🌹 Happy Reading ya Gengs 🌹
Setelah pertemuaannya bersama dengan White tadi, kini Vita segera kembali ke lokasi syutingnya, dan izin untuk merehatkan diri sebentar.
Karena dia melihat masih ada waktu dua jam setengah untuknya kembali melakukaan pekerjaan.
"Vita, kamu mau kemana?" tanya Julai sang manager.
Pasalnya sedari tadi dia melihat Vita yang kembali dari luar, gadis itu terlihat menggunakan masker tanpa melepaskannya.
Biasanya Vita adalah orang yang paling tidak suka menggunakan masker, bukan karena masalah covid, tetapi memang dirinya hanya menggunakan masker di area tertentu saja.
Jika di lokasi seperti ini, Vita sama sekali tidak ingin berdekataan dengan yang namanya masker, sehingga Julia mulai merasa curiga pada sahabatnya ini.
"Tidak ingin kemana-mana, aku hanya lelah dan ingin beristirahat di dekat-dekat sini saja," sahut Vita pelan, sedikit merasa gugup, ketika Julia terus saja memandangnya.
Namun tanpa dia sadari, niat untuk menutupi luka memar di pipinya, tiba-tiba saja Melly melihat sebuah nyamuk yang berada di pipi Vita, dan langsung menepuk tepat dilukanya.
Plaaaakkkkk "aaarrrggghh," teriak Vita, memegangi pipinya yang terasa berdenyut sakit.
"Kamu apa-apaan sih Mel," bentak Julia, yang selalu saja merasa kesal karena Melly tidak pernah serius dalam melakukan suatu hal.
"Loh kok aku? Tadi itu ada nyamuk di pipinya Vita, makanya aku tepuk biar mati," sahut Melly dengan santai, tanpa merasa bersalah sama sekali.
Berbeda dengan Vita, karena rasa sakit di pipinya, kini dia merasa jika kepalanya sangat pusing.
"Ehhmm," gumam Vita pelan, sebelum akhirnya dia jatuh dan tidak sadarkan diri.
"Vitaaaaa," teriak Melly paling nyaring, membuat yang lainya lebih dulu menutup telinga, dibandingkan menolong Vita.
Sontak saja Melly langsung mendapatkan tatapan tajam dari sekitaraanya. "Uuppss,Maaf," lirihnya takut, merasa bahwa dia akan dihakimi saat ini juga.
"Aaahhh awas-awaaass, blicccik banget sih kamu," ketus Julia pada Melly.
Sedangkan Melly sedari tadi hanya diam dan mengejek Julia dari belakang, tanpa perduli dengan sahabatnya yang sedari tadi terus memarahinya.
"Tollonggg,,toooolooong," teriak Julia, melihat sekelilingnya untuk mencari bantuan agar segera bisa mengangkat tubuh Vita.
"Tolongg,,tolooong," teriaknya lagi, namun sama sekali tidak ada yang mendengarnya. Membuat Melly yang sedari tadi mendengarnya berteriak seperti itu merasa geregetaan sendiri.
"Aaahhh pinggir-pinggir, mana ada orang teriak begitu, kejepit pintu atau bagaimanan," ejeknya Melly pada Julia, sambil menggeser tubuh yang lebih mungil dari pada tubuhnya itu ke pinggir.
"TOOOOOLLLLLOONNNGGGGG," teriak Melly, menggunakan urat.
Membuat Julia menutup telinganya dengan sangat kuat, bahkan Vita yang pingsan, jadi terbangun hanya karena suara teriakan Melly yang begitu dahsyat.
"Melllyyy,,Melly," panggil Vita, dengan suara yang lemah.
"Ehhh, Vita, kamu udah cadar ya," sahut Melly dengan tampang polosnya.
Vita dan Julia kini sudah merasa legah, ketika Melly sudah tidak lagi berteriak.
"Melly cantik, kalau jadi perempuan itu, harus kalem, tidak boleh berteriak seperti itu, oke," ucap Vita lembut, dengan nafasnya yang masih tersenggah-senggah.
"Vita, pipi kamu kenapa?" tanya Julia, yang baru menyadari luka memar yang sangat parah di pipi Vita, ketika masker itu terbuka di sebelah sisinya.
Mendapatkan teguran itu, membuat Vita tersadar dan segera menutup wajahnya kembali, akan tetapi semua sudah terlambat.
Julia dan Melly sudah lebih dulu melihatnya, "Vita kamu kenapa? Tadi kamu dali mana? Sampai bisa mendapatkan luka memal seperti itu?" tanya Julia dengan panik.
"Itu luka habis ditampar," sahut Melly lagi-lagi begitu santai, membuat Vita semakin gugup ketika Melly yang begitu lemot bisa menyadari bahwa ini adalah luka akibat sebuah tamparan.
"Heh, mutmainah! Kamu kalau ngomong jangan sembalangan ya," tegur Julia, yang selalu mengingatkan Melly untuk tidak bicara blak-blakan seperti itu.
