Samantha menatap pria yang kini terlelap di sampingnya. Dialah Julian Hugo, pemilik sekaligus pemimpin tertinggi sebuah perusahaan parfum. Ia sangat tahu bahwa Julian pernah menaruh hati pada sahabatnya, Vianne. Ia bahkan sering melihat bagaimana Julian mencuri pandang dari kejauhan
"Aku tidak akan pernah membiarkan kalian bersama. Kamu hanya milikku, Julian," gumam Samantha.
Samantha kembali berbaring di sebelah Julian, tanpa menggunakan sehelai benang pun. Tubuhnya polos, bukan karena mereka baru saja melakukan kegiatan panas, tapi karena memang begitulah kebiasaan Samantha.
Ia berusaha keras membuat Julian jatuh ke dalam pesona serta pelukannya. Ia ingin pria itu menjadi miliknya secara utuh. Namun, Julian selalu menjaga jarak dengannya meskipun mereka kadang tetap tidur bersebelahan.
*****
Vianne bangun dan segera membersihkan diri. Hari ini ia akan segera memulai pekerjaannya. Laporan tahun ini sepertinya akan menjadi pekerjaan yang agak berat karena semakin banyak pasien yang datang ke rumah sakit.
Dengan jas putihnya, Vianne melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah sakit. Mess tempatnya tinggal berada tepat di samping rumah sakit dan banyak dokter dan perawat yang tinggal di sana.
"Selamat pagi, Dokter Vianne," sapa salah seorang staf. Vianne cukup dikenal di sana karena dalam setahun ia bisa datang beberapa kali.
"Selamat pagi," balas Vianne sambil tersenyum.
Vianne berjalan menuju ke ruangannya dengan langkap tegap. Suara heels yang ia gunakan seakan menjadi musik di telinga para staf di sana. Penampilan Vianne yang seperti model, menjadi pemandangan yang indah bagi para dokter di sana.
"Pagi, Dokter Vianne," sapa Dokter Liam.
"Pagi, Dok," Vianne membalas sapaan Dokter Liam.
"Apa Tuan Orlando akan datang ke sini juga?" tanya Dokter Liam, yang adalah seorang dokter muda yang dipilih oleh Tuan Orlando untuk memimpin rumah sakit itu karena kejeniusannya.
"Tidak. Tuan Orlando sedang berada di Indonesia saat ini," jawab Vianne.
"Ouu ..."
"Baiklah, Dok. Aku harus segera ke ruanganku. Ada banyak pekerjaan yang harus kuselesaikan," ucap Vianne.
"Temani aku makan siang nanti, sekaligus ada beberapa hal yang perlu kujelaskan padamu," ucap Dokter Liam.
"Baiklah."
"Sampai jumpa nanti siang, Dokter Vianne."
Vianne tersenyum kemudian segera berlalu dari sana. Vianne adalah wanita yang cukup sulit untuk ditaklukkan dan itu membuat Dokter Liam tertantang.
Sebelum masuk ke dalam ruangannya, Vianne meminta beberapa staf administrasi untuk membawakannya laporan beberapa bulan terakhir. Ia juga akan memeriksa pemakaian obat obatan yang meningkat beberapa bulan belakangan ini.
"Ini, Dok," 2 orang staf membawakan laporan pasien serta obat.
"Terima kasih," ucap Dokter Vianne.
Setelah keduanya keluar, Dokter Vianne pun mulai membuka laporan itu satu persatu dan memeriksanya. Vianne akan larut dalam setiap pekerjaannya, bahkan ia tak menyadari bahwa ia sudah hampir melewati waktu makan siang kalau saja Dokter Liam tidak menemuinya di ruangan.
"Kamu selalu seperti itu, terlalu sibuk hingga lupa bahwa kamu juga memerlukan asupan makanan. Ingat kamu itu seorang dokter," nasihat Dokter Liam.
"Hmm ... Aku mengerti," ucap Dokter Vianne.
Keduanya berjalan ke arah luar rumah sakit. Para dokter, perawat, serta staf yang melihat mereka, selalu saja kagum pada keduanya. Mereka sangat berharap keduanya bisa menjalin hubungan karena terlihat sangat serasi.
Sebuah cafe yang tak jauh dari rumah sakit, menjadi pilihan Dokter Liam. Vianne hanya ikut saja karena ia tak ingin terlalu pemilih masalah seperti itu.
Setelah memesan makanan, Dokter Liam menatap ke arah Vianne yang tengah melakukan sesuatu pada ponselnya. Vianne menautkan kedua alisnya seperti sedang berpikir berat.
"Apa ada masalah?" tanya Dokter Liam.
"Tidak ada," jawab Vianne. Ia hanya mendapat pesan singkat dari Wesley untuk memberikan juga semua laporan yang ia kerjakan nanti pada Zero.
