Bab 19

Rupanya semalam aku dan Om Edward sudah melakukan hal itu sekali lagi. Aku tidak bisa menyalahkannya, karena dia juga sudah menyelamatkanku. Dia juga punya alasan kenapa tidak sampai membawaku ke rumah sakit. Aku bahkan mulai ingat dengan apa yang terjadi semalam. Memang aku yang sudah menyerangnya lebih dulu.

Kami berdua sama-sama canggung sekarang.

Tiba-tiba Om Edward menyerahkan sejumlah uang padaku. Membuatku sedikit kebingungan.

"Apa ini Om?"

"Aku tau kamu tidak menjual tubuhmu tapi kalau kau menolaknya, aku akan merasa bersalah. Terimalah, sebagai permintaan maafku juga karena aku , kamu hampir jadi korban."

Aku mendorongnya menjauh.

"Nggak perlu Om, aku nggak bisa menerimanya. Om simpan ini lagi, kita lupakan saja apa yang terjadi semalam. Aku yang berterimakasih pada Om, karena sudah menyelamatkanku."

"Kau yakin? Aku tidak bermaksud memberimu uang dengan tujuan membayar apa yang terjadi semalam. Tapi aku ingin memberimu ini. Kata Lila kau membutuhkan banyak uang, jadi terimalah ini."

"Aku nggak bisa menerima uang secara cuma-cuma Om, jadi Om simpan saja uangnya. Om juga sudah baik padaku dengan memberiku pekerjaan. Kalau begitu aku mau mandi."

Aku tidak mau menerima uang itu, aku kan tidak menjual jasa. Anggap saja semalam tidak terjadi apa-apa. Aku akan melupakan nya.

Pada akhirnya aku bolos hari ini. Banyak pesan dari Lila yang menanyakan keberadaanku dan mengapa aku tidak berangkat hari ini. Tapi aku tidak membalasnya. Aku butuh waktu untuk menenangkan diri. Kejadian semalam cukup membuat ku sedikit trauma. Panggilan masuk juga cukup banyak tapi aku abaikan.

"Nak, ibu boleh masuk?" ibu mengetuk pintu kamarku.

"Masuk aja Bu, pintunya nggak dikunci."

"Apa kamu sakit nak, ibu perhatian dari sejak pulang kamu di kamar terus."

Aku bergeser dan meletakkan kepala ku di pangkuan ibu.

"Aku nggak apa-apa Bu. Cuma kelelahan. Bu, kalau seandainya aku melakukan kesalahan apa ibu mau memaafkan ku?" tanyaku.

Ibu menghela nafas lalu mulai mengusap Surai rambutku yang panjang.

"Semua orang pernah melakukan kesalahan nak, ayahmu, kakakmu, ibu juga pernah melakukan kesalahan. Apa saat itu kamu tidak memaafkan kami?"

"Tentu saja aku memaafkan kalian, kalian kan keluargaku."

"Nah, ibu pun sama. Kalau kamu memang melakukan sesuatu, ibu akan memaafkan mu."

"Ibu ... aku sayang ibu."

"Ibu juga menyayangi kalian, anak-anak ibu."

Aku merasa tenang saat berada di dekat ibu. Aku bisa mendapatkan ketenangan dan kekuatan lagi. Aku tidak boleh lemah dan menyerah, aku harus mengingat hutang-hutang ayah yang masih menumpuk.

Besoknya.

Aku kembali bersekolah.

"Fanya!"

Aku baru tiba langsung disambut dengan lengkingan suara Lila. Dari kejauhan bahkan aku bisa mendengarnya. Lila berlari menghampiriku.

"Hati-hati," kataku saat melihatnya berlari dengan lincah.

"Kau kemana saja kemarin, pesanku nggak di bales, ditelepon juga nggak di angkat. Kau ini kenapa sebenarnya?" Lila mengomel.

"Hehehe, aku sedikit pusing jadi nggak berangkat."

"Tapi kenapa kamu nggak balas pesan atau mengangkat panggilan dariku. Bikin orang cemas saja."

"Iya-iya, maaf. Aku istirahat seharian jadi nggak liat ponsel." Maaf Lila, aku tidak mungkin menceritakan apa yang terjadi. Mungkin kamu akan membenci ku kalau tau apa yang terjadi.

"Kenapa semua orang aneh, Papah juga sangat aneh kemarin."

"Oh ya, aneh kenapa?"

"Dia menanyakan kamu, mana aku tau. Kamu kan nggak bales pesanku."

Kenapa om Edward menanyakan ku.

Terpopuler

Comments

Erna Fadhilah

Erna Fadhilah

dia udah mulai kena pesonamu fan🤭🤭🤭

2023-04-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!