Bab 4: Lintah Darat

Berbekal cek yang dicairkan dari wanita semalam, Rich memilih untuk membeli tiket perjalanan dan kembali ke negaranya. Awalnya, dia berniat pulang ke apartemen terlebih dahulu. Namun, naasnya tempat itu tertutup rapat. Bukan hanya sandi yang sudah diubah, tetapi kunci lainnya pun telah diganti tanpa sepengetahuannya.

"Sialan! Ini pasti lagi-lagi ulah, Paman!" Dengan kesal Rich menendang pintu.

Tidak ingin membuang waktu, Rich segera pergi ke perusahaan pamannya. Namun, baru dia memasuki pintu masuk tempat tersebut, beberapa penjaga seolah telah menanti kehadirannya.

"Maaf, Tuan. Anda dilarang masuk," ucap salah seorang penjaga.

Rich mengambil langkah mundur, kedua tangan dia letakkan di pinggang sambil memainkan lidah di dalam mulut. Kenapa kesialan lagi-lagi masih mengikutinya.

"Kenapa? Apa yang terjadi? Apa hak kalian melarangku masuk?" Rich hendak melangkah ke depan, menerobos tiga pria kekar yang kini menghalangi jalannya. Namun, sayangnya mereka tidak bergerak sama sekali dari posisi.

"Hei!" Dengan frustrasi, Rich berbalik. Satu tangan masih di pinggang, sedangkan tangan lain menyisir rambutnya yang tak seberapa panjang.

Berharap para penjaga itu lengah, Rich langsung menerobos lagi sekumpulan penjaga itu. Sayangnya, mereka tidak mudah untuk di kecoh. "Cih, aku tidak percaya kalian akan memperlakukan aku seperti ini," cibir Rich.

"Maaf, Tuan. Kami hanya menjalankan perintah." Jawaban penjaga itu, tentu saja menambah emosi dalam diri Rich semakin membara.

"Minggir, atau aku akan memberikan kalian pelajaran!" Rich berusaha menerobos dengan mencari cela semampunya. Hingga apa yang mereka kerjakan menjadi tontonan beberapa karyawan di sana. Di mana mereka cukup heran, akan apa yang terjadi saat itu.

Hampir seluruh karyawan Dday Holdings memang tidak mengenal siapa Richard, karena memang dia yang tak pernah mengunjungi perusahaan jika bukan dalam keadaan terdesak. Itu pun dengan pengawalan yang ketat sesuai arahan pamannya.

Tak lama kemudian, setelah usaha Rich tidak membuahkan hasil. Beberapa pengawal dan Jack tampak berlari ke arah mereka dengan tergopoh-gopoh.

Rich tersenyum puas, dia menunjuk penjaga yang menghalangi dengan geram. "Syukurlah kalian datang! Katakan pada mereka siapa aku sebenarnya! Seenaknya saja melarangku masuk ke dalam."

"Maaf, Tuan." Bukannya membela Rich, Jack malah membungkuk dan menyerahkan ponselnya.

"Kenapa? Apa kali ini dia bahkan tidak sudi bertemu denganku?" tanya Rich pada asistennya.

Tak mendapatkan jawaban, mau tidak mau Rich meraih ponsel tersebut dan meletakkan di samping telinganya. Suara bariton seorang pria yang jelas-jelas adalah pamannya seketika menyapa indra pendengaran Rich.

"Pulanglah! Jangan membuat keributan di sini! Kita bertemu satu jam lagi."

Tanpa basa-basi, panggilan tersebut langsung terputus begitu saja. Rich hanya bisa mendengus kesal, dia berniat membanting ponsel tersebut demi melampiaskan kekesalan, tetapi dengan segera Jack menghentikan tangan yang sudah melayang di udara itu.

"Tuan, itu ponsel saya. Masih nyicil, jangan dibanting!" bisik Jack, sontak mendapatkan lirikan tajam dari Rich.

"Kau pikir aku tidak mampu membelikanmu ponsel baru." Kesal Rich.

"Takutnya memang begitu," batin Jack.

"Cih, kita pulang!" Rich mengembalikan ponsel milik Jack.

