Bab 2

Setelah membersihkan toilet sekolah aku di paksa ikut ke rumah Lila, padahal aku sudah bilang kalau lain kali saja tapi karena aku sudah berjanji akan ke rumahnya jadi aku tidak bisa menolak. Sebenarnya sudah lama Lila mengajakku ke rumahnya tapi aku selalu saja memiliki alasan untuk menolak. Seperti kali ini, pakaianku bahkan sudah sangat kotor dan bau tapi dia memaksa.

"Ini pake bajuku, ukuran kita seperti sama kan. Nanti kalau nggak pas, coba yang lain." Lila meminjamkan aku baju.

"Tapi, Lil. Apa nggak apa-apa aku pakai bajumu? Ini pasti baju mahal, aku takut merusaknya." Sudah pasti barang-barang milik Lila pasti mahal. Dia hampir tidak pernah menggunakan barang palsu atau yang tidak bermerek seperti aku.

"Ya ampun, Nya. Nggak perlu cemas seperti itu. Itu baju untuk kamu kalau pas, jadi nggak usah pikirin kalau rusak karena itu sudah jadi milik kamu."

"Lil ... mana mungkin aku bisa menerimanya. Nggak bisa , Lila." Aku mengembalikan baju itu.

"Trus kamu mau pakai seragam itu terus, itu sudah sangat basah. Nanti kamu sakit lohh. Sudah sana pakai saja."

Mau tak mau aku pun memakai pakaian milik Lila. Ya, tidak mungkin juga aku tetap menggunakan seragam ku yang sudah kotor dan bau ini. Bisa-bisa aku mengotori rumah Lila.

Ngomong-ngomong soal rumah Lila, rumah dia seperti istana. Sangat besar sekali, aku benar-benar takjub saat baru memasuki rumah ini. Aku yang hanya orang biasa bisa memasuki rumah sebagus ini tentu saja senang. Aku tau Lila anak orang kaya tapi tidak pernah menyangka kalau akan sekaya ini. Pantas saja anak-anak di sekolah banyak sekali yang mau berteman dengannya.

Kami mengerjakan PR bersama setelah makan siang di lantai bawah. Di kamar Lila yang sangat luas ini. Sungguh sangat nyaman jika bisa tinggal di rumah sebagus itu. Bermimpi saja aku tidak berani, hihi.

"Waahh akhirnya selesai juga, kamu itu memang hebat Fanya. Padahal kamu kerjaannya kalau di kelas tidur tapi bisa pintar seperti ini. Aku kagum sama kamu. Aku yang memperhatikan saja masih ada yang nggak ngerti. Thanks ya, akhirnya aku paham juga soal-soal yang biasanya bikin aku pusing. Coba kalau setiap hari kita belajar bersama, pasti aku cepat pintar seperti kamu."

"Kamu bisa aja, Lil. Aku juga cuma ngerti sedikit Kok. Dasarnya kamu sudah pintar jadi pas aku kasih tau kamu langsung ngerti," kataku memuji.

Mungkin hanya ini satu-satunya kelebihanku, mempunyai otak yang sedikit pintar dibandingkan dengan yang lain. Seperti kata Lila tadi. Itu karena aku selalu menyempatkan diri untuk belajar di manapun dan kapanpun. Aku sadar, kalau aku bisa sekolah karena beasiswa jadi demi bisa mempertahankan beasiswaku. Aku rela mempertaruhkan waktu untuk belajar meskipun aku juga harus bekerja.

"Eh, ayo dimakan cemilannya, jus nya juga. Enak lohh itu buatan Bibi. Ayo dicoba Nya, jangan dianggurin nanti dimakan lalat," ujar Lila.

"Iya, nanti juga aku makan. Mana lagi yang nggak kamu ngerti, biar aku ajarin sekalian."

"Ini nomor Sepuluh, sama lima belas ..."

Aku pun mengajari Lila sebisaku. Aku tidak pernah pelit ilmu, jika ada yang bertanya tentu saja aku akan membantu mereka.

"Ehh ada suara mobil, Papahku pasti pulang. Nanti aku kenalin sama Papahku ya. Tapi kamu harus janji jangan sampai naksir sama Papahku," kata Lila. Entah itu serius atau bercanda tapi aku rasa itu cuma bercanda, mana mungkin kan aku menyukai pria yang jauh lebih tua dariku.

Terpopuler

Comments

Erna Fadhilah

Erna Fadhilah

kamu blm tau aja kalau papa lila itu hot 🤭🤭🤭

2023-04-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!