Risa masih sibuk dengan layar laptop yang ada di hadapannya, tanpa menyadari jika di depan meja kerjanya sudah berdiri Anton sang atasan.
Hingga beberapa kali Anton berdehem, tidak sama sekali membuat Risa menoleh ke arahnya.
"Apa kamu tidak ingin pulang?" akhirnya Anton bertanya pada Risa yang sekarang menoleh ke arahnya.
"Pak Anton. Maaf, Apa yang Bapak katakan barusan?" tanya Risa balik karena dirinya yang sedang fokus pada pekerjaannya hanya sepintas mendengar apa yang baru saja Anton katanya.
Bukannya menjawab pertanyaan Risa, Anton malah mengukir senyum dengan salah satu tangannya menunjuk ke arah jam dinding yang terdapat di tembok sisi kanan meja kerja Risa.
"Ya ampun," Risa terkejut saat tatapan matanya mengikuti jari telunjuk sang atasan yang menunjuk jam dinding di ruangnya.
Bagaimana dirinya tidak terkeju, saat mendapati jam dinding tersebut sudah menunjukkan pukul enam sore, padahal jam pulang kerjanya adalah jam empat sore.
Dan itu artinya Risa sudah menghabiskan waktu selama dua jam untuk mengerjakan pekerjaan, yang bisa di selesaikan esok hari.
Risa lalu menyimpan berkas yang baru saja di kerjakan nya, sebelum mematikan dan menutup laptop yang ada di hadapannya.
Dengan segera Risa beranjak dari duduknya dan mengambil tas miliknya yang dirinya letakkan di laci besar meja kerjanya, sebelum melangkahkan kakinya ingin keluar dari ruang kerjanya, tanpa mengatakan apa pun pada Anton yang masih berdiri tepat di depan meja kerjanya.
Karena Risa tidak ingin berlama-lama membuang waktu dan ingin cepat pulang bertemu dengan sang putri yang pasti sudah menunggu kepulangannya.
Namun, baru beberapa melangkah, Risa menghentikan langkahnya, dan memegang keningnya saat merasakan pusing di kepala.
Anton yang melihat Risa menghentikan langkahnya dan memegangi keningnya, dengan segera berjalan menghampirinya.
"Ris, ada apa? Kamu baik-baik saja?" tanya Anton sambil menyentuh bahu Risa saat sudah mendekatinya.
Risa menyingkirkan tangan Anton yang masih berada di bahunya.
"Aku baik-baik saja," jawab Risa lalu melangkahkan kakinya kembali keluar dari ruang kerjanya.
Meskipun pusing di kepalanya belum juga hilang, tapi Risa terus melangkahkan kakinya sambil memijat keningnya untuk menetralkan rasa pusingnya.
Sesampainya di tempat parkir di mana motor maticnya terparkir, Risa masih merasakan pusing di kepalanya yang malah semakin menjadi.
"Ya Tuhan, ada apa denganku," ucap Risa yang sekarang juga merasakan tubuhnya tidak enak, dan matanya mulai berkunang-kunang.
"Risa!" teriak Anton lalu menahan tubuh Risa yang hilang keseimbangan.
Ketika Anton sedari tadi memang sengaja membuntuti Risa dari belakang, ketika merasa ada yang tidak beres dengannya.
"Kamu baik-baik saja?"
Bukannya menjawab pertanyaan Anton, Risa langsung menegakkan tubuhnya saat masih di tahan oleh Anton.
"Aku baik-baik saja,"
"Jangan bohong Ris, sepertinya kamu tidak enak badan," ujar Anton, ketika baru saja tidak sengaja menyentuh kulit lengan Risa yang terasa panas. "Mari aku antar pulang?"
"Maaf, terima kasih Pak, aku bisa pulang sendiri," jawab Risa menolak ajakan sang atasan.
Dan baru saja Risa ingin naik ke atas motor miliknya, tubuhnya kembali kehilangan keseimbangan. Dan dengan sigap Anton menahan tubuhnya kembali.
"Jangan menolak. Aku akan mengantar kamu pulang. Tidak mungkin kamu mengendarai motor dengan keadaan kamu seperti ini, Ris,"
Risa pun tidak lagi menolak ajakan Anton, saat pusing di kepalanya tidak juga hilang, dan tubuhnya pun sekarang menjadi lemas.
Hingga Anton yang sekarang memeluk bahunya untuk memapah ke arah mobilnya, juga tidak mendapat penolakan dari Risa. Padahal selama ini Risa paling tidak suka di sentuh oleh pria termasuk Anton sang atasan.
***
Jam di pergelangan tangan kiri Anton menunjukkan pukul tujuh malam, saat mobil yang di kendarai nya berhenti tepat di depan rumah Risa.
Rumah yang sangat sederhana di pemukiman padat penduduk, dan rumah yang beberapa kali di datangi oleh Anton.