Mereka lantas bergegas menuju tempat yang dimaksudkan.

Reymond memang selalu saja memiliki segudang cara untuk menahan Rich. Pria itu terlalu mengenal bagaimana sikap keponakannya. Kurangnya kasih sayang, menyebabkan dia berbuat semena-mena.

Beberapa saat menempuh perjalanan, Rich dikawal oleh beberapa pengawal tampak mulai memasuki pelataran sebuah kediaman kuno. Untuk sejenak Rich masih terdiam di posisinya. Cukup lama dia tidak mengunjungi sang kakek setelah memiliki kekasih dan memilih tinggal seorang diri di apartemen. Akankah semuanya masih sama.

Rich keluar dari mobil, pandangannya mengitari setiap jengkal sudut kediaman itu. Tidak ada yang berubah sama sekali, meskipun sudah hampir lima tahun lamanya waktu berlalu. Dia lantas menghela napas panjang. Udara bersih jauh dari polusi membuatnya sedikit tenang. "Rumah memang tempat terbaik untuk pulang." Batin Rich.

"Kakek." Kediaman yang sepi hanya ada sedikit pelayan, membuat Rich yang tak menemukan kakeknya ketika memasuki rumah berteriak mencari pria tua itu ke seluruh tempat.

Pelayan yang mendapati tuan mudanya telah kembali lantas membungkuk hormat. "Tuan Muda."

"Di mana Kakek?"

"Tuan besar ada di taman belakang, Tuan."

Hanya anggukan kepala yang bisa Rich berikan sebagai jawaban. Dia lantas mengisyaratkan pada pelayan agar melanjutkan tugas, sedangkan dia sendiri melangkah menuju taman belakang mencari kakeknya. "Kakek."

Seorang pria tua dengan tongkat untuk membantu berjalan di tangan, sontak menoleh ke belakang. Mendapati cucu kesayangannya telah kembali setelah sekian lama, tentu saja Days merasa bahagia.

"Cucuku, kau kembali." Pria tua itu merentangkan kedua tangan sambil tersenyum agar sang cucu memeluknya. Hal yang biasa mereka lakukan sejak dulu lagi.

Senyum pun terukir di wajah Rich. Kakeknya memang berbeda dengan sang paman. Selalu memberikan banyak perhatian. Rich melangkah cepat berhambur ke tubuh Days.

"Kakek apa kau sehat?"

"Tentu saja. Dasar anak nakal! Kenapa kau jarang sekali menghubungi Kakekmu ini, hah? Apa kau hanya menunggu kabar kematianku baru bersedia pulang?" Dengan kesal Days memukul bagian belakang tubuh cucunya. Dia terlalu memanjakan Rich, hingga membuat Rich terlalu semena-mena.

"Bukan begitu, Kek. Aku hanya—"

Belum sempat Rich menjawab, suara bariton seorang pria lainnya dari belakang memotong kalimat Rich.

"Dia hanya sedang tergila-gila dengan wanita ular itu."

"Reymond, kau pun datang," ucap Days melepaskan pelukan dari cucunya.

"Jika aku tidak datang, Papa pikir bocah tengil ini akan pulang?" Sinis Reymond sekilas memeluk ayahnya dan membantu pria itu untuk duduk.

"Bagaimana kabarmu, Pa?"

"Seperti yang kalian lihat. Tubuhku sudah terlalu tua, mungkin umurku sudah tidak akan lama lagi," kata Days dengan nada memelas.

Meskipun memiliki harta yang cukup, baik putra maupun cucunya kini sudah beranjak dewasa. Tidak seperti dulu lagi selalu bermain bersamanya. Di usia senja, mereka meninggalkan Days seorang diri di kediaman yang kini tampak terasa sepi. Hanya ada para pelayan yang menghibur hari-harinya.

"Kakek akan memiliki umur yang panjang. Kau masih bisa melihat cicit-cicitmu nanti. Biarkan Paman yang menggantikanmu ke alam baka terlebih dahulu," canda Rich, langsung mendapatkan tepukan keras di kepala dari Reymond.

