KABAR?

...***...

Di ruangan Paseban Agung.

Prabu Maharaja Ganendra Bagaskara baru saja hendak mendiskusikan masalah yang terjadi pada akhir-akhir ini?.

"Apakah ada kabar yang tidak baik terjadi di negeri kita ini? Misalnya terjadi pembunuhan yang tidak wajar?."

"Untuk sejauh ini belum ada kabar buruk seperti itu Gusti Prabu."

"Syukurlah, kita hanya bisa berharap jika masalah mengerikan itu jangan sampai masuk ke kerajaan yang sama-sama kita cintai ini."

"Kita semua hanya berharap seperti itu Gusti Prabu."

Ya, hanya seperti itu saja harapan mereka, karena terselip perasaan takut yang ada di dalam hati mereka masing-masing. Karena kabar yang mereka dengar?. Pendekar pembunuh bayaran itu akan mengincar seseorang yang kemungkinan memiliki kejahatan tersembunyi. Apakah maksudnya itu?.

"Baiklah, jika kerajaan kita masih aman, aku harap kita tetap waspada, orang baik pun akan menjadi incaran musuh yang tidak menyukai apa yang kita lakukan."

Pada saat itu mereka semua benar-benar membahas permasalahan tentang waspada terhadap pendekar belati hitam kegelapan yang masih belum mereka ketahui seperti apa orangnya. Namun saat itu ada seorang Prajurit yang masuk ke ruangan Paseban Agung untuk melapor.

"Mohon ampun Gusti Prabu, salah satu prajurit yang berjaga di kediaman Senopati gumelar endang datang untuk menghadap." Prajurit tersebut memberi hormat pada junjungannya.

"Biarkan dia masuk."

Namun apakah yang akan terjadi selanjutnya?. Kabar apa yang akan disampaikan oleh prajurit tersebut?. Simak dengan baik bagaimana kisah itu terjadi nantinya.

...***...

Sementara itu di gerbang kaputren.

"Raden athaya pasopati?."

"Gusti Putri?."

Raden Athaya Pasopati tidak menduga akan bertemu dengan Putri Arkadewi Bagaskara di depan gerbang Kaputren?.

"Tenanglah Raden athaya pasopati, tenangkan jantungmu." Dalam hatinya sangat panik ditambah gugup ketika matanya menangkap sosok Putri Arkadewi Bagaskara. "Sepuluh tahun, sepuluh tahun tidak bertemu Gusti Putri kini?." Detak jantungnya semakin gugup ketika memperhatikan bagaimana penampilan Putri Arkadewi yang sangat menawan hatinya.

"Ada keperluan apa Raden? Sehingga Raden masuk ke daerah ini?." Bukannya bermaksud untuk mencurigai Raden Athaya, akan tetapi itu memang tugas mereka untuk bertanya kepada siapapun juga yang hendak masuk ke daerah kaputren. Tidak semua orang bisa masuk ke daerah itu, tentunya mereka harus meminta izin terlebih dahulu dan dengan tujuan yang sangat jelas.

Namun belum sempat Raden Athaya Pasopati hendak menjawab pertanyaan mereka, pada saat itu Putri Arkadewi Bagaskara baru saja hendak meninggalkan kawasan kaputren.

"Gusti Putri." Semua prajurit yang berada di sana tentunya memberi hormat pada sang Putri.

"Selamat pagi Raden." Dengan senyuman yang sangat ramah ia menyapa Raden Athaya Pasopati.

Deg!.

Rasanya jantung Raden Athaya Pasopati semakin berdetak dengan sangat kencangnya, ketika ia mendengar suara yang sangat ramah dari Putri Arkadewi Bagaskara. Setelah sekian lama tidak bertemu, jantungnya seakan berpacu dengan sangat kencang ketika matanya melihat senyuman yang sangat ia rindukan. Jika saja ia tidak melihat situasinya mungkin saja ia akan segera memeluk Putri pujaan hatinya.

"Selamat pagi Gusti Putri." Balas Raden Athaya Pasopati dengan perasaan yang sangat gugup yang luar biasa.

"Apa yang hendak Raden lakukan di sini? Apakah Raden baru saja sampai ke istana ini?." Masih dengan suasana yang adem dan ramah itu ia bertanya kepada Raden Athaya Pasopati.

"Saya hendak menemui Gusti Putri, karena saya sangat ingin bertemu dengan Gusti Putri." Saking gugupnya ia sampai berkata kaku seperti itu untuk menyembunyikan perasaan yang berkecamuk di dalam hatinya.

