Plak.....
Sebuah tamparan cukup keras mendarat diwajah soorang pemuda tampan, meski menyakitkan namun tak cukup untuk membuat matanya berkedip, ia sudah biasa menerima perlakuan seperti itu dari seseorang yang bergelar ayah kandungnya.
Daffin Jaxton, nama pemuda itu anak tunggal pemilik Hotel Jaxton, sebuah hotel bintang lima bertaraf intetnasional yang unitnya tersebar dibeberapa kota besar di Indonesia, bahkan Kini Jaxton Hotel mulai merambah ke kawasan negara Asia tenggara lainnya.
Sejak Kecil ibunya sangat memanjakannya, karena menganggap kehadiran Daffin kedunia ini adalah anugrah terbesarnya.
25 tahun yang lalu Paula dijodohkan oleh Alexander, namun pria itu justru lebih memilih bertunangan dengan wanita lain yang berasal dari keluarga sangat sederhana, Wanita itu adalah Dokter Isyana. Seorang gadis pintar yang mendapat beasiswa hingga bisa menjadi seorang dokter.
Paula yang tidak terima hal tersebut menjebak Alexander dengan memberinya obat perangsang, dan karena hal itulah Daffin bisa lahir kedunia, Daffin adalah salah satu alasan Alexander memutuskan jalinan kasihnya dengan Isyana dan menikahi Paula.
"Papi!!!!" Sentak Paula, Ia segera berlari menghambur dan memeluk anaknya yang baru saja tiba dari Amerika dan langsung dihadiahi tamparan.
Sorot mata Paula begitu tajam menatap suaminya yang kini berdiri dihadapannya seraya berkacak pinggang.
"Tanyakan apa yang dilakukan anak kesayanganmu itu selama dua tahun di Amerika!" Alexander menunjuk tepat kearah wajah Daffin yang kini tersenyum mencemooh sambil mengusap sudut bibirnya yang mulai mengeluarkan darah segar.
"Aku kuliah, bukankah kau mengirim kami berdua untuk kuliah s2 disana? Dimana letak kesalahanku?" Daffin menunjuk dirinya dan Melvin mahendra sepupu dari pihak ibunya sekaligus orang yang dipersiapkan kelak untuk mendampinginya mengambil alih Hotel Jaxton.
Melvin memutar matanya Jengah, ia duduk tak jauh dari tiga orang yang tengah bertikai itu, tanpa ikut campurpun Melvin tahu, jika Alex sudah tahu apa yang dilakukan putranya itu selama di Amerika.
"Cih....Yah melvin kuliah di universitas yang sudah papi daftarkan, tapi kamu? Kamu kuliah di universitas kecil dan hampir tidak pernah masuk, apa kau membayar mereka sehingga meluluskanmu hah, itu sudah pasti!"
"Papi! Cukup! Daffin kuliah di univ terkenal atau universitas kecil toh sama saja, yang penting dia lulus s2 diluar negeri bukan kah itu yang papi mau? Lagi pula dia akan jadi CEO Jaxton Hotel, dia gak perlu menunjukkan ijazahnya kepada orang, cukup orang orang tahu jika Daffin adalah lulusan luar negeri" bela Paula.
"Kalian berdua sama saja, sama sama rendahan!" sentak Alexander dan membuang beberapa lembar foto yang ia ambil dari dalam saku jasnya. Alexander meninggalkan istri dan anaknya itu dengan kemarahan yang membuncah didada.
Daffin hanya tersenyum getir menatap lembaran foto yang kini berserakan dilantai, sementara Paula hanya bisa membelalakkan matanya melihat kehidupan Daffin selama di Amerika dengan wanita yang berbeda beda.
Memalukan memang, tapi Paula harus tetap berdiri di pihak anaknya.
Rendahan? Paula menatap sinis deretan anak tangga yang baru saja dilalui Suaminya. Ia tahu Alexander sama sekali belum memaafkannya bahkan ketika putra mereka sudah berusia 24 tahun.
Daffin pun tahu Ayahnya tak pernah menyukainya dirinya karena masalalu Ibunya yang melakukan hal kotor demi menjadi Nyonya Alexander Jaxton.
.
.
.
"Hasil pemeriksaan semuanya bagus, Besok kamu ke rumah sakit ya untuk mengecek kadar kekentalan darah mu" Ucap Dokter Isyana, sambil mengusap pucuk kepala Pelangi lalu kembali menuliskan resep obat pengencer darah yang harus rutin di konsumsinya.
"Oh iya apa efeknya tidak berkurang?" Dokter paruh baya itu kembali bertanya. Dan Pelangi segera menaikkan lengan kemeja yang ia gunakan hingga menampakkan beberapa lebam membiru disana.
