Bab 5: Bertemu Kembali

Kedua bola mata Rich semakin membulat sempurna, di kala pandangannya membaca setiap baris kalimat yang tertera pada kertas di tangannya. "Apa maksudnya ini, Paman?" tanya Rich dengan wajah begitu syok.

"Seperti yang kau lihat! Apa aku masih harus menjelaskannya? Kupikir untuk lulusan S2 terbaik sepertimu tidak akan terlalu bodoh dalam memahami setiap kata yang tertera di sana." Sinis Reymond.

Days yang merasa penasaran dengan pembahasan putra serta cucunya lantas meraih kertas tersebut dan ikut membaca. Entah apa yang ingin Reymond lakukan kali ini, tetapi sebagai orang tua, dia jelas tahu jika putranya hanya melakukan hal yang akan berguna bagi masa depan Richard nanti.

"Kau mau mencabut semua fasilitasku? Lalu bagaimana aku akan hidup?" protes Rich.

"Hanya ada dua pilihan. Kau bisa membaca di lembar selanjutnya," jawab Reymond santai.

"Paman, kau bercanda 'kan?"

"Apa aku pernah bermain-main denganmu?" Dengan santai Reymond mengambil sebatang rokok dan menyalakannya. Sudah waktunya bagi Rich mengerti jika hidup tanpa uang, maka wanita tidak akan ada yang bersedia mendekatinya nanti.

"Jika kau tidak bersedia bekerja menjadi OB di perusahaan. Maka sebaiknya kau angkat kaki dari sini sekarang tanpa sehelai benang pun. Apa yang kau gunakan saat ini adalah milik keluarga Days. Bahkan nama yang selalu kau gunakan juga berasal dari keluarga ini."

Asap tebal mulai mengepul ke udara dari mulut Reymon, sedangkan Rich menatap memelas ke arah kakeknya, berharap pria tua itu membelanya kali ini. "Kakek, bukankah Paman sudah sangat keterlaluan?"

Sayangnya tidak ada respons pembelaan dari sang kakek, hingga Rich pun menatap tajam ke arah sang paman. "Paman, apa kau sengaja berencana menguasai harta dengan menyingkirkan aku?"

"Kenapa? Apa tidak boleh? Lagi pula aku juga keturunan asli Papa, sedangkan kau. Kau pasti sudah tahu jawabannya." Sebuah perkataan yang menyakitkan sengaja Reymond lontarkan. Getaran di tangan Rich tampak begitu jelas, menyebabkan sudut bibir Reymond sedikit terangkat akan reaksi keponakannya. "Lagi pula, daripada kau menghamburkan uang bersama sembarangan wanita di luar sana. Lebih baik aku mendonasikan segera dengan beberapa panti asuhan. Mungkin hal itu lebih berguna, andai saja malaikat maut lebih berniat menjemputmu dibandingkan aku dan papa."

"Kakek." Rich berusaha memelas. Selama ini dia selalu hidup berkecupan. Bagaimana bisa tiba-tiba menjadi miskin. Bisa-bisa terbongkar sudah semua sifat aslinya nanti.

"Ah satu lagi. Kau harus boleh tinggal di tempat yang sudah kupersiapkan. Jangan menginap di sini tanpa seizinku! Kalau kau ingin pergi ke tempat para wanitamu itu, silakan! Itu pun jika mereka masih menganggap mengenal dirimu setelah tahu kau tak memiliki apa pun."

"Paman!" Rich berdiri dari posisinya. Emosi jelas menyelimuti diri pria itu. Namun, sang paman tampak tak peduli sedikitpun dengan reaksinya saat ini.

"Waktu terus berjalan. Kau punya waktu sepuluh detik untuk berpikir. Dihapus dari daftar keluarga Days atau turuti perintahku dalam jangka waktu yang tidak ditentukan." Rey melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Lima, empat, tiga—"

"Baiklah! Aku akan bekerja di perusahaan," ucap Rich dengan kesal.

"Jack!" Panggil Reymond.

"Ya, Tuan."

Reymond hanya memberikan isyarat, tetapi Jack segera memahami maksud maksud majikannya.

