🌹 Happy Reading ya Gengs 🌹
Vina mengikuti arah pandangan Vita, lalu kembali tersenyum, sambil merapikan rambut cucunya yang berantakan, "Papah kamu kan jam segini pasti di kantor, sama Opa juga, kenapa kamu cariin Papah kamu? Tumben?" tanya Vina sedikit menggoda.
Vita yang tidak kuat dengan pertanyaan itu, langsung kembali memeluk tubuh Vina, "I just miss Papah so much," ujarnya pelan, mencari kehangataan pada tubuh omanya.
"Uluhh-uluh ... cucu cantik Oma ini masih saja manja ya," pujinya, sembari mengecup-ngecup singkat puncak kepala Vita.
"Udah ih, mandi sana! Baru pulang, kan, istirahat dulu ya, nanti Oma masakin makanan kesukaan kamu, oke?" sambung Vina lagi, menepuk punggung belakang Vita, agar segera melepaskan pelukaanya dan bergegas untuk mandi.
Vita terdiam, lalu menganggukkan kepalanya, "Baiklah, Oma, Vita naik ke atas dulu ya. Bye, Oma," pamitnya pada Vina.
"Bye, Sayang," sahut Vina, tersenyum puas menatap Vita yang kini sudah tumbuh dewasa.
"Tidak sia-sia aku merendahkan harga diri dulu demi mendapatkan cucuku, Alvita adalah harta berharga di keluarga ini," gumam Vina, yang tidak henti-hentinya bersyukur, karena Tuhan masih mau memberikan kesempataan untuk keluarga mereka memperbaiki kesalahaan.
Setelah dia rasa cukup, Vina langsung beralih ke dapur, untuk menyiapkan makanan kesukaan cucu kesayanganya.
Namun baru saja dia ingin melangkahkan kakinya masuk, terlihat Jendra yang baru saja pulang, beserta Dyzon. "Vita sudah pulang, Mah ?" tanya Dyzon, yang langsung mendekat ke arah istrinya.
Vina menganggukkan kepalanya singkat, lalu beralih mengambil tas kerja suaminya.
"Kalau begitu, Jendra ke kamar dulu ya, Mah, mandi, terus menemui My Princess," sahut Jendra, yang langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamarnya.
Sedangkan Dyzon dan Vina, kini hanya tersenyum tiap kali melihat Jendra yang over posesif terhadap putrinya.
"Udah ah, Pah, Mamah mau masak makan malam dulu, soalnya kan Papah tau sendiri, Vita paling suka masakan omanya," pungkasnya, dengan tersenyum penuh bangga terhadap suaminya. Bangga karena Vita lebih menyayanginya dilbandingkan Jendra dan Dyzon.
Sedangkan Dyzon hanya memutar bola matanya malas melihat istrinya yang selalu saja kepedean seperti ini.
"Iyah, sana, Papah juga sudah lapar," jawab Dyzon, ingin melangkahkan kakinya pergi.
Tak lupa dia mengecup kening Vina terlebih dahulu sebelum dia pergi ke dalam kamarnya.
Berbeda dengan Vita yang sedang berada di dalam kamarnya. Dia terus merasa gelisah, bahkan kepalanya sekarang terasa sangat pusing sekali, mengingat kejadian semalam dan semua masalah yang menimpahnya.
Dia tidak mau menjadi seorang penghangat ranjang pria yang dia benci, terlebih pria itu sudah benar-benar menghancurkan harga dirinya sebagai seorang wanita.
"Aku harus apa, aku harus apaaaaa," keluhnya, sambil menjambak rambutnya sendiri, bahkan terlihat berulang kali mengusap wajahnya secara kasar.
Vita benar-benar mati langkah sekarang, dia melihat uang di dalam rekeningnya, "Empat triliun, aku bisa membayar hutang wanita sialaan itu bahkan 100x lipat, tapi bagaimana dengan perusahaan Papah, apa yang harus aku lakukan? Hiks, karier, demi Tuhan aku tidak masalah kalau semuanya hancur, tapi--," gumamnya berhenti, ketika mengingat apa yang akan terjadi dengannya setelah ini.
"Mungkin hinaan dari netizen aku bisa hadapin, tapi apa yang akan kukatakan pada Mamah? Bisa-bisa Mamah menyalahkan Papah lagi, dan membuat Papah sedih lagi," ucapnya, yang terus berpikir secara matang langkah apa yang akan dia ambil.
Vita adalah orang yang paling teliti dalam menghadapi masalah, dia tidak pernah gegabah dalam mengambil keputusan.
Tapi kali ini dia benar-benar dihadapkan pilihan yang sangat-sangat sulit. Bahkan dia sendiri tidak tahu bagaimana jalan keluarnya.
Jika saja Mamahnya tidak memusuhi Papahnya, mungkin saja, dia masih bisa bertindak dengan penuh keyakinaan.
Tapi sulitnya saat ini Vika masih tidak mau memaafkan Jendra, dan itu membuatnya stuck sampai saat ini.
"Aahhh sudahlah, nanti aku berpikir lagi, lagian pria itu juga tidak tahu di mana aku sekarang," gumamnya merasa lelah untuk berpikir.
Vita mencoba menenangkan pikirannya dengan mendengarkan musik di kamarnya, sambil memejamkan matanya, berharap semua masalah yang ada di otaknya ini bisa hilang.
Tok ... tok... tok.... Suara ketukan pintu terdengar dari dalam kamar Vita.
Namun karena dia menggunakan headset, membuat Vita tidak mendengar apapun.
