"Kenapa? ditekuk bener itu muka?"
Alea dan Gita yang sejak tadi menahan diri untuk tak melemparkan pertanyaan apapun pada Keke, menoleh serempak ke arah Saga yang juga duduk diantara mereka. Saga, laki-laki dengan jurusan berbeda namun suka sekali nongkrong dikantin teknik karena alasan ingin mendekati Alea tampak mengangkat bahunya tak paham. Sejak tadi, suasana di sini memang tampak suram. Dan Saga yang tingkat kepekaannya hanya digunakan jika berhubungan dengan Alea itu malah melempar pertanyaan dengan mudahnya.
"Nggak usah pake nanya bisa kan? pura-pura aja nggak liat" bisik Alea sambil menginjak kaki laki-laki itu.
Gita yang duduk disamping Keke menepuk bahu temannya itu pelan "Dapet nilai C nggak terlalu buruk kok.
" Ya elah Ke. Kalau nggak lulus ya tinggal ngulang aja semester depan"
Selesai menginjak kaki laki-laki yang duduk di sebelah kirinya, Alea kini berganti menginjak kaki laki-laki yang duduk di sebelah kanannya. Diwa dan Saga sama persis seperti mas Arsen, jiwa kepekaan mereka seolah berada di bawah rata-rata.
Atau jangan-jangan itu memang sifat dasar laki-laki yang punya wajah tampan? Dibalik kelebihan karena berwajah tampan, mereka pasti punya kelemahan. Dan sepertinya kelemahan mereka ada pada kurangnya kemampuan untuk membaca situasi yang ada.
"Al, pulang sama gue yuk. gue antar" ajak Saga.
Alea langsung menggeleng tegas. Meski menikah tanpa ada rasa cinta, Alea tak sedurhaka itu pada suami dengan pulang bersama laki-laki lain. Bisa-bisa ia dicincang sama mas Arsen setelah sampai di rumah nanti.
Mungkin, mas Arsen sekarang tampak baik dan lembut. Tapi mereka baru menikah 2 hari, mas Arsen belum sepenuhnya menunjukkan sifat asli laki-laki itu.
"Gue pulang bareng Diwa" Alea menyikut Diwa yang malah asik menyantap bakso tanpa ada niatan untuk membantunya sama sekali. Diwa sepupu mas Arsen, pulang dengan Diwa jelas lebih baik ketimbang pulang dengan Saga.
***
Begitu mobil Diwa memasuki area halaman rumah, dahi Alea berkerut bingung saat melihat sebuah mobil kap terparkir di depan rumahnya. Beberapa orang terlihat bahu membahu menurunkan spring bed berukuran super besar. Mungkin cukup untuk 3 orang dewasa.
Turun dari mobil, Alea menoleh ke arah Diwa yang sudah berdiri disampingnya. Ekspresi laki-laki ini yang mengedipkan matanya, membuat Alea bisa membaca apa yang ada di kepala dia sekarang.
"Apa?" tanya Alea ketus.
"Kenapa? Kasur mas Arsen kurang gede buat kalian berdua? Susah ya geraknya?"
Dosa nggak nyelepet mulut adik ipar sendiri?. Semakin hari kalimat yang keluar makin kurang ajar rasanya.
"Gue slepet itu bibir baru tau rasa" ancam Alea.
Kalian tahu, ledekan adik ipar sekaligus teman itu kadang jauh lebih terbuka apa adanya. Alea kadang malu sendiri mendengar ucapan Diwa.
"Loh, mas Diwa disini?"
Alea dan Diwa sama-sama menoleh ke sumber suara. Wanita dengan baju daster dan rambut yang digelung ke atas itu berjalan mendekat ke arah mereka. Alea tak merasa pernah melihatnya sebelumnya. Sepertinya bukan salah satu dari banyaknya keluarga Yudhistira.
"Lah, bu Ami disini? Ikut mas Arsen?"
Alea menoleh ke arah Diwa yang baru saja bicara. Nada santai laki-laki itu menunjukkan jika Diwa mengenalnya cukup dekat.
"Iya mas. Ibu nyuruh bi Ami ikut mas Arsen dulu sementara sampai nemu ART yang cocok"
Alea mulai paham alur yang terjadi. Kemungkinan besar, bi Ami ini adalah salah satu ART di keluarga ibu mertuanya.
"Ini bu Alea ya. Mungkin ibu nggak kenal sama saya. Saya bi Ami bu. Saya yang akan bantu ibu mengurusi rumah untuk sementara"
Alea tersenyum. Menyambut uluran tangan bi Ami yang terulur ke arahnya. Setelah Diwa pergi, Alea harus memberitahu segala hal yang ada diantara dirinya dan Arsen pada bi Ami. Jangan sampai kisah pisah kamar terdengar hingga ke telinga mertuanya. "Panggil Alea atau mbak aja ya bi"
"Itu mas Arsen yang pesen bi?" tanya Diwa.
"Iya mas." Bi Ami menunjuk ke arah kasur besar itu "Oh ya mbak. Kasur itu mau ditaruh dimana ya mbak? Kamar mas Arsen di atas, tapi saya kiat barang-barang mbak Alea dikamar bawah. Jadi saya bingung mbak Alea dan mas Arsen tidur dimana? Di atas apa di bawah?"
Setelah kalimat panjang bi Ami terlontar, Alea merasa bulu kuduk nya meremang seketika seolah ada setan yang menatap horor kearahnya. Perlahan tapi pasti, Alea menoleh ke arah kanannya. Dan tebakanya benar, Diwa tengah menatapnya dengan tatapan memincing lengkap dengan dahi berkerut.