Dulu ia selalu memberikannya pada Wesley dan pria itulah yang akan melaporkan semuanya pada Tuan Orlando dan mengirimkannya pada Tuan Axton. Vianne selalu berada di belakang layar untuk semua pekerjaan yang dibutuhkan oleh Wesley dan Tuan Orlando.
Setelah apa yang terjadi antara dirinya dengan Zero, ia tak ingin terlalu dekat dengan pria itu. Meskipun ia tahu awal hubungan mereka pun sebenarnya tidak jelas, tapi Vianne juga tak ingin mempermainkan sebuah hubungan. Ia mencoba memberi perhatian pada Zero seperti seorang kekasih pada umumnya. Namun ketika Zero memutuskan hubungan tersebut dengan alasan yang menurut Vianne tak masuk akal.
Vianne merasa seperti wanita yang bisa dengan mudah dibuang begitu saja jika Zero merasa tidak cocok. Ia tersenyum di luar, meski hatinya teriris sakit.
Mereka pun menyantap makan siang mereka dengan cepat karena Vianne harus kembali melanjutkan pekerjaannya.
"Vi, apa weekend ini kamu ada waktu?" tanya Dokter Liam.
"Aku tidak tahu. Banyak pekerjaan yang harus kuselesaikan dan aku harus pergi ke Milan setelah ini," jawab Vianne.
"Temani aku makan malam sebelum kamu ke Milan. Akan lama lagi tidak bertemu denganmu," ucap Dokter Liam.
"Kita lihat nanti saja. Sebaiknya aku menyelesaikan pekerjaanku terlebih dulu."
"Baiklah kalau begitu. Kuharap kamu menyisihkan sedikit waktu untukku," Ucap Dokter Liam sambil tersenyum.
*****
Seperti hari hari kemarin, Zero selalu bekerja sama dengan Alexa. Wanita itu rela meninggalkan perusahaannya sendiri untuk membantu kakaknya. Bagaimana pun juga, Alexa sangat senang saat mendengar Axton akan menikah.
"Ze, bagaimana laporan bulanan rumah sakit yang biasanya ada?" tanya Alexa yang sedang menatap daftar laporan yang harus ia periksa.
"OR Trade memang belum mengirimkan pada kita untuk laporan rumah sakit di Benua Eropa bulan ini karena ada beberapa hal yang harus mereja selesaikan, terutama kerja sama untuk rumah sakit di Bali," jawab Zero menjelaskan.
Zero juga tahu keterlambatan itu dikarenakan kesibukan Tuan Orlando dalam membantu mempersiapkan pernikahan Jeanette, putri satu satunya.
"Pergilah ke sana, Ze. Mungkin mereka membutuhkan bantuanmu. Aku bisa menghandle semuanya di sini," ucap Alexa.
"Tapi Tuan Axton memintalu tetap di sini, Al. Aku akan menghubungi Four dan Five untuk memeriksa keadaan di sana," ucap Zero.
Ia tak ingin membuang waktu sia sia dengan pergi ke luar negeri, sementara ia bisa menikmati waktu berduaan lebih lama dengan Alexa.
Dan seperti biasanya, Michael akan muncul di jam makan sianh untuk membawa makanan ataupun mengajak Alexa keluar.
"Kita makan dulu, sayang," ajak Michael.
"Ze, ayo ikutlah," ucap Alexa.
Kali ini, Zero pun ikut makan siang dengan Michael dan Alexa. Michael mengendarai mobilnya dengan Alexa duduk di sebelahnya sementara Zero duduk di belakang. Ia melihat bagaimana keduanya selalu menebar rasa cinta dan sayang di setiap saat. Ia merasa dirinya bagaikan nyamuk.
Bahkan Michael dan Alexa berciuman di dalam mobil seakan lupa kalau dirinya ada di kursi belakang. Tapi saat ia melihat Alexa seperti itu, hatinya tak terlalu merasa sakit.
Apa aku sudah bisa merelakannya? Aku senang saat melihatnya bahagia dan tersenyum. Aku akan tetap melindungi dan menjagamu, Al. Jika ia sampai menyakitimu, maka aku yang akan menghabisinya. - batin Zero.
🧡 🧡 🧡
Maaf ya, kemarin Cherry ga up. Habis booster, tangan auto pegel, jd ga bisa ngetik 😅.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Rahmawati
sadar ze, Alexa itu udah jd milik orang, cari kebahagiaan km sendiri
2024-08-07
0
Ita rahmawati
aku juga mikir nya gitu vianne,,waktu ngajak jadian tiba² dn saat mutusin juga semau nya,,seolah vianne gk berarti apa²,,datang dn pergi sesuka hatimu 😏😏
2024-05-07
1
ira
zero msh blm menyadari perasaannya KPD Anne,btw sainganmu bnyk loh zero
2024-05-03
0