"Hei! Apa yang kalian lakukan!" Protes Rich di kala satu per satu barang branded yang melekat di tubuhnya di lucuti begitu saja oleh Jack.

"Sesuai perjanjian. Kau hanyalah pria biasa saat ini. Aku sarankan agar tidak membongkar siapa dirimu sebenarnya. Karena aku menjamin, mereka hanya akan menertawakanmu," ucap Reymond memperingatkan. "Bawa dia!"

"Sekarang?" Ucap Rich dengan kedua mata yang terbelalak. "Haruskah aku pergi sekarang?" Rich meronta-ronta, berusaha melepaskan diri dari para pengawal yang kini menggiringnya. "Hei, Paman. Bukankah kau terlalu kejam?" teriak Rich ketika mereka semakin menjauh.

Days yang menyaksikan keputusan putranya hanya bisa menghela napas panjang. "Bukankah kau terlalu keras padanya, Rey?"

"Sudah waktunya Rich belajar kerasnya hidup, Pa. Jangan terlalu membelanya. Kita tidak tahu kapan mereka mulai bergerak. Kita tidak mungkin membiarkan Rich kalah dalam pertarungan itu nantinya."

___________

Di sisi lain, seorang wanita dan asistennya juga tengah gusar memikirkan keputusan sang ayah. Bak jatuh tertimpa tangga hidup yang dia jalani. Kehilangan kekasih hati, kehormatan dengan pria asing, kini malah di paksa menikahi pria yang jelas tidak akan dia suka. Tidak mungkin baginya menerima pinangan dari pria tua beristri banyak itu.

Dia baru saja selesai mengisi sebuah acara, tetapi hal pertama yang menyambut di ponselnya adalah pesan dari sang ayah supaya tidak terlambat pulang ke rumah, karena si tua bangka akan melamar hari ini juga.

"Sis, menurutmu bagaimana jika aku melarikan diri saja?" tanya Rachel ketika mereka sudah tiba di mobil.

"Tidak mungkin kau bisa lari dari Daddynmu, Rach. Kau tahu dia bisa melakukan apapun untuk menyeretmu kembali. Lagi pula tidak mungkin selamanya kau bersembunyi, bagaimana dengan pekerjaanmu?" ucap Siska—sang asisten.

"Benar juga." Batin Rachel kesal, dia lantas melihat ke arah luar mobil yang bergerak. Satu per satu pepohonan berlalu begitu saja tanpa meninggalkan kenangan. Akankah hidupnya juga hambar?

"Akh!" Hanya dengan memikirkan masa depannya yang akan suram saja membuat Rachel merasa frustrasi. Dia mengacak-acak rambutnya dengan kesal dan menendangkan kaki ke depan.

"Putar balik. Antar aku ke klub malam."

"Tapi, Rach. Daddymu akan murka kalau sampai tahu kau tidak segera pulang."

"Sis, ku mohon kali ini biarkan aku melepas masa lajangku dulu. Kau tahu seberapa ketatnya jika aku hidup di kalangan orang kaya. Mereka akan menuntut lebih, kebebasanku hilang sekejap mata. Setidaknya biarkan malam ini aku bersenang-senang," ucap Rachel memelas sambil menangkupkan kedua tangan.

Siska hanya bisa menghela napas berat. "Baiklah, terserah kau saja. Tapi aku tidak mau menanggung kemarahan daddy mu nanti. Lebih baik kau cari alasan sendiri yang masuk akal."

"Kau memang yang terbaik."

Rachel keluar dari mobil dengan mengenakan kaca mata hitam, masker, topi, serta hoody. Dia menghentikan taksi, demi menghindari para penguntit yang masih berkeliaran.

Satu hal yang pasti, jangan sampai dia mabuk malam ini atau masalah yang dihadapi akan lebih besar nanti.

Sesaat kemudian, Rachel tiba di klub malam. Dia mengedarkan pandangan ke segala arah, mencari posisi sembunyi terbaik. Namun, sepertinya tempat favoritnya sudah digunakan oleh seorang pria yang berusaha mabuk karena begitu banyak botol minuman di depannya. "Tunggu, aku sepertinya pernah melihat dia."