"Lo pisah kamar sama kakak gue ya?" tebak Diwa.
Pasrah. Alea menganggukkan kepalanya. "Jangan kasih tahu bunda ya Wa. Gue belum siap buat sekamar sama kakak lo"
Diwa nampak mengangguk-anggukkan kepalanya nampak mengerti dan memahami, hanya saja tangan laki-laki itu tampak menengadah ke atas. Alea yang sudah tahu apa yang sedang diinginkan Diwa akhir-akhir ini menggelengkan kepalanya.
"Gue nggak punya duit buat beliin lo sepeda itu" sepeda yang tengah diinginkan oleh Diwa seharga setengah biaya 1 semester.
"Ya udah. Gue cerita aja sama bun—"
"Oke. Gue beliin" gue beliin pakai duit kakak lo. Lanjut Alea dalam hati.
***
Gita : kita udah di kafe nih, lo dimana?
Keke : Dia yang ngajak, dia yang ngilang.
Gita : ini Al El Dul kemana nih? Tumben banget nggak nongol.
Alea yang tengah berbaring dengan jantung dag dig dug serr. Memanyunkan bibirnya takut. Perihal Diwa yang berniat untuk menjaga rahasianya asalkan dibelikan sepeda, mau tak mau Alea kabulkan dengan memesan sepeda itu secara online. Duitnya? Jelas. Pakai duit mas Arsen yang mungkin tadi hampir terkena serangan jantung saat mendapat notifikasi uang yang keluar dari atmnya. Alea hanya perlu menunggu mas Arsen pulang dengan amarah laki-laki itu.
^^^Alea : gue kayanya sebentar lagi^^^
^^^bakal kehilangan nyawa nih.^^^
Gita : What? Mati maksud lo?.
Keke : lo dimana Al?
^^^Alea : kalau nggak mati.^^^
^^^Gue kayanya bakal dilarikan^^^
^^^ke rumah sakit karena luka-luka.^^^
Keke : Jangan bercanda Al.
Gita : Tadi lo pulang bareng Diwa kan? Jangan bilang lo digebukin sama fangirl nya Diwa?!!
^^^Alea : Dia dateng.^^^
^^^Maafin kesalahan gue selama ini ya teman-teman. Biar gue diterima masuk surga sama Allah.^^^
Keke : Buset ni orang. Bercandaannya nggak lucu. Dimana lo?!!!.
Gita : Dimana lo!!!!"
"Alea!!"
Tak jadi membalas pesan di group GAK Kece, Alea langsung meletakan ponselnya saat mendengar pekikan Arsen.
"Ya Allah, lindungi hamba dari suami-suami yang suka KDRT" buru-buru Alea menarik selimut guna menyembunyikan dirinya, namun memang nasib buruk sedang menerjang Alea sejak tadi, baru ingin merebahkan badanya, pintu kamar terbuka dan tatapannya bertemu dengan Arsen. Gagal sudah rencana pura-pura ingin tidur.
"Kamu habis belanja apa samapi mahal begini Al?"
Masih menunduk, tak berani menatap kedua mata Arsen yang kini benar-benar tengah marah. Meski punya duit banyak tak berseri, Alea juga pasti akan ngamuk seperti mas Arsen jika mendapat info saldo berkurang sebesar itu.
"Beli sepeda" Jawab Alea jujur.
"Buat apa? Ada sepeda mas di garasi!!"
Kesal karena terus mendengar suara tegas Arsen. Alea akhir nya memberanikan diri untuk mendongak. "Bukan sepeda itu yang harus aku beli"
Arsen menghela napasnya pelan. Alea kembali menunduk saat tatapan tajam suaminya masih setia menatap ke arahnya.
"Selain sepeda, apa lagi?" Alea mendongak saat nada suara Arsen berubah drastis, yang sebelumnya marah-marah kini lebih tenang dan halus untuk didengar. Mungkin karena saat balik menatapnya lagi, Alea tak bisa menahan air matanya agar tidak menggenang.
"Cuman itu mas. Cuman sepeda" jawab Alea dengan nada lebih rendah.
"Mas nggak bakal marah kalau kamu beli yang lain. Asal kamu jujur"
"Aku nggak bohong sekarang mas. Aku cuman beli sepeda buat Diwa."
"Diwa?"
"Iya. Diwa. Dia tahu kita pisah kamar, makanya aku ngasih itu buat tutup mulut" jelas Alea.
"Oke. Segitu besarnya usaha kamu buat nutupin semuanya" jawab Arsen kemudian berlalu keluar dari kamar Alea.
Sepeninggal Arsen. Tangis Alea pecah seketika. Dadanya terasa sesak saat mengingat kemarahan Arsen. Meski di rumah sebelumnya Alea juga sering mendapat bentakan dari bibi dan pamannya, entah kenapa kali ini terasa jauh lebih sakit. Apalagi kalimat terakhir Arsen yang bagi Alea terasa seperti menusuk dadanya.
Menghapus jejak air mata. Alea meraih ponsel miliknya di nakas dan mengetikan sesuatu di sana. Tepatnya di group Gak Kece, pesan mengenai keikut sertaan dirinya datang ke ulang tahun Saga, lengkap dengan meminjam gaun milik Gita. Cara keluar dari rumah? Alea punya jalan lain selain pintu depan.
Keluar dari kamar, Alea tak memperdulikan sama sekali kepada Arsen yang tengah duduk di ruang tengah dengan laptop di atas meja. Suaminya hanya meliriknya sebentar lalu kembali fokus ke laptop.
"Mau kemana?"
"Mau keluar, ngerjain tugas bareng teman-teman."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Kanza Teodora
kelakuan istri labil
2023-01-12
1