...***...
Pagi harinya.
Nyai Estiana Diatmika telah terbangun dari tidurnya, karena ia ingin melakukan aktivitasnya sebagai seorang istri yang sangat baik. Sebagai seorang istri yang baik, tentunya ia ingin memberikan pelayanan yang baik pada suaminya. Namun ketika ia terbangun dan melihat ke arah suaminya?.
Deg!.
Jantungnya seakan-akan melompat dari tempatnya?. Bagaimana tidak?. Matanya melotot tajam melihat keadaan suaminya. Siapa yang tidak akan terkejut, saat kau terbangun dengan pemandangan yang sangat mengerikan dialami oleh suamimu?.
"Oh! Kanda Senopati!." Teriaknya dengan suara yang sangat misterius ketika ia melihat bagaimana suaminya pada saat itu.
Sungguh pemandangan yang sangat mengerikan, pemandangan yang sangat menyayat hati ketika melihat suaminya.
"Kanda senopati!." Hatinya sangat bergemuruh sehingga ia histeris menangis melihat bagaimana keadaan orang yang sangat ia cintai itu.
"Bangunkan kanda senopati!." Ia berusaha untuk membangunkan suaminya.
Namun ia melihat belati hitam telah menancap di tenggorokan suaminya. Ketika ia hendak mencabut belati itu, namun tiba-tiba saja ada kekuatan kegelapan yang mendorong tubuhnya sehingga ia terhempas dari sana.
"Eagkh!." Ia berteriak dengan sangat kuat karena merasakan tubuhnya yang sangat sakit akibat serangan kegelapan itu. Tentunya suara teriakannya didengar oleh para prajurit yang berada di luar.
"Bukankah itu adalah suara nyai?." Salah satu dari prajurit itu sangat mengenali suara Tuan Putri mereka.
"Ayo kita periksa ke dalam, mungkin ada sesuatu antara Gusti Senopati dengan nyai." Balas temannya.
Mereka tidak ingin membuang-buang waktu hanya untuk berdebat mengenai suara siapa. Mereka harus segera memeriksa ke dalam, apakah telah terjadi sesuatu yang sangat tidak diinginkan di dalam sana?. Apakah yang terjadi sebenarnya?. Simak dengan baik bagaimana kisah itu terjadi nantinya.
...***...
Di istana kerjaan Mahamega Suci.
Bilik Putri Arkadewi Bagaskara.
Pagi yang cukup bersahabat ketika ada beberapa orang emban yang menyapanya dengan senyuman lembut. Menyapa Putri Arkadewi Bagaskara dengan senyuman yang penuh kerinduan, karena 10 tahun yang lalu mereka lah yang melayani Putri Arkadewi Bagaskara dengan baik, tanpa pamrih ataupun ada maksud tujuan apapun.
"Selamat pagi Gusti Putri."
"Selamat pagi emban."
Mereka semua masuk ke bilik Putri Arkadewi Bagaskara dengan membawa berbagai macam perlengkapan. Ada yang membawa sarapan pagi untuk Putri Arkadewi Bagaskara. Benar-benar sangat perhatian pada Putri Arkadewi Bagaskara walaupun 10 tahun telah berlalu begitu saja.
"Terima kasih karena kalian mau melayani saya dengan baik, walaupun saya sudah tidak berada di istana ini selama sepuluh tahun."
"Mohon ampun Gusti Putri, kami akan selalu setia pada Gusti Putri."
"Kami akan selalu ingat pada Gusti Putri."
"Kami yang tua ini akan selalu bersama Gusti Putri."
"Syukurlah kalau begitu."
Putri Arkadewi Bagaskara menatap mereka semua dengan tatapan yang lembut. Ada sekitar delapan emban yang melayani Putri Arkadewi Bagaskara pagi itu. Entah itu menghidangkan makanan, menghias rambut, atau bahkan menyiapkan pakaian yang pantas untuk Putri Arkadewi Bagaskara pagi itu.
"Jika kalian memiliki masalah di istana atau pun bahkan di luar istana, jangan sungkan untuk menceritakan pada saya." Ia menatap mereka semua. "Jangan sampai kalian dianiaya oleh orang-orang jahat, saya tidak akan mengampuni siapa saja yang berani menyakiti kalian."
Deg!.