Tanpa ragu, Rachel bergerak mendekati pria yang duduk seorang diri itu sambil sesekali mencoba menutupi wajahnya.

"Boleh aku bergabung." Tanpa malu, Rachel merebut gelas pria itu dan langsung duduk di sampingnya begitu saja.

"Kau!" Dengan segera Rachel membekap mulut pria di depannya.

"Jangan keras-keras! Banyak paparazi di sini!" bisik Rachel sambil menoleh ke kanan dan kiri.

"Menyingkirlah! Jangan ganggu aku!" Kesal Richard mengambil kembali gelas miliknya.

"Tidak! Aku akan tetap di sini. Lagi pula kulihat kau juga sama menyedihkan seperti diriku." Tangan Rachel memberikan isyarat kepada pelayan agar mengambilkannya gelas juga. "Seharusnya aku yang kesal karena dia sudah berani mengambil keperawananku. Tapi kenapa dia malah terlihat lebih gila daripada aku saat ini?" Batin Rachel.

Tidak ingin berdebat sebab suasana hati yang buruk, Rich pun membiarkan Rachel bertindak sesukanya.

"Sudahlah bukan urusanku juga. Setidaknya aku bukan menyerahkan kehormatanku kepada pria brengseek bermulut manis itu," ucap Rachel dalam hati.

Rachel yang tadinya berjanji pada diri sendiri untuk tidak mabuk, kini malah berbalik dan minum cukup banyak. Menyebabkan dia berceloteh ria sejak tadi tanpa henti.

"Kau tahu, seharusnya kau merasa terhormat karena sudah menikmati keperawananku. Dunia ini sangat tidak adil bagi orang sepertiku. Di saat pria yang kucintai di ambil oleh adikku sendiri, Daddyku malah menjodohkanku dengan rekan bisnisnya yang tua. Cih, menyebalkan. Dia bahkan sudah memiliki sembilan istri," celoteh Rachel setengah sadar bercerita keluh kesahnya pada pria asing yang bahkan namanya saja dia tak tahu.

"Cih, haruskah aku berterima kasih padamu karena memberikan kehormatan itu?" Sekilas Rich melirik wanita di sampingnya itu. Tampak bukan lagi usia muda seperti wanita lainnya. Di mana kebanyakan dari mereka sudah kehilangan harga diri di usia dini. "Entah harus bersyukur atau tersungkur karena harus bergumul dengan wanita tua sepertimu. Namun, terkadang hidup memang tak adil. Tapi, setidaknya kau kaya," ucap Rich kembali menenggak minuman.

"Aku memang kaya. Tapi, tak punya kebebasan."

"Apalah artinya kebebasan tanpa uang?" Tanpa sadar keduanya saling bercerita, membayangkan hari-hari mereka ke depan dalam pikiran masing-masing.

"Huft, seandainya saja aku bisa membuat pria tua bangka itu menyerah menikahiku," ucap Rachel mengembuskan napas panjang.

"Sewa saja gigolo untuk menjadi suami sewaan."

Sontak Rachel menatap tajam pria di sampingnya. Kenapa pula dia tidak terpikirkan hal itu sejak tadi. Jika dilihat-lihat, pria di sampingnya lumayan tampan. "Bagaimana kalau kau saja yang menjadi suamiku? Asalkan kau bisa membuat pria bakotan itu menyerah, aku akan membayar berapa pun yang kau mau."