Tentunya Putri Arkadewi Bagaskara memahami apa yang telah dikatakan oleh Raden Athaya Pasopati. Ia juga ingin bertemu dengan seseorang yang sangat ia cintai?. "Raden athaya pasopati terlihat sangat menggemaskan sekali." Dalam hatinya sangat ingin tertawa melihat tingkah Raden Athaya Pasopati yang seperti itu.

"Apa yang telah aku lakukan? Rasanya sangat memalukan sekali." Dalam hati Raden Athaya Pasopati semakin gugup. "Rasanya aku ingin menghilang begitu saja dari hadapan Gusti Putri arkadewi bagaskara!." Sebisa mungkin ia berusaha menahan dirinya agar tidak melakukan kesalahan yang akan mempermalukan dirinya.

"Baiklah kalau begitu mari kita menuju taman istana, mungkin Raden bisa berbicara dengan santai di sana dengan saya nantinya." Putri Arkadewi Bagaskara sangat pengertian. "Tidak mungkin Raden diizinkan masuk ke dalam kaputren, mari Raden."

"Mari Gusti Putri." Raden Athaya Pasopati mempersilahkan Putri Arkadewi Bagaskara untuk berjalan duluan darinya.

Sedangkan para prajurit yang melihat itu hanya terdiam saja, mereka tidak ingin ikut campur dengan apa yang terjadi pada kedua orang yang memiliki kedudukan yang sangat berbeda dengan mereka. Tapi sebagai prajurit yang sangat baik mereka tentunya harus menjamin keselamatan Tuan Putri mereka. Apakah yang akan dibahas oleh Putri Arkadewi Bagaskara dan Raden Athaya Pasopati nantinya?.

...***...

Prajurit yang berasal dari kediaman Senopati Gumelar Endang itu telah memasuki ruangan Paseban Agung.

"Mohon maaf Gusti Prabu." Ia memberi hormat pada sang prabu. "Jika sekiranya kedatangan kami sedikit mengganggu Paseban Agung ini."

"Katakan padaku, hal penting apa yang anda ingin kau sampaikan? Sehingga seorang prajurit yang berasal dari kediaman Senopati datang padaku pada hari ini?."

"Mohon ampun Gusti Prabu, hamba hendak menyampaikan kabar yang sangat buruk kepada Gusti Prabu."

"Katakan kepadaku! Kabar buruk apa yang hendak kau sampaikan?!."

"Sepertinya Gusti Senopati gumelar endang terbunuh di kediamannya Gusti Prabu." Dengan sangat hati-hati ia berkata seperti itu.

Deg!.

Mereka semua yang berada di ruangan itu sangat terkejut tanpa terkecuali. Tentunya kabar itu sangat mengejutkan mereka, apalagi tentang kematian seseorang yang sangat penting di kerajaan Mahamega Suci.

"Prajurit!." Suara Prabu Maharaja Ganendra Bagaskara terdengar sangat tinggi pada saat itu. Iya hampir tidak percaya dengan apa yang ia dengar. "Apakah benar yang kau katakan itu?!." Hatinya sangat bergemuruh mendengarkan laporan yang sangat tidak masuk akal baginya itu. "Bagaimana mungkin? Senopati yang sangat aku banggakan itu terbunuh di kediamannya sendiri?!."

"Ampuni hamba Gusti Prabu, sebagai seorang prajurit jaga, hamba tidak akan berani berkata bohong pada gusti prabu." Prajurit itu hanya melaporkan apa yang ia lihat pada saat itu. "Tentunya hamba akan mendapatkan kemalangan yang mengerikan jika hamba berani berdusta kepada Gusti Prabu."

"Dinda patih! Segera bawa prajurit kediaman Senopati gumelar endang untuk segera melakukan penyelidikan! Aku tidak ingin masalah ini menyebar luas!." Prabu Maharaja Ganendra Bagaskara meminta bantuan pada Patih Arya Pasopati sebagai orang yang sangat dipercayai untuk mengatasi semua masalah yang terjadi di kerajaan ini. "Selidiki masalah itu dengan baik! Apa yang telah menyebabkan Senopati kebanggaanku itu terbunuh di di rumahnya sendiri?!."

"Akan segera hamba laksanakan Gusti Prabu." Patih Arya Pasopati memberi hormat. "Hamba pamit, sampurasun."

"Rampes."