Sontak mereka terkejut mendengarnya, apakah Putri Arkadewi Bagaskara mengetahui apa yang mereka alami saat ini?.
"Sebagai seorang junjungan, saya akan bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada kalian, karena kalian semua dengan tulus melayani saya."
"Mohon ampun Gusti Putri, bukannya kami tidak ingin menceritakannya pada Gusti Putri, hanya saja kami tidak ingin menyusahkan Gusti Putri."
"Benar Gusti, kami tidak tidak ingin Gusti Putri mengalami masalah nantinya."
"Kalian tidak perlu sungkan, saya hanya tidak ingin kalian terganggu dalam mengerjakan sesuatu karena memikirkan apa yang kalian alami, jadi katakan saja apa yang terjadi pada kalian?."
Mereka belum menjawabnya, mereka saling bertatapan satu sama lain. Apakah mereka akan mengatakan apa yang terjadi sebenarnya?.
"Katakan saja emban, jangan sampai kalian merasa terbebani, kalian juga berhak untuk mendapatkan perlindungan dari saya."
"Baiklah kalau begitu Gusti Putri."
Satu persatu dari mereka menceritakan apa yang dialami, permasalahan pribadi menjerat mereka ke dalam hidup yang tidak baik. Apakah itu?. Simak dengan baik kisahnya.
...***...
Kediaman Patih Arya Pasopati.
"Apakah ayahanda hendak menuju istana?."
"Ya, tentu saja, apakah nanda mau ikut?."
"Ya."
"Kalau begitu mari."
"Mari ayahanda."
Patih Arya Pasopati bersama putranya Raden Athaya Pasopati berjalan bersama menuju istana Kerajaan Mahamega Suci.
"Apakah Nanda sudah tidak sabar lagi ingin bertemu dengan Gusti Putri arkadewi bagaskara?."
"Ini masih pagi ayahanda, jangan menggoda nanda seperti itu."
"Hahaha! Ayahanda hanya bertanya saja, tidak bermaksud menggoda nanda."
"Su-su-sudahlah ayahanda, rasanya nanda sangat malu sekali, nanti kalau dilihat oleh orang-orang bagaimana?."
Patih Arya Pasopati semakin tertawa keras mendengarkan ucapan anaknya, terlihat sangat jelas Raden Athaya Pasopati malu-malu ketika digoda oleh ayahandanya.
...**...
Sementara itu Putri Kenanga Bagaskara dan Putri Kasih Bagaskara.
"Apakah yunda melihat dia keluar dari biliknya?."
"Entahlah, aku tidak bisa menebaknya, dan bahkan malam tadi kita hampir saja ketahuan olehnya."
"Dia itu ternyata mengerikan juga yunda, bagaimana mungkin dia mengetahui kedatangan kita?."
"Apakah karena dia seorang pendekar? Sehingga dia mengetahui kedatangan kita?."
"Bisa jadi seperti itu."
"Kalau begitu kita harus berhati-hati, akan berbahaya kalau kedatangan kita diketahui olehnya, apalagi rencana yang kita buat jangan sampai tercium olehnya."
"Jangan sampai dia mengetahuinya."
Sepertinya mereka masih belum menyerah untuk mengusir Putri Arkadewi Bagaskara dari istana. Apakah yang akan mereka lakukan?. Baca terus ceritanya.
...***...
Kembali ke kediaman Senopati terhormat itu.
Para prajurit yang mendengarkan suara teriakan dari dalam segera menuju arah sumber suara yang menurut mereka berasal dari bilik Senopati Gumelar Endang. Alangkah sangat terkejutnya ketika mereka masuk ke dalam bilik itu.
"Nyai!."
Ketiga prajurit yang masuk ke dalam bilik itu melihat nyai Estiana Diatmika yang sedang merintih kesakitan karena tubuhnya menabrak alias membentur dinding di biliknya.
"Tolong aku." Dengan suara yang sangat lemah tidak berdaya ia meminta tolong kepada mereka. "Tolong bantu aku!." Lanjutnya lagi dengan suara rintihan kesakitan yang sangat luar biasa.
"Nyai!." Mereka segera membantu wanita itu karena ia mengalami luka yang sangat serius.
Pada saat itu mereka belum menyadari ada hal yang aneh.
"Nyai? Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kondisinya nyai malah seperti ini?." Salah satu dari prajurit itu bertanya kepada nyai Estiana Diatmika.
