BABYSITTER

Vianne membereskan barang yang ia perlukan untuk pergi ke Paris.ia hampir tak pernah bepergian untuk sekedar berlibur. Semua yang ia lakukan hanyalah bekerja untuk OR Trade.

Setelah selesai, ia pun keluar dari apartemen menuju taksi online yang ia pesan. Namun, baru saja ia melangkahkan kakinya keluar, pergelangan tangannya ditarik oleh seseorang menuju taman samping, kemudian menghempaskannya dengan kasar.

"Dad," ucap Vianne menatap Ayah yang sudah lama tak ia temui. Meskipun begitu, ia masih mengenali wajah ayahnya yang tak berubah, hanya lebih tua, sebagian rambut memutih, namun dengan penampilan yang sama.

Dad Jay tertawa, "Ternyata kamu masih mengenaliku, sungguh putri yang sangat pintar. Cepat beri aku uang!"

"Aku tidak punya," Vianne tak akan memberikan uang pada ayahnya yang hanya menggunakan uang itu untuk berjudi dan mabuk mabukan.

Plakkkk

"Cepat berikan!! Kamu mau jadi anak durhaka hah?! Uangmu sudah banyak kan? Lihatlah, pakaianmu bagus, penampilanmu seperti wanita berkelas, kamu tinggal di apartemen bagus, bahkan sekarang sudah menjadi seorang dokter."

"Dad mengawasiku?" tanya Vianne.

"Tentu saja aku mengawasimu. Kamu sumber uangku. Bersyukurlah ketika aku menjualmu, hingga akhirnya kamu bisa seperti sekarang ini. Tapi tubuhmu juga tak sia sia, pasti kamu pergunakan untuk menjerat bandot tua kaya raya itu bukan?"

"Berhenti Dad! Apa Dad akan terus begini? Berubahlah."

"Cihhh!!! Berubah? Untuk apa aku berubah? Hidup itu hanya sekali dan aku menikmatinya. Jadi sekarang, cepat berikan uang padaku!"

"Tidak, Dad!"

"Kalau begitu, aku akan mendatangi bandot tua kaya raya itu dan meminta darinya. Aku yakin ia akan memberikan uang banyak padaku."

"Tidak, Dad! Jangan mengganggu Tuan Orlando. Ia sangat baik padaku. Baiklah, aku akan memberikam uang pada Dad. Tapi tolong jangan mempergunakannya untuk berjudi lagi. Gunakanlah untuk hal yang benar," Vianne membuka tas dan mengambil dompetnya.

Secepat kilat Dad Jay merebut dompet itu dan mengambil semua uang tunai yang Vianne miliki, kemudian melemparkan kembali dompet itu ke wajah putrinya.

Dad Jay mencium uang itu dan memasukkannya ke dalam saku, "Saatnya bersenang senang!"

Vianne melihat kepergian Dad Jay dengan perasaan yang campur aduk. Ia langsung bangkit, ia tak bisa merenung terlalu lama. Ini bukan saatnya. Ia harus segera berangkat ke bandara, kalau tidak ia akan ketinggalan pesawat.

Ia merapikan kembali penampilannya dan menutupi pipinya yang ia yakin sudah memerah. Tadinya ia menguncir rambutnya, namun kini ia menggerainya untuk menutupi sebelah wajahnya.

"Maaf terlalu lama menunggu," ucap Vianne dan langsung masuk ke dalam taksi. Ia tak meletakkan kopernya di bagasi karena ukurannya memang tak terlalu besar.

Taksi online itu pun meninggalkan apartemen dan pergi menuju bandara. Vianne pun turun dan masuk ke dalam karena waktu untuk check in sudah dimulai.

Dengan rambut yang tergerai, membuat penampilan Vianne begitu menarik perhatian. Banyak pria yang melihat dan menatap lama ke arahnya. Ia pun langsung menjauh dan mencari tempat yang lebih sepi.

Vianne kini duduk di area tunggu sebelum naik ke dalam pesawat. Ia membuka ponselnya dan mengabari Wesley bahwa ia sudah berada di bandara.

"Vi?" panggil seseorang.

Vianne menoleh ke asal suara dan mendapati teman sekolahnya dulu.

"Samantha?"

"Ihhh kamu masih mengenaliku."

"Tentu saja aku mengenalimu. Kamu selalu cantik dan masih imut seperti dulu," ucap Vianne.

"Ahh kamu selalu saja memujiku, Vi. Aku jadi malu," ucap Samantha sambil menutup mulutnya.

"Kamu akan ke Paris juga?" tanya Vianne.