"Prajurit, antar kan aku ke kediaman Gusti mu, aku ingin melihat apa yang terjadi sebenarnya di sana."

"Mari Gusti Patih." Prajurit tersebut mempersilahkan Patih Arya Pasopati untuk mendahuluinya untuk berjalan.

"Lalu bagaimana dengan kami Gusti Prabu?." Senopati Gentala Handaru mewakili mereka semua untuk bertanya. "Sepertinya masalah besar sedang mengintai keselamatan kita semua."

"Kalian semua bantu Patih arya pasopati dalam menyelidiki masalah yang terjadi, aku tidak ingin negeri ini jadi kacau karena adanya masalah pembunuhan sadis."

"Sandika Gusti Prabu."

"Sebenarnya apa yang terjadi? Bagaimana mungkin paman Senopati gemular endang bisa terbunuh di rumahnya sendiri?." Dalam hati Raden Dewangga Bagaskara sama sekali tidak mengerti dengan apa yang terjadi.

Mereka semua sangat waspada, jika memang itu dilakukan oleh pendekar belati hitam kegelapan. Lantas apa yang akan mereka lakukan?. Simak dengan baik lanjutannya.

...***...

Kaputren istana kerajaan Mahamega Suci.

Ratu Kemala Aswari dan Ratu Astina Mustika sedang berbincang-bincang mengenai masalah anak-anak mereka.

"Sepertinya kau tampak bahagia sekali setelah kepulangan ananda putri arkadewi."

"Tentu saja yunda, aku sangat bahagia, sepuluh tahun bukan lah waktu yang singkat berpisah dengannya."

Seakan mengingat luka lama, itulah yang dirasakan Ratu Astina Mustika. Hatinya sangat sedih ketika Prabu Maharaja Ganendra Bagaskara mengusir anak semata wayangnya dari istana karena masalah yang sangat berat.

"Ya, tentu saja sangat berat berpisah, namun sejauh apapun ia pergi? Tentunya akan kembali ke istana ini."

"Yunda benar, akhirnya ananda putri arkadewi kembali ke istana ini dengan keadaan sehat." Rasa haru itu menyelimuti hatinya.

"Tapi aku tidak menyangka jika ia sangat mandiri sekali, menjadi seorang pendekar."

"Mungkin selama di tempat asing ia merasakan adanya ancaman bahaya, sehingga ia memberanikan dirinya untuk mengambil keputusan menjadi seorang pendekar."

"Alasan yang cukup masuk akal."

"Lantas bagaimana dengan ananda putri kenanga? Bukankah sudah ada dua orang pangeran dari kerajaan seberang ingin meminangnya?."

"Memang benar, hanya saja ananda putri kenanga belum terlihat seperti seorang wanita yang ingin dipinang."

Keduanya tampak heran, namun tentunya Putri Kenanga Bagaskara memiliki alasan yang kuat sehingga ia tidak menerima pinangan itu.

"Kalau yunda sendiri bagaimana? Apakah yunda telah memberikan penjelasan pada ananda kenanga mengenai masalah perjodohan itu?."

"Aku telah mencobanya beberapa kali, namun belum ada tanggapan yang baik darinya, mungkin ia belum mau menikah."

"Kalau begitu mari kita berikan penjelasan secara perlahan-lahan padanya yunda."

"Tidak perlu terburu-buru, aku rasa dia memiliki pandangan yang berbeda mengenai masalah pernikahan."

"Baiklah jika memang seperti itu yunda."

Mereka hanya ingin memperhatikan anak-anak mereka agar lebih baik lagi.

...****...

Di bilik Putri Arkadewi Bagaskara.

Putri Kenanga Bagaskara dan Putri Kasih Bagaskara saat itu sedang memasuki bilik Putri Arkadewi Bagaskara. Mereka mencoba mencari sesuatu yang mencurigakan di sana. Mereka masuk tanpa izin dari pemiliknya, apakah seperti itu ide yang ingin mereka lakukan?.

"Coba cari yang menurutmu itu adalah hal yang aneh rayi."

"Aku sedang mengusahakannya yunda, tapi di bilik ini tidak ada apa-apanya, rasanya sangat membosankan sekali." Keluhnya.

"Jangan merengek dulu, coba lihat dengan teliti."

"Baik yunda."

Keduanya tidak menyerah sama sekali untuk mencari barang aneh, atau apa saja yang dapat mereka gunakan untuk menjatuhkan nama baik Putri Arkadewi Bagaskara.