"Apa yang dilakukan Gusti Senopati?." Dalam hati Rotan, salah satu prajurit yang berjaga di sana sangat heran.
"Kanda Senopati." Suaranya yang terdengar sangat kesakitan.
"Gusti Senopati?." Ketiganya masih belum mengerti dengan apa yang telah dikatakan Nyai Estiana Diatmika.
"Bantu kanda Senopati." Dengan sekuat tenaga ia berusaha untuk menunjuk ke arah suaminya yang terbaring di tempat tidur. Hatinya sangat hancur melihat pemandangan yang sangat mengerikan itu.
Deg!.
Mereka bertiga sangat terkejut dengan apa yang mereka lihat pada saat itu. Keadaan tuan mereka yang sangat mengenaskan?. Bagaimana mungkin itu bisa terjadi pada tuan mereka?.
"Gusti Senopati!."
Serentak mereka menyebut nama tuan mereka?. Dua orang dari mereka segera mendekati Senopati Gumelar Endang yang dalam keadaan seperti itu. Sedangkan salah satu dari mereka sedang membantu nyai Estiana Diatmika. Tidak mungkin ia membiarkan nyai Estiana Diatmika terbaring begitu saja di lantai yang dingin itu. Ia menggendong Nyai Estiana Diatmika berbaring di tempat tidur lainnya yang masih berada di ruangan itu.
"Tolong kanda Senopati." Nyai Estiana Diatmika menangis sedih, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa setelah terbentur keras. "Aku mohon pada kalian." Tangisnya begitu pilu, membuat Baji merasa simpati.
"Nyai tenang saja, kami akan melakukan yang terbaik, nyai tetaplah di sini untuk sementara waktu, nyai juga sedang terluka." Hanya itu yang dapat ia katakan saat itu.
Setelah itu ia mendekati kedua temannya yang terlihat sangat kebingungan. Mereka tidak berani bertindak, apalagi melepaskan belati yang menancap di leher Senopati Gumelar Endang.
"Apa yang harus kita lakukan?." Suro bertanya kepada Rotan dan Baji.
"Aku akan melaporkan apa yang terjadi ke istana." Baji mengambil tindakan yang lebih besar. "Kita akan meminta bantuan pada Gusti Patih, untuk menyelesaikan masalah ini." Lanjutnya.
"Baiklah, kami akan terus berjaga di sini, hingga kau kembali bersama Gusti Patih, sekaligus kami akan menjaga nyai diatmika yang sedang terluka." Rotan melihat ke arah Nyai Estiana Diatmika yang sangat terpukul atas apa yang telah menimpa suaminya.
Apakah yang akan terjadi selanjutnya?. Apakah mereka dapat menyelesaikan kasus itu dengan baik?. Bagaimana kisah itu terjadinya nantinya?. Simak terus ceritanya ya.
...***...
Raden Dewangga Bagaskara saat ini sedang menuju halaman Istana, ia berpas-pasan dengan Patih Arya Pasopati.
"Selamat pagi paman Patih."
"Selamat pagi Raden."
"Bagaimana perkembangan masalah itu paman? Apakah saya perlu terlibat dalam masalah penanganan pendekar belati hitam kegelapan?."
"Untuk saat ini kita semua sedang menyelidiki keberadaannya Raden, sayang sekali telik sandi yang paman kirim belum menemui keberadaan pastinya di mana."
"Sepertinya dia pendekar yang sangat berhati-hati paman, sehingga tidak ada yang mengetahui dengan pasti di mana ia menetap."
"Kita memang harus berhati-hati, musuh yang seperti itu sangat berbahaya paman, jangan sampai kita lengah."
"Paman benar."
Setelah itu keduanya masuk ke dalam ruangan Paseban agung untuk membicarakan masalah yang sangat serius.
...***...
Putri Arkadewi Bagaskara telah mengurus beberapa orang untuk menyelesaikan masalah yang terjadi pada emban, ia tidak tega melihat beberapa emban yang melayaninya mengalami masalah yang berat.
"Kau sangat baik sekali arkadewi bagaskara." Sosok hitam kembali berbicara. "Apakah kau benar-benar ingin membantu mereka? Atau kau ingin memenuhi hasrat kegelapan yang ada di dalam diriku?."
