Salah paham

"Iya, Buk."

"Zi apa kamu sudah di perjalanan, Nak?"tanya ibu Zizi

Zizi menatap Pras yang tengah santai mengemudi di sebelah nya.

"Iya bu" sahut Zizi pelan

"Apa jadi kamu membawa calon suamimu?"

Zizi menunduk, bagaimana harus memulai bicara pada ibunya. Ada rasa takut, tidak tega, dan bingung. Pras memperhatikan gadis di sampingnya.

"Zi.." panggil ibu mu nya

Air mata Zizi mengalir deras. Dia menjauhkan telepon agar sang ibu tidak mendengar isaknya. Wanita di seberang memanggil-manggil namanya.

Pras segera mengambil ponselnya Zizi

"Iya bu,Zizi pulang dengan saya" jawab Pras yang memang belum mengenal keluarga Zizi

"Alhamdulillah, tolong jaga Zizi ya nak, hati-hati di jalan" ujar Ibu nya lalu menutup ponsel.

Pras mengembalikan ponsel Zizi dan di genggam erat oleh perempuan cantik itu lalu meraih tisu untuk menghapus air matanya.

***

Bara berdiri di depan kost Zizi dia ingin menemui Zizi dan mengatakan kalau selama ini hanya Zizi perempuan yang dia cintai,Arum hanya mainan untuk nya karena Zizi terlalu menutup diri dari hal ***.

Bara ingin meminta maaf dan meminta Zizi memberikan nya kesempatan kedua,hanya menunggu anak itu lahir dia akan menceraikan Arum.

"Bara" ujar ibu kost Zizi yang melihat Bara dari tadi hanya berdiri di depan pintu gerbang

"Bu...ada Zizi?" tanya Bara, kebetulan ibu kost Zizi kenal dengan Bara karena setiap Bara datang Zizi selalu meminta izin untuk duduk di depan.

"Sudah lama nggak kesini nak,apa kabar?"

"Baik bu,Zizi nya ada bu?" ulang Bara lagi

"Zizi....!! seperti nya nggak ada nak Bara,Zizi pamit pulang kampung" ujar ibu kost nya

Bara menghela nafas panjang,dan pamit pada ibu kost Zizi.

Bara masuk kembali ke dalam mobil nya,cukup lama dokter tampan itu duduk di belakang kemudi sambil mencoba menghubungi Zizi tapi nihil nomer nya sudah di blokir.Bara memukul stang mobil dan telungkup lama di sana.

Kurang lebih empat jam perjalanan di tempuh Pras dan Zizi,Saat baru masuk di kampung Zizi suasana pedesaan nya mulai terasa,masih sangat kental.Aktivitas para penduduk menjelang sore terlihat di halaman rumah mereka. Ada yang sibuk dengan padi yang dijemur, ada yang membersihkan kandang ternak, dan ada yang sekadar duduk-duduk di bawah pohon, ngerumpi sambil mencari kutu atau uban bagi kaum ibu-ibu.

Bagi Pras ini menjadi pemandangan baru yang sangat menyenangkan. Ketenangan suasana di sana sangat dia rasakan.

"Kalau pagi mungkin dingin ya di sini Zi?" tanya Pras membuka pembicaraan

"Iya pak, lumayan"jawab Zizi singkat

"Mandi nya ke sungai ya Zi?" tanya Pras lagi

"Tidak juga pak, hampir semua rumah punya kamar mandi,tapi memang sebagai orang masih menggunakan sungai untuk aktivitas nya,kata nya lebih leluasa, apalagi air nya jernih bikin segar" sahut Zizi lagi

Zizi meminta Pras untuk berhenti ketika telah sampai di rumah bercat hijau, rumah yang baru sudah di renovasi, memang tidak begitu besar tapi halamannya lumayan luas. Ada beberapa pohon jambu air dan mangga mengelilingi pekarangan.

Mereka segera turun setelah mobil terparkir di bawah pohon mangga yang sedang berbunga. Seorang wanita setengah baya keluar sambil tersenyum saat melihat putrinya. Zizi berusaha menyembunyikan kesedihannya biar sang ibu tidak curiga.

"Ibu...." ujar Zizi menyalami punggung tangan ibunya

Pras pun melakukan hal yang sama. Wanita itu tampak berbinar senang menyambut uluran tangan laki-laki itu.

"Eh, ini to calon suaminya Zizi?" Seorang ibu muncul dari arah samping disusul oleh beberapa wanita lainnya. Mereka tetangga yang berdekatan dengan rumah ibu Zizi Setelah menyalami Zizi dan Pras tiga orang ibu-ibu itu pun pergi.

"Ganteng, ya!" bisik ibu-ibu yang lain pada rekannya sambil melangkah pergi dan itu masih didengar oleh Zizi. Membuat gadis itu jadi tidak enak hati pada Pras.

"Ayo masuk nak,ajak masuk Zi" ucap ibu nya

"Ayo pak" ajak Zizi pelan

"Pak, maaf ya. Nanti atau besok saya akan jelaskan pada mereka kalau sebenarnya hanya salah paham saja," ucap Zizi saat mereka melangkah masuk rumah. Pras hanya tersenyum sambil mengangguk.