Melly mengedikan bahunya singkat, kali ini dia merasa jengah dengan sikap Julia yang tidak mempercayai ucapannya.
"Mungkin saja aku memang begitu lemot, tetapi aku tidak bodoh dalam mengenali mana luka lebam akibat ditampar, dan mana luka lebam karena jatuh," sahut Melly memperlihatkan perasaan kesal di wajahnya.
"Sudah - sudah, kalian kenapa malah berantem sih, aku tidak apa-apa, ini hanya luka biasa kok, nanti dikompres sedikit juga sembuh," seru Vita, segera menengahi perdebataan di antara kedua sahabatnya.
Melly memang tidak pernah marah jika dibentak atau dibully oleh siapapun, tetapi dia akan marah ketika dia merasa ucapannya benar, namun dia tetap saja dianggap bodoh oleh orang-orang sekitarnya, dan jika wanita itu sampai marah, maka dia akan marah sampai bertahun-tahun lamanya, membuat Vita memohon lagi agar Melly mau bekerja dengannya.
Sebab jika tidak ada Melly, suasana menjadi sangat sepi, tanpa ada kehidupan sama sekali.
Vita juga sudah sering bilang kepada Julia, agar tidak terlalu kasar pada Melly, namun sepertinya Julia tidak mempunyai sifat penyabar sama sekali, membuatnya selalu saja terpancing emosi ketika Melly bertingkah bodoh dihadapaanya.
Dan benar saja, kali ini Melly langsung pergi dan datang kembali dengan membawa sebuah es batu di tanganya, yang tadi dia dapatkan dari box khusus.
Vita menerima es batu kompres itu dari tangan Melly dengan senyum manisnya, "terima kasih Melly cantik," puji Vita, agar sahabatnya itu tidak marah padanya.
Akan tetapi semua sudah terlambat, Melly sudah marah, dan kini berlalu pergi meninggalkan Vita dan Julia begitu saja.
"Aaahhh, dia marah lagi," gumam Vita merasa bersalah dengan sikap Julia tadi pada Melly.
"Ya maaf, lagian dia tidak pelnah selius dalam bicala, jadi tadi aku pikil dia juga asal," sahut Julia, menolak untuk disalahkan.
Vita menghela nafasnya kasar, merasa lelah dengan kejadiaan beberapa hari ini.
"Julia, bisakah kamu mengosongkan jadwalku selama satu minggu ke depan? Aku lelah, dan aku benar-benar ingin beristirahat," pintanya pada Julia, dengan menampilkan wajah yang begitu memelas.
Sontak saja Julia menggaruk kepalanya pusing, pasalnya satu minggu kedepan, Vita mempunyai delapan jadwal kerja, dan jika dibatalkan semua, maka pinalti yang akan dibayarkan akan begitu besar.
"Julia," tegur Vita lagi, ketika melihat Julia yang hanya diam saja tanpa menjawabnya sama sekali.
"Eeehhh iya Vit," sahutnya terkejut, ketika Vita menyentuhnya.
"Bagaimana bisa tidak?" tanya Vita, ingin memastikan apakah dirinya bisa mengambil cuti atau tidak.
"Bukan masalah bisa atau tidaknya Vit, tetapi denda pinalti membatalkan delapan jadwal sekaligus itu sangat besar," jelas Julia, pada aktrisnya yang baru pertama kali ini bertindak sangat tidak professional.
Vita berusaha bangkit dari posisinya, dan menatap Julia dengan lekat, "hanya tinggal bayar saja Jul, seumur aku kerja, baru pertama kali ini aku membatalkan kontrak kerja, jadi aku rasa semua tidak masalah," tegas Vita pada Julia.
Dia tahu, jika membatalkan sebuah kontrak kerja itu tidaklah mudah, dan pasti konsekuensinya adalah Julia yang harus menghadapi caci maki dari para klient.
Namun Vita ingin menenangkan dirinya terlebih dahulu, untuk berlibur dan mencari suasana yang membuatnya bisa sedikit tenang.
Sekaligus dia ingin mencari keberadaan teman laknud yang sudah tega menjualnya pada seorang pria toxic seperti Mr White.
**To Be Continue. *
**Note : teman-teman, kalau bisa babnya jangan di tabung ya, karena itu akan berpengaruh dengan Level yang akan Mimin dapatkan nanti ***🙏🏻🙏🏻* dan Akan mimin pastikan bahwa karya ini bukanlah promosi, dan akan selalu ada di sini sampai tamat.
*Dan Jangan lupa yah, dukunganya🥰 jangan Sinder.*
*Woy sedekah woy!!!! Jempolnya itu di goyangk'an jempolnya**😎*
Jangan pelit! Mimin, jangan jadi pembaca gelap woy, legal **😭Like,Komen,Hadiah,Dukungan dan Votenya ya semua para pembaca yang terhormat, jangan lupa biar Mimin lebih rajin lagi Updatenya****😘😘
**Kalo malas-malasan entar Mimin juga malas-malasan loh ***😭😭😭*
*Terima kasih**🙏🏻🙏🏻*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments