Rachel yang sudah sangat mabuk tidak sadar ketika tubuhnya diangkat ke sebuah ruangan oleh seorang pria. Namun, mulutnya terus saja berkomat kamit mengatakan hal yang tidak jelas. Tangan dan kakinya juga tak serta merta diam begitu saja. Dia berusaha memberontak sambil berceloteh ria. "Berikan aku satu vodca lagi," ucap Rachel di sela rancauannya.
"Pastikan kau mengambil video setiap detik waktu yang kalian habiskan bersama!" ucap seorang wanita lainnya menyeringai.
"Hei! Apa kau tidak mendengarku! Berikan aku satu minuman lagi!" teriak Rachel tepat di telinga pria itu sambil menjambak-jambak rambutnya.
"Cih, ternyata kau sungguh gila jika sudah mabuk," cibir wanita itu menatap senang melihat tingkah menjijikkan Rachel saat ini. "Tutup mulutnya! Dia sangat berisik. Jangan sampai orang lain curiga dengan apa yang kita lakukan!"
"Serahkan semuanya padaku!" jawab pria itu, lantas bergegas membawa tawanannya ke ruang yang sudah mereka sewa sebelumnya.
Keduanya pun berpisah. Sang pria lantas membawa Rachel untuk melanjutkan tugasnya. Seringai jahat terlukis di wajahnya. Dia melepaskan satu per satu kancing pakaiannya dan melemparkan ke segala arah, sedangkan Rachel terus saja menggeliat di atas bak cacing kepanasan.
"Akhirnya, setelah sekian lama aku bisa mendapatkanmu." Perlahan tangan pria itu membelai wajah sang wanita, tetapi tiba-tiba saja sebuah tamparan mendarat begitu keras di wajahnya tanpa aba-aba.
"Dasar laki-laki brengsek! Berani-beraninya kalian berselingkuh di belakangku!" Dalam kondisi tak sadar, Rachel merancau. Matanya sayu, tetapi tangan dan mulutnya tak bisa berhenti menyumpah serapah dengan segala tindakan kasarnya. Dia meluapkan segala kekesalan pada pria di depannya.
Bukan hanya menampar, Rachel lantas menendang ke bagian kejantanan pria itu dengan cukup kuat. "Bajingan harusnya aku membunuh kalian saja. Bukan malah sebaliknya."
Dengan cukup kuat Rachel beralih menggigit telinga bagian kanan pria tersebut. Dia melampiaskan kekesalan seolah di depannya adalah orang yang mengkhianati.
Rachel mengeratkan gigi dengan cukup kuat. Pria itu berteriak kesakitan karena kini telinganya tidak hanya terluka, tetapi hampir saja terlepas dari tempatnya. "Akh, siapa pun tolong aku! Dasar wanita gila!"
Tak lama kemudian, suara pintu terbuka membuat Rachel melepaskan gigitannya. Dia mengusap darah di bibir dengan tangannya bagai baru saja meminum alkohol. Dia kembali limbung di ranjang setelah puas melampiaskan kemarahan pada pria yang dia kira adalah kekasihnya itu.
Sementara itu, pria yang awalnya berniat buruk lantas memilih melarikan diri. Dari pada nantinya malah mati di tangan Rachel. "Dasar perempuan gila!" ucapnya sebelum pergi sambil meraih pakaian yang tadi di buangnya.
"Hei, Brengsek! Ke mana kau?" Rachel berusaha bangkit. Dia mencoba berjalan ke arah pintu, di mana Rich sudah berdiri di sana. "Apa aku sedang bermimpi? Kenapa kau tampan sekali?"
Perlahan Rachel membelai wajah pria di hadapannya, hanya satu kata yang tersemat, tampan. Selama ini dia selalu mencari kekasih pria berwajah standar, dengan harapan mereka bisa setia. Nyatanya sama saja, tampang tak menjamin kesetiaan. "Bagaimana kalau kau menemaniku minum malam ini? Aku akan membayar sepuluh kali lipat dari gaji yang kau terima di sini," kata Rachel karena mengira pria di hadapannya adalah pelayan.
Rich sontak tercengang, tetapi Rachel langsung saja menarik pria itu seolah mereka sedang berada di lantai dansa klub tersebut. Pikiran yang kalut menyebabkan Rachel melenggak lenggokkan tubuhnya, padahal tidak ada suara musik di sana.
"Mari kita berpesta!" teriak Rachel mencoba mengajak pria di hadapannya berjoget ria.
Dalam kondisi masih mabuk Rachel meminum minuman yang dibawa Rich. Cara bicaranya sangat tidak jelas, tetapi lagi-lagi seringai muncul di wajah Rich. "Akhirnya aku mendapatkan mangsa untuk melampiaskan kekesalanku," batin Rich.
Rachel memaksa Rich untuk meminum sisa minumannya. "Ayo kita mabuk sampai pagi!"
Keduanya pun menenggak habis minuman yang ternyata sudah dicampur obat perangsang oleh wanita sebelumnya. Di bawah cahaya remang, mereka saling merasakan hawa panas yang semakin lama semakin meresahkan saja.
"Sialan! Apa yang mereka rencanakan?" batin Rich merasa masuk ke dalam jebakan seseorang.
Sayangnya, Rachel tidak menyadari apa yang terjadi. Wanita tersebut bahkan dengan liar menanggalkan satu per satu pakaiannya sendiri dengan suka rela.
Tanpa aba-aba karena tak mampu menahan hasrat yang membara, Rachel langsung saja menyambar bibir Rich dengan rakus.
