Anton yang sudah masuk ke dalam kamar Risa untuk pertama kalinya, mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan tersebut, yang menurut Anton ruangan tersebut sangatlah kecil. Bagaimana tidak kecil, jika di dalam kamar Risa hanya terdapat satu tempat tidur yang berukuran seratus enam puluh kali dua ratus senti meter, lemari kayu tiga pintu dan juga meja rias berukuran kecil dengan satu bangku yang berada tepat di depan meja rias tersebut.
Mengingat lagi, Anton adalah pemilik sebuah perusahaan besar, yang tentu saja memiliki rumah yang begitu mewah dan juga besar, dan kamar miliknya tiga kali lipat dengan kamar yang sekarang Anton masuki.
Dan, setelah puas mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kamar tersebut, kini tatapan mata Anton tertuju ke arah tempat tidur. Di mana Risa sedang terlelap di atasnya, meskipun matahari masih berada di atas.
“Ssstttt,” Nana yang masih memegang tangan Anton, menaruh jari telunjuknya tepat di bibir mungilnya.
Tentu saja membuat Anton langsung mengukir senyum dan mengelus kepalanya. “Ada apa Sayang?”
“Jangan berisik, mama sedang tidur,”
“Ya sudah, lebih baik kita keluar dari dalam kamar dan jangan menggangu mama tidur siang,” ajak Anton.
“Tidak bisa, Pa,”
“Kenapa. Kamu yang bilang sendiri, jangan berisik,”
“Iya Pa, aku ingin tidur siang bersama mama dan juga Papa, sebelum mama bangun,” ujar Nana dengan sangat pelan tidak ingin membangunkan sang mama yang sedang tertidur pulas.
Mengingat lagi, tadi Risa melarang sang putri untuk tidak mengijinkan siapa pun masuk ke dalam kamar, termasuk dangan Anton yang sekarang sudah menjadi suaminya.
Namun, Nana tidak mendengarkan ucapan sang mama, karena dirinya ingin tidur bersama dengan Anton yang Nana tahu sekarang pria tersebut sudah menjadi papa barunya.
“Ayo,” Nana menarik tangan Anton menuju tempat tidur tanpa menolaknya, karena tatapan Anton terus tertuju ke arah wanita yang selama ini sudah mencuri hatinya. Dan Anton sangat bersyukur bisa menjadikan wanita tersebut istrinya, meskipun Anton sangat yakin, wanita yang sudah menjadi istrinya tersebut belum menerima pernikahannya, mengingat lagi pernikahan yang baru beberapa jam dilalui adalah pernikahan dadakan yang hanya menguntungkan Anton yang sudah lama mencintai Risa sekretarisnya di kantor, dan sebaliknya, Risa sama sekali tidak mencintai Anton. Dan Anton pun tahu itu.
Namun, Anton yakin, jika suatu saat nanti, Risa akan mencintai dirinya, seperti dirinya yang memiliki cinta yang amat besar untuk Risa.
“Pa, ayo naik,” ajak Nana yang sudah terlebih dahulu naik ke atas tempat tidur. “Ish, kenapa Papa hanya diam saja,” ujar Nana saat Anton hanya diam sambil menatap Risa yang masih terlelap.
“Eh, iya Sayang,” sambung Anton yang baru tersadar dari tatapan kagumnya kepada sang istri. Kemudian Anton mengalihkan tatapannya ke arah Nana yang sudah merebahkan tubuhnya di samping sang mama.
“Ayo Papa ikut naik dan juga tidur bersama,” ajak Nana lagi saat Anton masih berdiri di sisi tempat tidur tersebut.
“Sayang. Papa tidak mengantuk, kamu saja yang tidur,” tolak Anton yang memang tidak mengantuk. Terlebih lagi tempat tidur tersebut sangat kecil bagi Anton.
“Ish Papa tidak asyik,,” ujar Nana sambil memajukan bibirnya.
Membuat Anton langsung mengukir senyum lalu duduk di pinggiran tempat tempat tidur dan mencubit gemas pipi Nana. “Papa tidak mengantuk sayang, Nana saja yang tidur. Papa akan berada disini bersama dengan Nana,” sambung Anton dan sekarang beralih mengelus rambut Nana dengan sangat lembut. “Apa kamu ingin dinyanyikan lagu nina bobo?”
“Oke Papa. Tapi Papa jangan pergi meninggalkan aku, selama aku tidur siang,”
“Siap sayangku,” sambung Anton yang terus mengelus kepala sang putri sambungnya, yang sudah lama dirinya anggap sebagai anaknya sendiri, kemudian Anton menyanyikan lagu nina bobo hingga Nana terlelap.
Setelah Nana benar-benar terlelap, Anton beranjak dari duduknya, lalu berjalan kesisi ranjang dimana Risa masih terlelap.
