Rasanya Alea ingin kabur aja saat ini. Gara-gara mbak Marinka. Masa-masa dimana dirinya harusnya merasa bebas kemanapun sambil menikmati uang peninggalan ke dua orang tuanya yang udah sangat ia hemat sejak SD, Alea malah harus terkurung dengan sosok bernama Arsenio Yudhistira.
Memang sih mas Arsen tak pernah main tangan atau mengatakan hal-hal seperti umpatan kepadanya. Namun sifat sok lebih tua itu—memang lebih tua—terlalu mendominasi dan Alea tak suka akan hal itu.
Semuanya memang gara-gara Diwa. Jika saja laki-laki itu tak minta sepeda, mas Arsen jelas tak akan marah seperti tadi.
Turun dari ojek online, Alea berjalan memasuki area kafe dimana mereka semua yang tak lain adalah Gita, Keke, Diwa, Saga dan dirinya berencana berkumpul untuk mengerjakan tugas bersama.
Begitu masuk, yang Alea lihat pertama kali adalah jejeran orang berjas rapih yang tengah duduk santai sambil berbincang satu sama lain. Terlihat sangat berwibawa dan begitu tenang. Saat tenang, tak seperti meja yang ada di sudut kafe ini yang terlihat sangat gaduh, terlebih saat Gita yang duduk disana memekik memanggil namanya hingga semua orang yang ada di kafe nampak menoleh sebentar.
Alea menunduk malu karena ulah Gita. Berjalan mendekati mereka kemudian mendaratkan satu pukulan maut di punggung Gita.
"Malu-maluin banget sumpah" omel Alea.
Gita menyengir tak merasa salah sama sekali. Lagi pula ini kafe, tempat untuk bersantai. Berteriak memanggil teman bukanlah kejahatan di sini.
"Lah, kata lo Git. Alea bakal mati, ini buktinya masih hidup"
Alea melotot ke arah Diwa yang baru saja bicara. Berbanding terbalik dengan ekspresi Alea yang nampak ditekuk karena diomelin oleh mas Arsen, wajah Diwa malah nampak berseri. Siapa juga yang tidak berseri saat mendapat sepeda dengan harga jutaan itu?.
Dilihat dari Diwa yang malah tersenyum, laki-laki itu jelas tengah menggodanya sekarang. Gita pasti bercerita tentang dirinya yang mungkin akan mati dan Diwa jelas tahu alasannya.
"Gue nyaris mati sih. Tapi kayanya Tuhan masih sayang sama gue biar bisa membalas" jawab Alea sambil menginjak kaki Diwa di bawah meja hingga laki-laki itu meringis kesakitan.
"Ini cuman kita berempat? Saga kemana?" Alea menoleh ke kanan dan ke kiri. Nggak mungkin kan laki-laki itu ngambek hanya karena tadi dirinya menolak untuk diajak pulang?.
"Nggak tahu. Macet kali, gue yakin dia pasti bawa mobil di jam so—, buset ganteng banget itu cowok. Calon penjaga hati gue kayanya" girang Gita tiba-tiba.
Tak seperti Keke dan Diwa yang mengikuti arah pandangan Gita, Alea hanya memutar bola matanya malas. Kebiasaan Gita saat di kafe adalah selalu memekik kegirangan saat melihat pria-pria tampan. Jiwa jomblo bocah itu selalu aja meronta-ronta.
"Al" bisik Diwa. Alea menampik tangan Diwa yang mencolek lengannya.
"Liat dulu siapa itu, hati lo pasti berbunga-bunga" bisik Diwa lagi.
Menurut. Alea menoleh ke arah yang Diwa tunjuk. Matanya membulat sempurna saat mas Arsen lah yang berjalan masuk ke dalam kafe sambil mengibaskan butiran-butiran air hujan dari baju laki-laki itu. Ngapain mas Arsen di sini hujan-hujan begini?.
Untuk sesaat pandangan keduanya bertemu, namun mas Arsen memutusnya karena laki-laki itu mengambil posisi duduk diantara para pria-pria berjas rapih itu. Dilihat dari mereka semua yang menyapa mas Arsen sangat ramah dan gaul, sudah dipastikan jika mereka semua adalah teman laki-laki itu.
Oke. Bukan hanya dirinya saja yang keluar sore ini, tapi mas Arsen juga iya. Ditempat yang sama lagi.
Suara alunan musik kini mulai terdengar. Cuaca yang hujan diluar sana menambah kesan romantis saat piano mulai dimainkan. Kafe ini terkenal dengan banyak kejutan. Alea bahkan pernah melihat ada sejoli yang melakukan lamaran di kafe ini. Ditengah-tengah para pengunjung kafe hingga membuat para jomblo seperti Gita dan Keke meronta-ronta hingga ikut menangis karena terharu. Mungkin, mungkin hari ini hal itu juga akan terjadi.
"Kayanya ada acara spesial lagi nih. Yang dilamar dan ditembak orang lain. Tapi gue ikut baper" ucap Gita sambil meremas-reman tangan Alea.
Alea hanya menghela napas. Dulu, iya juga sangat semangat jika ada hal seperti ini di kafe, membayangkan jika dirinya kelak juga akan diberi kejutan dan diperlakukan begitu manis oleh mas gebetan. Tapi sekarang, boro-boro, yang ada Alea hanya bisa mengelus dada karena mendapat suami seperti mas Arsen yang tak ada romantisanya sama sekali.
"Itu bukannya Saga ya?" kali ini Keke yang bicara. Gadis itu terkejut bukan main hingga menutup mulutnya sendiri.
Alea kembali menoleh ke arah yang Keke liat. Untuk sesaat ada umpatan yang tertahan saat matanya menangkap Saga tengah berjalan dengan sebuket bunga yang ada ditangan, tersenyum penuh arti ke arahnya yang sukses membuat Alea langsung melirik ke arah mas Arsen. Sial. Laki-laki itu juga tampak memperhatikan Saga.
"Hai Al"
Alea langsung menunduk pura-pura tak mendengar panggilan Saga yang sudah berdiri di belakangnya ini. Sungguh, jangan sekarang Ga. Dirinya benar-benar bisa dicincang habis oleh mas Arsen.
"Alea"
Menggerutu dalam hati, Alea menoleh ke belakang, bersamaan dengan itu dirinya juga melihat ekspresi mas Arsen yang kini hanya diam sambil menatap lurus ke arahnya. Kenapa dari banyaknya hari, harus sekarang yang ada mas Arsen juga?.
"Aku suka sama kamu. Mau jadi pacar aku?"
Jeder.
Tak ada ekspresi apapun yang ditunjukkan mas Arsen dikala para teman-temannya tersenyum. Laki-laki seolah tengah menonton drama percintaan para anak remaja dan dirinya menjadi sosok ayah yang menunggu jawaban putrinya.
"A.. Aku nggak bisa Ga. Aku nggak suka sama kamu. Aku suka sama orang" oke. Itu adalah jawaban paling aman sekarang. Menyambar tas miliknya, Alea langsung berjalan keluar dari kafe meninggalkan semua orang yang menatapnya dengan tatapan tak percaya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
OMG jangan bilang kalo bunga itu buat ngelamar Alea..🫣🫣
2024-08-26
0
Is Wanthi
Gita,tuh tuh yg terlihat bisa melindungi hati, punya temen Lo sendiri ya
2023-01-03
1