"Ya, aku akan melakukan pemotretan di sana," jawan Samantha.

"Kamu seorang model?"

Samantha menganggukkan kepalanya, "Cita citaku tercapai, Vi."

"Selamat, Tha. Dari dulu aku sudah yakin kamu pasti berhasil. Kamu punya semuanya, cantik, tinggi, seksi," puji Vianne.

"Kamu juga cantik, Vi. Oya, kamu menghilang begitu saja. Aku sampai khawatir loh."

"Ooo aku hanya keluar kota saja," jawab Vianne. Ia tak mungkin menceritakan pada Samantha apa yang terjadi pada dirinya.

"Kamu pergi sendiri?" tanya Vianne untuk mengalihkan pembicaraan.

"Tidak, aku bersama kekasihku. Kamu pasti kaget saat melihatnya," bisik Samantha.

"Baby, kamu di sini ternyata," sapa seorang pria.

"Vi, ini kekasihku, Julian Hugo," Samantha langsung mengaitkan tangannya di lengan Julian.

Vianne? - batin Julian.

"Senang berkenalan denganmu," ucap Vianne sedikit menunduk, tanpa menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan.

"Kamu pasti kaget kan? Pria paling tampan di sekolah kita akhirnya menjadi kekasihku," bisik Samantha di telinga Vianne.

"Aku turut bahagia untukmu," ucap Vianne.

"Baiklah, aku duduk di sana dulu ya. Aku salah tempat, seharusnya aku di lounge First Class," ucap Samantha yang kemudian berjalan masih dengan menggandeng lengan Julian.

"Ok, Bye," Vianne kembali duduk di tempatnya. Sementara itu, Julian yang digandeng oleh Samantha, melihat ke arah belakang, di mana Vianne duduk.

*****

Zero akhirnya terbang ke Bali untuk menemui Seven di sana. Ada beberapa hal yang perlu ia lakukan, terutama untuk mengambil keputusan. Seven hanya bertugas mengawasi, namun ia belum berani mengambil keputusan.

Setelah menyelesaikan masalah di proyek, Zero kembali ke hotel. Ia akan menginap malam ini karena tubuhnya terasa sangat lelah. Namun bukan itu saja, pikirannya pun ikut lelah.

"Kamu baik baik saja, Kak?" tanya Seven yang melihat Zero yang agak gelisah.

"Aku tidak apa apa, hanya lelah saja."

Zero mengambil ponselnya dan hanya melihat notifikasi pesan dari Axton. Atasannya itu akan berangkat ke Benua Eropa untuk berbulan madu. Jadi, Zero akan menggantikannya sementara waktu untuk mengendalikan Perusahaan Williams, bersama dengan Alexa.

Tak melihat ada pesan dari Vianne selama beberapa hari ini, membuatnya merasa sedikit kesepian. Biasanya ada yang memperhatikannya di pagi, siang, dan malam hari, tapi beberapa hari ini ia merasa sepi.

Seven yang melihat Zero pun mulai mempercayai apa yang dikatakan oleh One. Kakak ketuanya ini sering melamun. Ia pun kembali mengirimkan pesan pada One, ia bahkan mengambil gambar Zero secara diam diam.

"Apa yang kamu lakukan, Stev?" tanya Zero. Zero akan memanggil nama asli Seven jika mereka hanya berduaan saja, seperti saat ini mereka menginap di hotel dengan twin bed.

"Aku sedang bermain game," jawab Seven berbohong. Ia pun langsung mengganti aplikasi kameranya ke game yang ia mainkan sebelumnya.

"Aku akan kembali ke Jakarta besok, ikutlah aku karena aku memerlukanmu di perusahaan Williams."

"Bukankah ada One di sana?"

"Dia sibuk."

"Sibuk?" tanya Seven sedikit heran. Pasalnya One terus saja mengirimkan pesan aneh sejak tadi siang padanya, seperti orang yang tidak ada kerjaan.

"Ya, dia sedang menjadi babysitter untuk para cucu keluarga Williams," jawab Zero.

Seven yang mendengar itu, tak bisa menahan tawanya. Ia langsung menumpahkan tawanya dan mencoba menghubungi One.

🧡 🧡 🧡

Terpopuler

Comments

Anna

Anna

Hedeh kenapa malah mau

2024-09-19

0

Sleepyhead

Sleepyhead

wkwkk beralih fungsi menjadi Nanny 🤣🤣

2024-08-30

0

ira

ira

ayahnya Anne sungguh keterlaluan,galau kan zero g ada Anne chat🤣🤣🤣

2024-05-03

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!