
"Apaan?!"
"Agatugu tagakugut sagama segatagan"
"Nggak jelas, saya tutup pintunya!"
"Aku takut sama setan mas!!" pekik Alea dengan nada sewot. Selain dingin suaminya ini benar-benar tak peka sama sekali.
Alea mendengus sebal saat melihat ekspresi datar Arsen sekarang. Laki-laki itu hanya diam sambil memandang tajam ke arah Alea.
"Aku nggak bisa tidur di bawah kalau sendirian" ucap Alea lagi. Tekadung malu, biar sekalian saja malu-maluin diri sendiri.
"Nggak ada setan di sini. Saya rajin sholat dan ngajiin ini rumah"
Alea langsung menahan pintu kamar yang hendak ditutup oleh Arsen dengan kakinya. Sambil memejamkan matanya, Alea berbisik dengan harapan bisa didengar oleh suaminya ini.
"Izinin aku tidur di sini"
"Apa? Nggak denger"
"Aku tidur di kamar mas. Di lantai juga nggak apa-apa"
"Mas nggak denger Alea"
Oh ya lupa. Jika suaminya ini memang rada budeg.
"Izinin aku tidur di kamar kamu mas!!" sewot Alea.
"Oke"
Alea melongo saat melihat Arsen membuka pintu kamarnya lebar-lebar. Laki-laki itu kembali masuk kedalam kamar dan berjalan menuju pintu yang berada didalam kamar ini. Pintu yang menghubungkan ruangan ini dengan ruang kerja disebelahnya.
"Saya buka pintu ini sampai kamu tidur" ucapnya kemudian berjalan masuk ke ruang kerja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Udah tau penakut soknsoan mau mintak pisah kamar..🤣🤣🤣
2024-08-26
0
Is Wanthi
update nya di tungguin nih 🙂🙂🙂
2023-01-02
1