Bab 9

Aku yang mengantarkan minuman untuk kakak. Di dalam kamar yang berantakan karena pemiliknya yang tidak pernah membersihkannya. Aku melihat kakak tertelungkup di atas ranjangnya. Aku meletakkan minuman yang aku bawa di atas nakas. Memperhatikan kakakku yang keadaannya jadi seperti ini.

"Kakak, apa kau tidak kasihan pada ibu. Kenapa kau terus melakukan hal seperti ini hanya karena seorang perempuan. Dia tidak pantas ditangisi oleh orang sebaik kakak. Aku yakin kakak bisa berubah lagi dan menemukan perempuan yang lebih baik dari dia." Aku mengomelinya walaupun percuma karena dia sudah tertidur.

Aku melepaskan sepatu yang masih menempel di kaki kakak. Lalu sedikit merapikan kamarnya yang berserakan. Setelah itu aku membangunkannya untuk meminum obat pereda mabuk buatan ibu.

"Kak, bangun. Nih minum dulu biar mabuknya hilang," kataku sambil mengguncang punggungnya. "Kak ...." Paling malas sebenarnya membangunkan orang mabuk. Dia pasti tidak akan mau mendengarkan orang.

"Heemmm ... jangan ganggu aku! Keluar!" Kak Indra membentakku dengan keras.

Kalau sudah begini aku hanya bisa menggunakan metode seperti biasanya. Dengan sekali siram pasti dia akan bangun.

Aku menyiram wajah kakak dengan sedikit air dingin. Dia langsung bangun dan gelagapan seperti orang yang tenggelam. Aku terkekeh sendiri melihatnya.

"Hihihi makanya bangun! Sudah aku bangunin baik-baik, malah marah-marah. Tuh minum! Ibu sudah susah payah membuatkannya untuk Kakak. Awas kalau sampai nggak diminum!" Setelah puas aku keluar sebelum kakak mengamuk padaku.

"Fanyaaaa!!!"

Untunglah aku sudah keluar saat kakak mengamuk.

"Loh Fanya, kenapa Kakakmu berteriak. Kau pasti mengganggunya lagi," tebak ibu saat melihat aku tertawa sendiri.

"Nggak apa-apa Bu, biasalah. Kakak nggak mau bangun jadi aku bangunkan dengan caraku."

"Kamu itu nakal sekali."

Aku bahagia sekali setiap melihat itu tersenyum seperti ini. Andai saja aku bisa melihatnya tersenyum terus seperti ini, aku tidak rela bekerja siang dan malam asal keluargaku bahagia.

"Ayo tidur Bu."

"Ayo, ibu juga sudah mengantuk."

Kami tidur bertiga di satu kamar. Menggunakan kasur yang diletakkan di lantai agar muat untuk bertiga. Rumah yang kami tinggali memang sempit hanya ada tiga kamar. Aku punya kamar sendiri tapi lebih sering tidur dengan ibu dan adikku. Ibu berada di tengah-tengah aku dan adik. Kami Sama-sama memeluk ibu dari samping. Aku tidak malu meski sudah sebesar ini, saat memeluk ibu rasanya sangat damai.

Adikku sendiri yang istimewa juga tidak pernah mau jauh dari ibu. Rina, didiagnosa oleh dokter mengidap kelalaian genetik yang oleh dunia medis dikenal dengan sebutan down syndrome tapi aku lebih suka menyebutnya istimewa. Ya, dia anak yang istimewa karena menurutku dia adalah anak yang terpilih dari Tuhan. Tidak semua orang memiliki keistimewaan seperti itu. Karena keistimewaannya itu membuat dia tumbuh lebih lambat dari orang normal. Namun, menurutku dia itu pintar dan peka.

Sebenarnya ada berbagai cara agar untuk menyembuhkan kelainan itu. Tapi itu bagi orang-orang yang memiliki uang lebih. Kami yang tidak sanggup membayar lebih tentu saja harus menerima kenyataan dengan lapang dada. Tapi aku tidak pernah malu ataupun membenci adikku, aku justru sangat menyayangi nya. Rina seperti penyembuh rasa lelahku saat di rumah, dia juga semangat ku agar tidak mudah mengeluh. Dia seperti cahaya di keluarga kami.

Karena keadaan itu juga membuat dia memiliki fisik yang lemah. Jantungnya sedikit lemah dan harus melakukan pemeriksaan secara rutin sebulan sekali minimal. Karena itulah aku selalu semangat untuk mencari uang demi keluarga ku. Tidak peduli dengan omongan orang-orang yang sering mengatakan kalau aku adalah perempuan yang tidak benar karena sering keluar malam. Mereka tidak tau saja bagaimana jika ada di posisiku. Mereka seenaknya menghakimi manusia, seakan mereka paling suci di dunia ini dan aku yang paling hina.

Aku sudah kebal dengan omongan seperti itu, masuk dari telinga kiri dan keluar dari telinga kanan. Hidupku ya hidupku, aku tidak makan dari omongan orang, kalau tidak bekerja keras, siapa yang akan memberi kita makan.

Terpopuler

Comments

Erna Fadhilah

Erna Fadhilah

ayo fanya kamu yang semangat cari uangnya demi keluargamu

2023-04-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!