Bab 8

Kakakku pulang dalam keadaan mabuk seperti biasa. Dia bahkan tidak sanggup berdiri dengan benar. Tubuhnya beberapa kali terjatuh walau hanya berjalan dari pintu depan ke kamar.

Saat seperti ini, aku tau ibu pasti sangat sedih melihat keadaan putra satu-satunya. Yang sebenarnya sangat ibuku harapkan.

"Ibu ke dapur sebentar, mau bikinin minuman untuk Kakakmu." Ibu pergi bergegas ke dapur dengan alasan membuat minuman padahal aku tau kalau dia mau menumpahkan tangisnya diam-diam. Tidak ingin aku melihatnya. Apalagi adikku kalau melihat ibu menangis pasti dia ikut menangis.

"Rina, kamu bikin apa? Coba kakak lihat."

Kakakku bernama Indra. Dulu dia anak yang baik tidak seperti ini. Selisih umurku dengan kak Indra cukup jauh, kak Indra sepuluh tahun lebih tua dariku. Aku ingat betul kalau dulu dia anak yang baik, penurut, pintar dan menyayangi ibu dan adik-adiknya. Aku bahkan dulu sering bercanda dengannya. Setelah lulus SMA dia mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliah di universitas. Tapi karena kasihan pada ibu dan memikirkan aku dan Rina. Kakakku pun mengorbankan beasiswanya dan memilih bekerja.

Kak Indra sempat bekerja di beberapa tempat. Cukup sulit di ibu kota untuk mencari pekerjaan dengan mengandalkan ijazah SMA. Dia hanya kerja serabutan tapi tidak pernah mengeluh, persis seperti aku saat ini. Dulu kak Indra bekerja siang dan malam demi kami. Namun, kemudian dia bertemu dengan seorang wanita. Sebenarnya kami tidak menyalakan wanitanya. Cinta memang kadang datang tanpa permisi, tau-tau sudah bersarang di dalam hati.

Singkat cerita, kak Indra jatuh cinta pada wanita itu dan mereka pun pacaran. Saat itu semua masih normal seperti biasa. Namun saat kak Indra mencoba membawa pacarnya ke rumah, wanita itu terang-terangan menghina kami. Menghina latar belakang kak Indra yang hanya anak seorang buruh cuci dan penjudi serta memiliki adik istimewa. Wanita itu menyuruh kak Indra untuk meninggalkan keluarganya jika ingin bersamanya.

Saat itu ibu pun rela melepaskan putranya satu-satunya. Dia dengan lapang dada membiarkan putranya pergi untuk meraih kebahagiaannya. Aku pun tidak bisa apa-apa saat itu. Hanya bisa menenangkan ibu dengan pelukan saat kakakku melangkah keluar melewati pintu.

Selang sebulan tepatnya, tiba-tiba kakakku kembali dengan keadaan berbeda. Wajahnya lesu dan tidak bersemangat, di dalam bola matanya menyimpan kesedihan. Dia kembali tapi menjadi sosok yang berbeda. Dia meraung-raung di kamarnya mulai menyalahkan keadaan, kenapa dia terlahir di keluarga yang seperti ini dan menyalahkan kedua orangtuanya. Ibu mencoba menenangkan kakak dan bertanya apa yang terjadi.

Usut punya usut ternyata pacarnya, perempuan yang sudah membuat dia meninggalkan keluarganya, berselingkuh dengan temannya sendiri. Katanya pria itu lebih baik dari kakak ku, lebih jelas keluarganya. Padahal kakakku sudah banyak berkorban. Di sini aku belajar kalau cinta yang benar-benar tulus itu tidak ada untuk kami yang miskin.

Sejak saat itulah kakakku seperti frustasi dan mulai berubah. Mulai minum-minuman keras lalu berjudi seperti ayah. Dia tidak peduli lagi pada kami, sampai saat ini dia masih seperti itu. Tapi untungnya dia tidak berhutang seperti ayah. Kalau iya, aku tidak tau bagaimana lagi caranya untuk membayarnya hutang-hutang itu.

Setelah aku menidurkan adikku di kamar, aku menyusul ibu. Diam-diam aku mendengarnya menangis sesenggukan. Sambil memegangi dadanya.

Terpopuler

Comments

Erna Fadhilah

Erna Fadhilah

papanya fanya apa tidak cari tau dulu kenapa fanya mau melakukan itu

2023-04-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!