Jendra yang sedari tadi mengetuk pintu kamar putrinya namun tidak ada sahutan ini, seketika merasa khawatir, dan langsung mengambil kunci serep untuk membuka kamar Vita.
"Vita Sayang," serunya, merasa kesal melihat putri kecilnya yang tadi membuatnya khawatir, saat ini terlihat sedang telungkup memainkan laptopnya dengan headset di telinganya.
"Alvita," panggil Jendra lagi, namun kali ini dengan menarik headset di telinga anaknya.
Sontak saja tubuh Vita langsung bereaksi lain, kejadian kemarin seperti menjadi trauma untuk ya, "Jangan sentuh aku!" teriaknya histeris, membuat Jendra bingung dengan jeritan putrinya.
"Vita, kamu kenapa, Sayang. Ini Papah," sahut Jendra bingung.
Vita menggelengkan kepalanya singkat, kembali terdiam, namun tubuhnya bergetar. "Tidak Pah, Vita tidak apa-apa," jawabnya singkat.
Namun Jendra bukanlah orang bodoh, yang tidak mengerti jika anaknya tidak sedang baik-baik saja.
"Vita Sayang," panggilnya lagi, namun kali ini langsung memeluk tubuh putri kecilnya.
"Hiks ... hiks...," tangis Vita, menumpahkan segala rasa sakitnya di dalam pelukan hangat Papahnya, yang membuat pria paruh baya itu tahu pasti ada sesuatu buruk yang menimpa putri kecilnya.
Jendra merasa bingung melihat putrinya yang seperti ini, karena selama dia merawat Vita, anak itu belum pernah menangis histeris seperti ini.
"Vita kenapa, Sayang? Jangan bikin Papah takut, kalau Vita ada masalah bilang sama Papah, biar dibantu untuk menyelesaikannya, Sayang?" lirih Jendra pelan, sambil terus mengusap punggung belakang putrinya, agar merasa lebih tenang.
Namun Vita sedari tadi hanya menangis saja, dia tidak mampu mengatakan semuanya pada Papahnya, dia takut jika Papahnya akan kecewa dan bahkan menjadi masalah antara Mamah dan Papahnya lagi.
"Vita tidak apa-apa kok Pah, Vita hanya lelah dengan seluruh tekanan dari pihak management, Pah, Vita ngerasa kaya Vita itu sudah melakukan hal sebaik mungkin, tapi masih aja tetap terlihat tidak bagus," jawab Vita bohong.
Untuk saat ini dia tidak ingin melibatkan siapapun dalam masalahnya, dia yakin bisa menghadapi pria itu sendiri.
"Benarkah masalahnya hanya itu, Sayang? Perlukah Papah menyelesaikan masalah dengan management-mu itu?" tanya Jendra, yang langsung dijawab gelengan kepala oleh Vita.
"Tidak Pah, tidak perlu Vita--," jawabnya terputus ketika melihat opanya yang langsung masuk ke dalam kamarnya.
"Opa," lirih Vita pelan, melihat wajah Opanya yang pucat pasi.
"Jendra, coba kamu lihat saham perusahaan kita anjlok drastis. Jendra, apa yang sudah kamu lakukan sampai perusahaan kita seperti ini, Jendra!" bentak Dyzon sambil memperlihatkan semua dokumen yang menyatakan kebangkrutan perusahaan Dyz.grup.
Dengan cepat Jendra dan Vita langsung mengambil dan membaca saksama laporan keuangan perusahaan, dan tiba-tiba saja Dyzon merasa sesak di dadanya.
"Aaarrrgggghhhh," jerit Dyzon menahan nyeri di jantungnya.
"Opa."
"Papah," teriak Vita dan Jendra bersamaan.
Dengan sigap Jendra langsung menopang Papahnya, dan membawanya ke rumah sakit.
"Vita, kamu siapkan barang-barang Opa, dan ganti pakaianmu! Setelah itu susul Papah di bawah!" perintah Jendra pada Vita.
"Iya, Pah," jawab Vita, dan langsung mengganti pakaiannya terlebih dahulu dan tak lupa dia mengambil ponselnya yang sedari tadi dia letakkan di atas meja.
Drrtt... drrtt.... Dering ponsel Vita berbunyi, namun dia tidak mengenali nomornya.
Drrtt... drrtt.... Dering itu terus berbunyi, hingga Vita memilih untuk mengangkatnya.
**To Be Continue. *
**Note : teman-teman, kalau bisa babnya jangan di tabung ya, karena itu akan berpengaruh dengan Level yang akan Mimin dapatkan nanti ***🙏🏻🙏🏻* dan Akan mimin pastikan bahwa karya ini bukanlah promosi, dan akan selalu ada di sini sampai tamat.
*Dan Jangan lupa yah, dukunganya🥰 jangan Sinder.*
*Woy sedekah woy!!!! Jempolnya itu di goyangk'an jempolnya**😎*
Jangan pelit! Mimin, jangan jadi pembaca gelap woy, legal **😭Like,Komen,Hadiah,Dukungan dan Votenya ya semua para pembaca yang terhormat, jangan lupa biar Mimin lebih rajin lagi Updatenya****😘😘
**Kalo malas-malasan entar Mimin juga malas-malasan loh ***😭😭😭*
*Terima kasih**🙏🏻🙏🏻*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Raya S
semoga Vita bisa mengatasi masalah ya
2022-12-23
0
Diii
ihh....kalau suka kenapa pake neros perusahaan ayahnya Vita sih
2022-12-10
0