"Yah.....ayah...Zizi datang yah dengan calon nya" pekik Ibu Zizi membuat Zizi tertunduk malu pada Pras.

"Aunty Zizi sudah sampai,sama pak Pras ya" ujar Nisya yang juga baru sampai,Nisya sudah menceritakan pada Dimas tentang Bara, awalnya Dimas marah besar tapi Nisya mencoba untuk menenangkan nya meminta Dimas untuk tetap tenang agar ibu nya tidak ikut syock nanti nya.

"Sebentar ya nak ibu buatkan minum" ujar ibu Zizi dan di ikuti Zizi dari belakang

"Zi, sepertinya laki-laki tadi wajahnya nggak sama dengan foto yang kamu kirimkan ke Mbak Nisya dulu,apa ibu yang salah lihat atau gimana Zi?"ibu Zizi bertanya setelah menyalakan kompor dan Zizi yang menyiapkan gelas untuk teh.

Zizi mengangguk pelan, menyembunyikan luka yang dalam. Hatinya tambah pedih ketika melihat banyak belanjaan di meja dapur. Tentu ini disiapkan untuk acara besok

Ibu Zizi mendekati putrinya. Naluri ibu memang tak pernah salah. Sejak melihat Zizi turun dari mobil dalam keadaan kusut dan mata sedikit sembab tadi pikirannya sudah tidak enak. "Ada apa nak, cerita sama ibu?"

Tak bisa dibendung lagi, Zizi merangkul ibunya dan menangis. Ibu Zizi yang kebingungan dengan sikap putrinya masih sabar menunggu hingga Zizi tenang.

Sambil terisak Zizi menceritakan kejadian yang sudah dia alami, terlihat ibu Zizi menyimpan kecewa yang dalam, entah bagaimana dia akan menjelaskan pada keluarga besarnya nanti. Padahal wanita itu sudah mengundang mereka agar datang besok pagi dan para tetangga juga sudah banyak yang tahu kalau Zizi akan datang mengenal kan calon suaminya untuk silaturahmi,Maklumlah, ini di desa. Ada kabar sedikit saja sudah menyebar ke mana-mana.

Zizi membawakan nampan berisi beberapa gelas teh ke ruang tamu. Diikuti oleh ibu nya di belakangnya.

"Ayo, diminum dulu tehnya." ibu Zizi mempersilakan dengan ramah.

"Terima kasih, Bu," jawab Pras ramah

"Jadi apa kesibukan Nak Pras saat ini?" tanya ayah Zizi

"Di kantor pak" sahut Pras

"Bukan nya dokter?" tanya ayah Zizi bingung

"Tidak pak, mungkin bapak salah dengar,saya bekerja di perusahaan yang sama dengan Zizi kebetulan kami satu divisi" jelas Pras lagi sedangkan Nisya hanya terdiam

"Eyang saat Zean ke Jakarta menginap di tempat om Pras eyang,bagus" Celetuk Zean

"Kapan-kapan ke Jakarta lagi ya Zean" ujar Pras tersenyum manis

"Iya om, jalan-jalan lagi ya"

"Iya" sahut Pras lembut

"Di minum nak setelah itu istirahat nanti setelah magrib pasti banyak tamu yang datang" ujar pak Agus ayah Zizi dan di anggukki Pras pelan.

****

Zizi menyiapkan kamar untuk Pras tidur, tiba-tiba kakak ipar nya Nisya masuk kedalam kamar

"Bagaimana si tampan bisa ikut Zi?" tanya Nisya penasaran

"Mbak ternyata kecurigaan mbak selama ini benar,dia mengkhianati ku" ujar Zizi mengalihkan pembicaraan

"Mbak bilang juga apa Zi"

"Tapi yang bikin aku sesak mbak dia berkhianat dengan Arum,anak bude Sri sepupu ku,aku takut Mbak kalau bapak tau"

"Mbak Belum pernah kasih lihat foto Bara sama bapak Zi,cuma sama ibu tapi ibu sudah tau kan masalah ini?"tanya Nisya dan di anggukki Zizi pelan

"Mas Dimas bilang apa Mbak?"

"Awalnya dia mau cari si Bara itu tapi mbak bilang nggak usah, menyelesaikan masalah dengan otot nggak akan bisa selesai mungkin memang nggak jodoh, selagi kamu nggak pernah di apa-apa in sama dia sudah lah,di ikhlas kan saja mungkin Tuhan sedang mempersiapkan jodoh terbaik untuk kamu,mana tau si tampan Pras" jawab Nisya tersenyum

"Tapi mbak penasaran deh Zi kenapa Pras bisa ikut?"

"Dia mau jelaskan mbak sama Ibu, Ayah dan kak Dimas juga tentang semua ini,dia merasa bertanggung jawab atas kesalahan adiknya mbak" jelas Zizi

"Yakin!!"