Rachel mulai menempelkan bibir, memejamkan mata, dengan brutal menikmati setiap sensasi yang hadir dalam diri masing-masing.
Rich menahan tengkuk wanita di depannya, dengan penuh kesadaran. Alkohol memang tak mampu membuatnya mabuk, tetapi obat penimbul hasrat, tentu saja memiliki efek samping yang lain bagi seorang Richard.
Rachel semakin erat mengalungkan kedua tangannya di leher Rich. Dia bahkan tanpa malu menggerayah ke sana kemari punggung lebar yang masih berbalut pakaian itu. Lalu menyelipkan tangan ke bagian rambut Rich.
Hasrat yang membara dalam diri keduanya, membuat Rich secara leluasa memberikan balasan dengan memagut bibir wanita yang baru ditemuinya itu.
Sejenak Rachel melepaskan pagutan mereka setelah dia merasakan pasokan udara di paru-paru mulai menipis. "Kenapa kau memilihnya? Padahal aku juga bisa memberikan lebih padamu!" Wanita tersebut berbisik secara sensasional di telinga Rich karena mengira pria di hadapannya sekarang adalah kekasihnya.
"Benarkah? Bagaimana kalau kita buktikan? Mana yang lebih bisa memuaskan aku? Kau atau dia?" bisik Rich menantang.
Bak kucing diberikan ikan asin, tentu saja tidak akan menolak. Apalagi Rich sendiri juga baru saja merasakan bagaimana sakitnya pengkhianatan. Jadi, apa salahnya jika dia bermain-main dengan wanita lain. Lagipula semua wanita sama saja, hanya menginginkan uangnya dan pergi begitu saja. Mungkin sama halnya dengan wanita ini.
Rachel yang terprovokasi langsung kembali memagut bibir Rich dengan rakus dan melingkarkan kedua kakinya ke pinggang Rich.
Mau tak mau Rich membopong wanita itu layaknya bayi koala menuju ranjang king size yang seharusnya milik orang lain malam ini. Namun, di bawah pengaruh obat, keduanya tak peduli kini sedang di mana.
Embusan angin malam yang sejuk melewati celah yang ada, membuat suasana semakin cocok untuk menyatukan diri. Ditambah remang cahaya lampu dan lilin beraroma sensual yang memang sudah dipersiapkan dengan matang, menyebabkan keduanya semakin brutal.
Sepasang pria dan wanita sudah terlanjur merasakan hawa panas yang begitu luar biasa dalam diri masing-masing.
Dengan kasar Rich meletakkan sang wanita di atas ranjang. Ketika dia menindih tubuh mungil tersebut, wanita itu malah menahan dada bidangnya dengan kedua tangan.
"Biarkan aku yang memulai lebih dulu! Akan aku buktikan jika aku memang lebih baik darinya."
Dalam sekejap mata Rachel berbalik menindih Rich. Mengeluarkan bakat yang selama ini dia pendam sebagai wanita baik, dalam keadaan mabuk.
Rich tersenyum melihat wanita yang kini berada di atasnya, membuka setiap kancing kemejanya dengan liar layaknya seorang wanita nakal. Dia tidak menyangka wanita yang baru ditemuinya akan sebrutal ini.
Sepasang pria dan wanita saling menghangatkan kulit masing-masing. Hal tersebut secara naluriah membuat Rich mengeluarkan nyanyian khas kegiatan tersebut. Rachel sedikit meringis ketika mencoba masuk ke poin utama kegiatan tersebut.
"Bagaimana kalau kau menyerah saja?" ucap Rich merasakan jika wanita di atasnya sebenarnya masih terlalu amatiran.
"Jangan harap!" Dengan menahan sakit yang luar biasa. Rachel terus bergerak. Dia tidak mau kalah begitu saja dan akan membuktikan jika dirinya juga bisa melewati batas.
Cukup lama mereka saling beradu, hingga buliran keringat hasil membakar kalori membasahi tubuh sepasang pria wanita tersebut. Berulang kali Rachel mendapatkan pelepasan membuat tubuhnya mengejang.
Namun, Rachel cukup kewalahan dengan durasi permainan Rich yang tak sebentar. Berbagai gaya sudah dia lakukan, tetapi belum ada tanda-tanda pria itu mencapai titik tertinggi dalam permainan ini.
Rich yang tak ingin kalah lantas bergantian menindih tubuh Rachel. "Apa kau sudah lelah? Mau bergantian? Biarkan aku yang mengambil alih!"
Sejujurnya Rachel sudah sangat lelah dan perih. Terengah-engah dia berbicara sambil berusaha melihat Rich. "Terserah kau saja," ucapnya masih mengira pria di atas adalah kekasihnya.
Mendapatkan lampu merah tentu Rich tidak akan menyia-nyiakan kesempatan. Dengan kasar dia bergerak seolah memiliki dendam wanita di hadapannya. Berulang kali Rich mendesis dan mengeluarkan suara eksotis. Hingga beberapa saat kemudian, sepasang pria dan wanita itu saling mencengkeram merasakan puncak perjuangan mengeluarkan benih-benih kecebong di dalam rahim Rachel.
"Akhirnya." Rich ambruk di tubuh Rachel seketika. Dia memeluk wanita yang masih berada di bawahnya. Napas keduanya terengah-engah, buliran keringat membasahi tubuh mereka.
"Apa aku lebih baik darinya?"
Rich tidak menjawab, tanpa keduanya sadari, kamar tersebut sudah dilengkapi dengan sebuah kamera kecil yang sudah merekam aksi mereka sejak tadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
rjvjr
semangat Thor,,kan ku kirimkan sekuntum bunga setiap update 🥰🙏
2022-12-30
1