Sekarang Anton duduk dipinggiran tempat tidur, dimana Risa berada. Senyum terukir dari kedua sudut bibir Anton, ketika melihat Risa sekretarisnya yang sekarang sudah menjadi istri sahnya dari beberapa jam lalu.
Tidak ada bosannya Anton menatap wajah Risa, wanita yang sudah lama dirinya sukai. Satu tangan Anton kini reflek membelai wajah Risa, hal yang selalu ingin Anton lakukan dari dulu, dan sekarang dia bisa melakukannya.
Risa yang merasakan ada tangan yang membelai wajahnya, kini mulai membuka kedua matanya, dan satu tangannya reflek menampik tangan Anton. Saat Risa menyadari, tangan Anton lah yang sedang membelai wajahnya.
Dan dengan segera Risa beranjak dari tidurnya, lalu mendorong tubuh Anton yang masih duduk dipinggiran tempat tidur, tepat di sampingnya.
Mendapat perlakuan kasar dari Risa yang sekarang sudah menjadi istrinya, Anton hanya mengukir senyum lalu membalik tubuhnya untuk menghadap ke sang istri.
“Maaf,” ucap Anton yang seharusnya tidak dia katakan karena dia berhak atas Risa yang sekarang sudah menjadi istrinya. Jangankan menyentuhnya, melakukan hal lain pun sudah diperbolehkan.
Namun, Anton mengerti apa yang baru saja Risa lakukan pada dirinya, mengingat lagi Risa belum memiliki perasaan pada dirinya, tidak seperti Anton yang sudah lama memiliki perasaan pada Risa.
“Kenapa Pak Anton ada disini?” tanya Risa yang sekarang menurunkan kedua kakinya dari atas tempat tidur.
“Aku suamimu, Ris,”
“Iya. Aku juga tahu. Tapi asalkan Pak Anton tahu, pernikahan ini hanya diatas kertas tidak lebih dari itu. Lebih baik, Pak Anton keluar dari kamarku sekarang juga!”
Mendengar ucapan penekanan dari Risa, hanya membuat Anton mengukir senyum kearah Risa.
“Ini bukan lelucon Pak,” ucap Risa saat melihat Anton hanya tersenyum untuk menanggapi apa yang baru saja dirinya katakan.
“Aku juga tahu. Mana ada sebuah pernikahan disebut lelucon, tidak Ris. Mungkin saat ini kamu belum memiliki perasaan untukku, namun, nanti setelah berjalannya waktu, kamu bisa mencintai aku. Seperti aku yang selama ini mencintaimu,”
“Omong kosong,” sahut Risa sambil menyunggingkan senyum sinis dari sebelah sudut bibirnya.
Risa yang tadi masih duduk diatas tempat tidur dengan kedua kaki yang sudah berada diatas lantai. Kini Risa berdiri lalu melangkahkan kakinya menuju kearah pintu kamarnya. Dan Risa pun segera membuka pintu kamarnya lebar-lebar.
“Silakan keluar dari kamarku, Pak. Bukan berarti sekarang ini Pak Anton menjadi suamiku, seenak saja masuk kedalam kamarku,”
Lagi dan lagi, Anton hanya mengukir senyum mendengar apa yang baru saja Risa katakan. Anton yang masih berdiri disisi tempat tidur, kini melangkahkan kakinya menuju kearah Risa yang sedang memegang gagang pintu.
“Baiklah Ris, aku akan keluar. Tapi sebelum itu, aku ingin mengatakan satu hal padamu,” ucap Anton yang sekarang sudah mendekati Risa dan berdiri tepat dihadapannya.
“Jangan katakan apa pun, karena aku tidak akan mendengar apa pun yang ingin pak Anton katakan. Ini rumahku, bukan di perusahan. Dimana aku harus mendengar apa yang kamu katakan. Jadi sekarang pergilah!” Kemudian Risa mendorong tubuh Anton untuk keluar dari dalam kamarnya.
Bersambung.................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Erina Munir
dok galak risa...mang anton salahnya d mana..jahat juga ngga...kok ngomongnya kaya orang abis d aniaya...anneh luh rissa jngn mentang2 luuh...nek juga nih gw sama mulutnya risa...
2025-01-17
0
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
asliiiik ... gak suka sama sikap Risa ...
Neng Gemoy sumpahin jadi bucin lhoh sama Anton ... 🤪🤣🤣
2023-05-28
0
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
astoge Risaaaa ... 😠
gak gitu juga sikap kamu ke Anton keleeeuuusss ....
kek orang gak pernah dididik agama ...
biarpun gak cinta sama Anton ..
tp selama ini Anton kan gak jahat sama kamu, Ris ...
hargai diri kamu sendiri ...
2023-05-28
0