"Iya lah mbak"

"Zi....Zizi" panggil ayah membuat Zizi meletakkan telunjuk di bibir nya

"Iya yah"

"Itu banyak tamu di luar" pekik Ayah nya

"Iya yah" sahut Zizi lagi

Setelah salat isya, di rumah Zizi penuh dengan para kerabat dan tetangga seperti perkiraan Zizi.tapi berbeda dengan pemikiran Pras yang kerabat akan datang tepat pada saat acara saja.

Mereka duduk lesehan di tikar dan karpet yang dibentang di ruang tamu yang tidak begitu luas tapi bisa menampung sekitar 40 orang lebih karena sudah di renovasi.Di atas piring yang ditaruh melingkar ada kue bolu yang di bawa oleh Nisya dan pisang goreng serta kacang rebus. Jajanan khas kampung, Ada juga satu teko kopi dan teh. Pras duduk berjajar dengan kaum lelaki lain nya,ada keluarga dekat dan para tetangga.

Zizi merasa tak enak hati menempatkan Pras dalam situasi yang seperti ini. Apalagi pria itu berniat untuk menolongnya, tapi malah terperangkap dalam kesalahpahaman yang tidak tahu dari mana harus diluruskan. Zizi duduk dengan gelisah, meski Pras terlihat santai saat diajak ngobrol oleh keluarga Zizi.

"Jadi kamu calon suami nya Zizi ya, sudah berapa lama berkenalan dengan Zizi?" tanya adik ayah Zizi paling bungsu

"Sekitar 5 tahun paklik tapi kami satu kantor baru 3 tahun belakangan ini" jawab Pras Santai

"Kata Zean mereka ke Jakarta menginap di rumah kamu?" tanya Keluarga lain nya

"Bukan di rumah pak de tapi apartemen"

"Apartemen?"

"Iya seperti rumah susun bertingkat" sahut Pras lagi dan di anggukki pakde Zizi sok mengerti

"Cukup lama ya mas mengenal Zizi, sudah klop pasti nya sudah tau sifat masing-masing apalagi satu kerjaan" ujar lelaki berbaju putih yang di kenal tetangga sebelah rumah Zizi

"Di bidang apa mas kerja nya? di sini juga ada keluarga Zizi yang tinggal di Jakarta bekerja di bidang kesehatan" ujar nya lagi

"Saya bekerja di perusahaan eksport import barang mentah pak,Zizi pernah bercerita tapi kami belum pernah bertemu dengan beliau pak, mungkin karena kesibukan kami masing-masing saya dan Zizi saja hampir tiap hari pulang malam karena pekerjaan di kantor yang terlalu padat" jelas Pras membuat lelaki berbaju putih itu mengangguk kan kepala nya mengerti.

"Di mana Arum bekerja Zi?" tanya pakde Zizi membuat jantung Zizi berdegup kencang mendengar nama itu

"Rumah sakit pakde tau saya tidak tau pasti tempat nya di mana" jawab Zizi pelan

Pras sendiri tidak punya pilihan selain mengikuti alur yang berjalan. Jika dia mengatakan yang sebenarnya pasti akan menimbulkan kekacauan, dan tentu saja membuat malu Zizi dan keluarganya.Pras tidak sampai hati merusak suasana penuh kehangatan seperti ini.

"Jadi kapan keluar nak Pras akan datang melamar karena dari pihak kami seperti nya sudah siap?" tanya adik ayah Zizi nomer dua

"Secepat nya pakde" jawab Pras tegas membuat Zizi terdiam, Nisya hanya tersenyum kecil.

"Syukurlah kalau memang secepat nya, karena kami dengar kalau ibu Zizi sudah sering berhubungan dengan besannya meskipun melalui sambungan telepon rasanya sudah sangat pas dan tidak ada salah nya jika melangsungkan ke jenjang yang lebih serius secepat nya,bukan nya niat baik harus segera di laksanakan" jawab lelaki yang di panggil pakde itu

Pras tersenyum dan mengangguk.

Mereka berbincang hingga jam sembilan malam. Kemudian satu per satu para tetangga pamitan dan kerabat Zizi sebagian pulang.

"Kalau begitu tidur lah Pras hari sudah malam kamu dari perjalanan jauh mungkin masih lelah,pakde pamit dulu" Ujar nya

"Pakde, bisakah saya bicara sebentar dengan pak eh mas Pras" Zizi berkata hati-hati pada laki-laki bertubuh kurus tersebut.

"Besok bicara lagi, Nak. Ini sudah malam. Nggak enak diperhatikan tetangga nanti malah timbul fitnah jika memang kalian ingin selalu berdua nanti kami para tetua ini akan mencari solusi nya" ujar pakde Zizi membuat Zizi terdiam,dia bingung kenapa jadi begini.

Terpopuler

Comments

Dardi Mauza

Dardi Mauza

ribet kn jadinya?tpku SK cerita ya bagus thor

2024-03-01

2

Isabela Devi

Isabela Devi

zizi trimah pak pras aja

2024-02-26

0

Diah Anggraini

Diah Anggraini

zi saya dukung kamu sama pras aja..
udah kepalang tanggung juga kan
pras udh ketemuan sama keluarga besar kali

2024-01-02

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!