"Bukankah dia itu seorang pendekar? Biasanya seorang pendekar memiliki senjata yang aneh, atau pedang yang sakti mandraguna, tapi aku tidak melihat apapun di biliknya yunda." Putri Kasih Bagaskara terlihat kebingungan.

"Ya, kau benar rayi, biasanya seorang pendekar seperti itu, kenapa benda-benda seperti itu sama sekali tidak terlihat?."

"Apakah mungkin dia menyembunyikan benda itu di suatu tempat yunda?."

"Bisa jadi seperti itu, mari kita cari, semoga saja berada di bilik ini."

Mereka berdua tampak antusias ingin menjatuhkan Putri Arkadewi Bagaskara. Tapi apakah akan berhasil nantinya?. Simak terus ceritanya.

...***...

Di taman istana.

"Bagaimana keadaan Gusti Putri? Sepertinya Gusti Putri agak kurusan."

"Keadaan saya baik-baik saja." Dengan senyuman lembut Putri Arkadewi Bagaskara menjawabnya. "Raden sangat perhatian sekali pada saya."

"Sa-saya sangat mencemaskan keadaan Gusti Putri, karena sepuluh tahun lamanya Gusti Putri berada di tempat yang sangat jauh dari pandangan saya." Raden Athaya Pasopati semakin gugup ketika mengucapkan kalimat itu.

"Hahaha! Rasanya saya sangat bahagia mendengar ucapan Raden, tidak sia-sia saya kembali."

"Ja-jangan tertawa seperti itu, rasanya saya sangat malu sekali, terkesan menggombal." Raden Athaya Pasopati semakin gugup ketika Putri Arkadewi Bagaskara tertawa.

"Saya juga ingin bertemu dengan Raden, saya juga sangat merindukan Raden selama berada di sana." Putri Arkadewi Bagaskara tersenyum lembut. Dan itu hampir membuat Raden Athaya Pasopati menerkam dirinya saking tidak kuasa menahan perasaan rindu itu. "Raden tidak usah cemas, saya tidak akan berubah sedikitpun walaupun sepuluh tahun kita tidak bertemu." Lanjutnya. "Itu karena bagiku Raden adalah tempat untuk kembali." Dalam hatinya.

"Ya, perasaan saya pada Gusti Putri juga tidak akan berubah, masih sama seperti terakhir kita bertemu." Raden Athaya Pasopati dapat merasakan kehangatan dari sikap Putri Arkadewi Bagaskara padanya. "Saya selalu berdoa kepada sang hyang Widhi, berharap Gusti Putri segera kembali." Senyumannya mengembang di wajah tampannya, hanya saja hatinya sesak mengingat apa yang telah terjadi, bagaimana perpisahan yang mereka rasakan saat itu.

Kembali ke masa itu.

Raden Athaya Pasopati tampak berlari dari kediamannya menuju taman istana. Hatinya sangat sesak mendengar kabar jika Putri Arkadewi Bagaskara akan diusir dari istana.

"Gusti Putri!."

"Raden."

Putri Arkadewi Bagaskara memperhatikan Raden Athaya Pasopati yang terlihat sangat ketakutan. Wajahnya dipenuhi oleh banyak keringat, serta nafasnya yang memburu.

"Gusti Putri!."

"Raden."

Begitu kuatnya pelukan yang mereka berikan saat itu untuk menyembunyikan perasaan takut yang menyelimuti hati masing-masing.

"Apa yang terjadi sebenarnya? Kenapa bisa Gusti Putri akan diusir dari istana?." Suaranya terdengar sangat serak sambil menahan segala perasaan yang menghimpit dadanya. "Apa yang Gusti Putri lakukan sehingga itu bisa terjadi?."

"Banyak hal yang tidak bisa saya katakan, mereka sangat ingin menyingkirkan saya dari istana ini." Hatinya sangat sedih karena merasa difitnah atas tindakan yang telah dilakukan oleh kedua kakaknya. "Mereka sangat jahat kepada saya, mereka tidak pernah bahagia melihat saya, hanya kesakitan yang mereka inginkan dari saya." Hati Putri Arkadewi Bagaskara semakin sakit mengingat hal yang tidak pernah ia lakukan, namun dengan ucapan mulut dan tindakan itu?. Ia benar-benar diusir.

Apakah yang terjadi sebenarnya pada Putri Arkadewi Bagaskara?. Temukan jawabannya.

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!