"Sembarangan kalau bicara. Dasar keponakan laknat."

"Lagi pula kau sudah terlalu tua, Paman. Dan tidak ada satu pun wanita yang mau mendampingimu. Lebih baik kau saja dulu yang pergi mengunjungi neraka dengan tenang. Biarkan aku menjaga Kakek nanti."

"Kau sendiri salah memilih pasangan. Dasar bodoh," sindir Reymond.

"Sudah-sudah. Kalian ini kalau bertemu pasti ada saja yang diperdebatkan." Days menengahi perdebatan itu. Dia lantas memegang kedua bahu Rich dan menelisik tubuh cucunya. "Bagaimana keadaanmu sekarang, Rich? Kenapa kau bertambah kurus?"

"Itu karena dia tergila-gila dengan wanita yang salah. Wanita jelmaan lintah darah memakan seluruh dagingnya dan minum darahnya. Lalu, setelah semuanya habis, dia pergi bersama pria lainnya, sedangkan Rich hanya tinggal tulang belulangnya saja." Sekilas Rey melirik sinis keponakannya. "Pa, aku ragu kalau Richard masih manusia. Bagaimana jika yang datang pada kita ini adalah jelmaan iblis yang berpura-pura menjadi Rich dan Rich—" kata Rey menghentikan kalimat sambil menutup mulut dengan tangan.

"Ish, Paman!" Rich melemparkan kerikil kecil di taman itu ke pamannya. Memang mulut Reymond terlalu berbisa. "Lalu, kenapa kau menyuruhku kemari?"

"Lihat, Pa. Dia bahkan masih bertanya kenapa aku menyuruhnya kemari? Apa kau tidak sadar berapa tahun kau tidak pulang, hah? Seharusnya kau tahu jika Papa selalu mengkhawatirkanmu selama ini. Tapi, kau malah bermain-main dengan wanita di luar sana. Mandiri? Cih, bulshit! Apa yang kau dapat hingga saat ini setelah berkeliaran di luar sana?"

Rich tak mampu menjawab apa yang dikatakan sang paman. Dia tidak mungkin menjelaskan pada keluarganya apa yang sesungguhnya dilakukan. Biarlah mereka tetap mengira Rich adalah sosok tidak berguna dan pembuat masalah, asalkan apa yang dilakukannya tidak ketahuan oleh sang paman maupun kakeknya.

Pandangan Rich menunduk, menatap tangan berkeriput yang sudah mulai bergetar dalam genggamannya.

Ternyata kakeknya semakin tua. Rich menaikkan pandangan. Bukan hanya tangan yang sudah bergetar, tetapi rambut sang kakek juga telah berubah sepenuhnya menjadi putih. Satu-satunya orang yang menyayanginya.

"Aku—" Lemas Rich hendak menjawab.

"Sudahlah. Jangan terlalu banyak drama lagi! Jack." Panggil Reymond pada anak buah yang biasa menemani Rich dari kecil.

Jack lantas mengambil sebuah berkas yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Dia menyerahkan amplop coklat pada Rich.

Sontak Rich mengernyitkan dahi, apa rencana pamannya kali ini. "Apa ini?"

"Baca sendiri! Sudah waktunya kau mengerti seberapa kerasnya dunia luar," jawab Reymond.