Karena Anton yang menyukai Risa, coba mendekati Nana putri dari Risa, berharap dengan dirinya dekat dengan Nana, Risa akan menerima perasaan cintanya.
Namun, ternyata itu tidaklah mudah, karena saat Anton sudah mendatangi rumah Risa, Anton langsung di suruh pulang dengan alasan Nana sedang tidur dan dengan alasan yang lainnya.
Hingga Anton yang tahu di mana Nana sekolah, akhirnya menemuinya di sekolah, tanpa sepengetahuan Risa, tapi lama kelamaan Risa akhirnya tahu, dan coba untuk menjauhkan sang putri dengan nya.
Anton yang masih berada di dalam mobil menoleh ke samping kiri di mana Risa berada, yang masih tertidur di tempatnya.
Saat tadi Risa sempat meminum obat pereda pusing yang tersedia di mobil Anton sebelum tertidur.
Anton ingin membangunkan Risa dengan menggoyangkan bahunya, tapi dirinya urungkan. Karena merasa tidak tega untuk membangunkan Risa yang masih terlelap.
Akhirnya, Anton yang tidak ingin membangunkan Risa, turun dari mobil terlebih dahulu lalu membopong tubuhnya.
Anton yang sudah berada di depan pintu rumah Risa beberapa kali mengetuk pintu tersebut. Namun, tidak ada tanda-tanda pintu akan di buka dari dalam.
Yang ada pintu tersebut terbuka sendiri, karena rupanya pintu tersebut tidak di tutup dengan rapat.
Tentu saja membuat Anton langsung masuk ke dalam rumah, karena kedua tangannya sudah merasa pegal, tak lupa Anton memanggil Nana dan juga ibu Ria, ibu dari Risa yang sudah di kenalnya
Anton yang tidak tahu harus merebahkan tubuh Risa di mana, karena Nana dan juga ibu Ria belum juga muncul, akhirnya menuju sofa yang ada di ruang tamu rumah tersebut.
Namun, kurang beberapa langkah lagi sampai sofa tujuannya, kaki Anton menginjak mainan bola karet yang ukurannya sebesar bola kasti, hingga membuatnya kehilangan keseimbangan dan jatuh tepat di atas sofa panjang yang ditujunya, dengan menindih tubuh Risa.
Hingga Risa terbangun dari tidurnya, dan tidak bisa melakukan apa pun saat nyawanya belum seutuhnya terkumpul, apa lagi wajahnya dan juga wajah Anton berdekatan dengan bibir ke duanya saling menempel.
"Ya Tuhan, apa apaan ini!" teriak pria paruh baya dari arah pintu yang sekarang melangkahkan kakinya mendekat ke arah Anton dan juga Risa yang menoleh ke arah pria paruh baya tersebut, dan melihat keduanya dengan posisi yang sama, di mana Anton masih menindih tubuh Risa. "Risa!" teriaknya lagi.
Membuat Risa langsung mendorong tubuh Anton untuk menjauh, dan dengan segera Risa beranjak dari posisinya.
"Pak Toha, ini tidak seperti yang Bapak lihat," jelas Risa pada pria paruh baya tersebut yang tak lain dan tak bukan adalah, ketua RT di pemukiman Risa tinggal.
Karena Risa yakin pasti pak Toha akan berpikir yang tidak-tidak tentang dirinya.
"Aku melihat neng Risa sedang berbuat mesum dengan seorang pria, dan itu melanggar peraturan di lingkungan ini, mengingat lagi neng Risa masih berstatus janda,"
"Pak ta–"
"Jangan mengelak lagi neng Risa, aku juga melihat apa yang sedang neng Risa lakukan," sambung pria paruh baya lainnya yang tadi bersama dengan Pak Toha memotong perkataan Risa.
"Lingkungan ini memiliki aturan yang harus di taati, dan neng Risa sudah melanggarnya," jelas pak Toha.
"Pak. Benar apa yang di katakan Risa, jika ini hanya salah paham," ujar Anton coba membela Risa.
"Tidak bisa, kalian harus segera menikah sebelum warga lain mengetahui apa yang terjadi, dan menyeret kalian keliling kampung,"
"Apa!"
"Apa!"
Bersambung...........
Halo Guys, selamat datang di cerita baru aku, semoga kalian suka ya.
Dan jangan lupa masukin novel ini ke daftar subscribe ya, agar tidak ketinggalan jika aku sudah up, caranya ada di bawah sini👇👇👇
Tekan titik tiga di kanan atas
Lalu klik subscribe
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Erina Munir
galak banget itu temennya pk toha...dengerin dulu apa yg nau d omongjn pk Antoon...pak eeee...hadeehhh
2025-01-17
0
~ziaaa~
ini kenapa pak rete tiba2 bisa dtg ke rumah Risa sih??🤔
2022-12-14
0
🎤🎶 Erick Erlangga 🎶🎧
Jagan ini rencana babang anton
2022-12-13
1