"Padahal terbenturnya tidak begitu keras" ayana nyengir kuda, namun sepersekian detik ia meringis kesakitan saat seorang calon dokter muda disampingnya menekan lebam di tangannya.
"Ayu..." Tegur Dokter Isyana lembut, pada calon dokter yang memang sangat penasaran dengan kondisi Pelangi, mungkin itu dikarenakan ia yang kelak sangat ingin melanjutkan pendidikannya di jurusan spesialis Bedah Jantung.
"Maaf Dokter, Apa itu sakit Dek?"
"Iya Kak" Jawab Pelangi singkat Lalu kembali memperlihatkan deretan gigi gigi putihnya yang teratur, sesaat Ayu terkesima dengan kecantikan sempurna yang dimiliki gadis kecil dihadapannya.
Sejak menjalani operasi pergantian katup jantung Pelangi memang rutin mengkonsumsi obat pengencer darah, dan efek dari obat tersebut adalah lebam biru ketika ia terbentur atau mendapat tekanan yang berlebihan ditubuhnya.
Selesai pemeriksaan, Pelangi menunggu Dokter Isyana didepan rumah dinasnya yang juga berada dihalaman puskesmas, cukup lama Pelangi menunggu karena Dokter Isayana harus memeriksa puluhan warga desa yang sudah mengantri dari pagi.
"Pelangi, kamu tidak pulang?" Dokter Isyana memberi Isyarat agar pelangi ikut masuk bersamanya kedalam rumah yang pintunya baru saja ia buka.
"Duduk Nak," titah Dokter Isyana lalu masuk kedalam kamar untuk membuka jas putihnya, ia kembali keluar dengan tampilan daster rumahan.
"Kamu mau minum apa?" kali ini Dokter Isyana hendak berjalan menuju dapur, namun Pelangi segera berdiri dan mencegahnya.
"Tidak ada dokter, Pelangi cuma mau membicarakan sesuatu"
"Apa itu sayang?" Dokter isyana duduk disamping pelangi.
"Ehmm anu, itu apa tawaran Dokter masih berlaku buat pelangi?" tanya pelangi malu malu namun penub harap.
"Tawaran buat nemenin Saya tinggal disini? Tentu sayang, itu masih berlaku, kamu mau menerimanya?"
Pelangi hanya mengangguk pelan.
"Kapan kamu mau pindah sayang? Nanti biar saya bantu untuk angkut barangnya pelangi"
"Besok bisa Dokter?"
"Hari ini pun bisa sayang" Jawab Dokter Isyana antusias, sebenarnya sejak bertugas di desa ini Dokter Isyana langsung jatuh cinta dengan pelangi, selain cantik gadis itu juga punya hati yang sangat tulus dan baik. Ia memperlakukan Pelangi layaknya anaknya sendiri, karena Dokter Isyana memang tidak memiliki anak dikarenakan ia yangbtak pernah menikah sejak hubungan dengan mantan tunangannya harus kandas karena sebuah perselingkuhan.
"Terima kasih banyak dokter" Pelangi mencium punggung tangan Dokter Isyana, hingga membuat dokter tersebut merasakan perasaan menghangat yang mengalir keseluruh tubuhnya.
.
.
.
Pelangi membaca hasil pemeriksaannya dari Lab, ia sudah tau angka dan huruf yang tertera disana menunjukkan jika kadar kekentalan darahnya normal jadi tak ada yang perlu di khawatirkan.
Pelangi berangkat seorang diri dengan angkot desa ke kelurahan sebelah yang terletak dipinggiran kota, karena hanya disinilah terdapat rumah sakit yang memiliki fasilitas memadai.
Selesai memeriksakan diri pelangi duduk di sebuah Halte guna menunggu angkutan umum yang tadi ia tumpangi, tak lama kemudian terdengar bunyi suara ponsel dari seorang gadis yang nampak sedikit lebih tua dari Pelangi.
Gadis tersebut menjawab panggilannya tepat disamping pelangi.
"Iya iya.....ini udah mau balik lagi nungguin ojek, sabar dong bu,"
"Hah? Dimana aku bisa menemukan orang yang mau langsung kerja! Tapi emang berapa bayarannya bu?"
"500 ribu? Banyak sih tapi bingung bu nyarinya dimana"
Bla....bla...blaa....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Erni Fitriana
ini pasti nguras emosi n bawang juga y😔😔😔😔😔😔
2024-08-24
0
lili
pelangi malang nasib smoga tinggal bersama isyana merubah hidup lebih baik serta kesehatanmu...
2024-03-27
0
Marlina 81
ini novel keduamu sis aq baca..
sebelumnya, bahagia di ujung senja
2023-12-26
5