Episodes
1 Bab 1: Richard Monday
2 Bab 2: One Night
3 Bab 3: Rachel Sunday
4 Bab 4: Lintah Darat
5 Bab 5: Bertemu Kembali
6 Bab 6: Tawaran
7 Bab 7: Salah Paham
8 Bab 8: Pria Bayaran
9 Bab 9:
10 Bab 10: Penolakan
11 Bab 11: Terjebak Permainan
12 Bab 12: Sebelum Badai Datang
13 Bab 13: Psikopat
14 Bab 14: Terluka
15 Bab 15: Sok Jagoan
16 Bab 16: Bukan Manusia
17 Bab 17: Nyicil Mati
18 Bab 18: Wanita Angkuh
19 Bab 19: Hanna
20 Bab 20: Sandiwara
21 Bab 21: Ayah Ramon
22 Bab 22: Aku tahu
23 Bab 23: Bukan Dia
24 Bab 24: Pertemuan
25 Bab 25: Jebakan
26 Bab 26: Brand Ambassador Baru
27 Bab 27 : Hanna Membuat Onar
28 Bab 28: Perketat Penjagaan
29 Bab 29: Kejutan
30 Bab 30: Rencana Selanjutnya
31 Bab 31: Penculikan
32 Bab 32: Pahlawan Kemalaman
33 Bab 33: Ben Murka
34 Bab 34: Rencana Richard
35 Bab 35: Pembalasan
36 Bab 36: Membalikkan Keadaan
37 Bab 37: Richard Murka
38 Bab 38: Kecelakaan
39 Bab 39: Ulah Rachel
40 Bab 40: Kondisi Reymond
41 Bab 41: Masa Lalu
42 Bab 42: Tikus Busuk
43 Bab 43: Emma Tuesday
44 Bab 44: Bertemu
45 Bab 45: Suntikan Dana
46 Bab 46: Melampiaskan Kemarahan
47 Bab 47: Sang Pewaris
48 Bab 48: Kontribusi Pertama
49 Bab 49: Terkejut
50 Bab 50: Diana
51 Bab 51: Bersikap Romantis
52 Bab 52: Meminta Restu
53 Bab 53: Ulang Tahun
54 Bab 54: Tender
55 Bab 55: Mengibarkan Bendera Perang
56 Bab 56: Mata-mata
57 Bab 57: Siuman
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60:
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
Episodes

Updated 85 Episodes

1
Bab 1: Richard Monday
2
Bab 2: One Night
3
Bab 3: Rachel Sunday
4
Bab 4: Lintah Darat
5
Bab 5: Bertemu Kembali
6
Bab 6: Tawaran
7
Bab 7: Salah Paham
8
Bab 8: Pria Bayaran
9
Bab 9:
10
Bab 10: Penolakan
11
Bab 11: Terjebak Permainan
12
Bab 12: Sebelum Badai Datang
13
Bab 13: Psikopat
14
Bab 14: Terluka
15
Bab 15: Sok Jagoan
16
Bab 16: Bukan Manusia
17
Bab 17: Nyicil Mati
18
Bab 18: Wanita Angkuh
19
Bab 19: Hanna
20
Bab 20: Sandiwara
21
Bab 21: Ayah Ramon
22
Bab 22: Aku tahu
23
Bab 23: Bukan Dia
24
Bab 24: Pertemuan
25
Bab 25: Jebakan
26
Bab 26: Brand Ambassador Baru
27
Bab 27 : Hanna Membuat Onar
28
Bab 28: Perketat Penjagaan
29
Bab 29: Kejutan
30
Bab 30: Rencana Selanjutnya
31
Bab 31: Penculikan
32
Bab 32: Pahlawan Kemalaman
33
Bab 33: Ben Murka
34
Bab 34: Rencana Richard
35
Bab 35: Pembalasan
36
Bab 36: Membalikkan Keadaan
37
Bab 37: Richard Murka
38
Bab 38: Kecelakaan
39
Bab 39: Ulah Rachel
40
Bab 40: Kondisi Reymond
41
Bab 41: Masa Lalu
42
Bab 42: Tikus Busuk
43
Bab 43: Emma Tuesday
44
Bab 44: Bertemu
45
Bab 45: Suntikan Dana
46
Bab 46: Melampiaskan Kemarahan
47
Bab 47: Sang Pewaris
48
Bab 48: Kontribusi Pertama
49
Bab 49: Terkejut
50
Bab 50: Diana
51
Bab 51: Bersikap Romantis
52
Bab 52: Meminta Restu
53
Bab 53: Ulang Tahun
54
Bab 54: Tender
55
Bab 55: Mengibarkan Bendera Perang
56
Bab 56: Mata-mata
57
Bab 57: Siuman
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60:
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!