Terpopuler

Comments

Vyrne S W

Vyrne S W

lanjut thor.... semangat

2023-02-08

0

rjvjr

rjvjr

lanjut Thor,,,dan selamat tahun baru

2023-01-01

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Richard Monday
2 Bab 2: One Night
3 Bab 3: Rachel Sunday
4 Bab 4: Lintah Darat
5 Bab 5: Bertemu Kembali
6 Bab 6: Tawaran
7 Bab 7: Salah Paham
8 Bab 8: Pria Bayaran
9 Bab 9:
10 Bab 10: Penolakan
11 Bab 11: Terjebak Permainan
12 Bab 12: Sebelum Badai Datang
13 Bab 13: Psikopat
14 Bab 14: Terluka
15 Bab 15: Sok Jagoan
16 Bab 16: Bukan Manusia
17 Bab 17: Nyicil Mati
18 Bab 18: Wanita Angkuh
19 Bab 19: Hanna
20 Bab 20: Sandiwara
21 Bab 21: Ayah Ramon
22 Bab 22: Aku tahu
23 Bab 23: Bukan Dia
24 Bab 24: Pertemuan
25 Bab 25: Jebakan
26 Bab 26: Brand Ambassador Baru
27 Bab 27 : Hanna Membuat Onar
28 Bab 28: Perketat Penjagaan
29 Bab 29: Kejutan
30 Bab 30: Rencana Selanjutnya
31 Bab 31: Penculikan
32 Bab 32: Pahlawan Kemalaman
33 Bab 33: Ben Murka
34 Bab 34: Rencana Richard
35 Bab 35: Pembalasan
36 Bab 36: Membalikkan Keadaan
37 Bab 37: Richard Murka
38 Bab 38: Kecelakaan
39 Bab 39: Ulah Rachel
40 Bab 40: Kondisi Reymond
41 Bab 41: Masa Lalu
42 Bab 42: Tikus Busuk
43 Bab 43: Emma Tuesday
44 Bab 44: Bertemu
45 Bab 45: Suntikan Dana
46 Bab 46: Melampiaskan Kemarahan
47 Bab 47: Sang Pewaris
48 Bab 48: Kontribusi Pertama
49 Bab 49: Terkejut
50 Bab 50: Diana
51 Bab 51: Bersikap Romantis
52 Bab 52: Meminta Restu
53 Bab 53: Ulang Tahun
54 Bab 54: Tender
55 Bab 55: Mengibarkan Bendera Perang
56 Bab 56: Mata-mata
57 Bab 57: Siuman
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60:
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
Episodes

Updated 85 Episodes

1
Bab 1: Richard Monday
2
Bab 2: One Night
3
Bab 3: Rachel Sunday
4
Bab 4: Lintah Darat
5
Bab 5: Bertemu Kembali
6
Bab 6: Tawaran
7
Bab 7: Salah Paham
8
Bab 8: Pria Bayaran
9
Bab 9:
10
Bab 10: Penolakan
11
Bab 11: Terjebak Permainan
12
Bab 12: Sebelum Badai Datang
13
Bab 13: Psikopat
14
Bab 14: Terluka
15
Bab 15: Sok Jagoan
16
Bab 16: Bukan Manusia
17
Bab 17: Nyicil Mati
18
Bab 18: Wanita Angkuh
19
Bab 19: Hanna
20
Bab 20: Sandiwara
21
Bab 21: Ayah Ramon
22
Bab 22: Aku tahu
23
Bab 23: Bukan Dia
24
Bab 24: Pertemuan
25
Bab 25: Jebakan
26
Bab 26: Brand Ambassador Baru
27
Bab 27 : Hanna Membuat Onar
28
Bab 28: Perketat Penjagaan
29
Bab 29: Kejutan
30
Bab 30: Rencana Selanjutnya
31
Bab 31: Penculikan
32
Bab 32: Pahlawan Kemalaman
33
Bab 33: Ben Murka
34
Bab 34: Rencana Richard
35
Bab 35: Pembalasan
36
Bab 36: Membalikkan Keadaan
37
Bab 37: Richard Murka
38
Bab 38: Kecelakaan
39
Bab 39: Ulah Rachel
40
Bab 40: Kondisi Reymond
41
Bab 41: Masa Lalu
42
Bab 42: Tikus Busuk
43
Bab 43: Emma Tuesday
44
Bab 44: Bertemu
45
Bab 45: Suntikan Dana
46
Bab 46: Melampiaskan Kemarahan
47
Bab 47: Sang Pewaris
48
Bab 48: Kontribusi Pertama
49
Bab 49: Terkejut
50
Bab 50: Diana
51
Bab 51: Bersikap Romantis
52
Bab 52: Meminta Restu
53
Bab 53: Ulang Tahun
54
Bab 54: Tender
55
Bab 55: Mengibarkan Bendera Perang
56
Bab 56: Mata-mata
57
Bab 57: Siuman
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60:
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!