"Terserah kau saja mau beranggapan seperti apa, tapi bagiku? Melihat mereka menderita seperti itu membuat aku merasa sesak, aku tidak akan bisa membiarkan itu terjadi begitu saja."
"Baiklah, aku mengerti dengan apa yang kau katakan, jadi jangan marah seperti itu."
"Hm."
"Bagaimana pendapatmu mengenai Senopati yang telah kau bunuh itu? Dia terlalu banyak berbuat dosa, jadi percuma saja dia hidup."
"Jika kau telah mengetahuinya? Jangan tanyakan lagi padaku."
"Kau ini lebih menyeramkan dari pada aku."
"Hufh."
Putri Arkadewi Bagaskara menghela nafasnya dengan pelan.
"Aku hanya kasihan pada wanita tua itu, dia sangat menderita kehilangan orang-orang yang ia cintai akibat perbuatan Senopati bejat itu." Terlihat amarah membara dari ucapannya. "Dia memang pantas mati atas apa yang telah dia lakukan, dia tidak memiliki hati nurani, menggunakan topeng pemanis wajah pada setiap orang yang ia kenali, tapi dia bisa bersikap beringas pada rakyat, itulah alasan kenapa aku tidak bisa mengampuninya." Ada perasaan sesak yang terselip di hatinya saat itu. "Jika dia bisa membuat orang lain menderita? Maka aku bisa membuat ia tidak bisa menunjukkan topeng pemanis wajah itu pada siapapun lagi, termasuk pada petinggi istana serta pada ayahanda Prabu."
Putri Arkadewi Bagaskara sangat geram dengan apa yang ia lihat dari sisi kegelapan yang ada di dalam diri Senopati Gemular Endang, sehingga ia tidak sabar ingin membunuh Senopati keji itu. Tapi bagaimana caranya ia melakukan itu? Dan siapa sosok hitam yang bersama dirinya itu?. Simak dengan baik bagaimana kisahnya.
...***...
Di sebuah tempat.
Seorang pemuda terlihat sedang berlatih ilmu kanuragan bersama seseorang. Mereka melakukan gerakan yang sangat kuat, tidak ada yang mau mengalah diantara keduanya.
Pukulan dan tendangan mereka kerahkan untuk saling mengalahkan, namun tetap saja tidak ada yang tumbang diantara keduanya, malahan mereka semakin bersemangat untuk mengeluarkan ilmu kanuragan yang mereka miliki.
Cukup lama bagi mereka untuk berlatih, hingga mereka memutuskan untuk menghentikan kegiatan yang menguras tenaga itu.
"Kau sangat hebat sekali, sepertinya kau sudah sangat siap untuk pergi dari sini."
"Aku telah menguatkan tekad, bahwa aku akan menghukum orang yang telah membunuh guru kita."
"Ternyata kau masih saja menyimpan dendam lama? Apakah kau tidak bisa mengurungkan niat mu itu agar tidak memperpanjang tali dendam pada orang lain?."
"Jika kau tidak mau membantu aku? Maka jangan sesekali kau berkata seperti itu padaku."
"Hufh! Kau ini aneh sekali." Ia hanya menghela nafasnya. "Dendam tidak akan menyelesaikan masalah, sebaiknya jangan gegabah dalam bertindak."
"Sekarang aku bertanya padamu, kau mau ikut aku atau tidak?! Kau mau membalaskan dendam guru atau tidak?!."
"Aku tidak mau jadi alat balas dendam, sebaiknya aku pergi meninggalkan padepokan ini."
"Kau serius dengan apa yang kau katakan?!."
"Sangat serius."
"Kau ini memang seorang pengecut!."
"Anggap saja seperti itu, karena aku tidak mau melibatkan diriku dalam hal yang tidak aku ketahui akar permasalahannya seperti apa."
"Rasanya aku ingin membunuh mu sekarang juga!."
"Maaf saja, aku bertahan sejauh ini bukan untuk kau bunuh." Dengan sangat santainya ia berkata seperti itu sambil meninggalkan temannya itu.
"Bedebah! Kau benar-benar orang lemah!." Hatinya semakin panas dengan sikap temannya yang seperti itu.
Namun apa yang akan terjadi selanjutnya?. Apakah ia akan melakukan pertarungan dengan temannya itu?. Simak dengan baik bagaimana kisah selanjutnya. Mohon dukungannya ya.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments