Bab 18

Seketika wajah melow dan tangisan itu berubah menjadi teriakan-teriakan yang membahana bahkan nyaring terdengar dari dalam kamar Naura.

Naura tidak mau patah semangat, meskipun Gilbert sudah berkali-kali mematahkan harapannya! Tapi Naura justru memutuskan untuk lebih semangat lagi agar Gilbert bisa jatuh cinta padanya.

Segera Naura bangkit dari atas ranjang lalu berganti pakaian dengan pakaian yang cukup minim, sambil memainkan rambutnya dan bercermin dikaca yang besar didalam kamarnya, Naura menanamkan kembali semangat untuk bisa meraih hati Gilbert.

"Aku cantik dan seksi begini, Dady salah besar jika di pikir aku akan menyerah setelah dia mengatakan kalau dia memiliki kekasih! Hanya kekasih kan? Aku bisa merebutnya, hanya Naura Roselvet yang berhak dan pantas untuk Gilbert Louise Tom, bukan begitu?"

Ckckckck...

Naura tertawa sendirian didalam kamarnya setelah melakukan percakapan dengan pantulan cerminnya sendiri. Setelah itu Naura pun menuju ruangan kerja sesuai permintaan Gilbert.

"Hai Dad," Naura tersenyum genit pada Gilbert lalu dengan santainya duduk diatas pangkuan Gilbert, padahal sofa didalam ruangan itu masih sangat luas untuk dua orang.

Membuat Gilbert pun bingung dengan Naura yang masih saja bertingkah genit, padahal Gilbert berpikir jika dia membohongi Naura dengan mengatakan sudah memiliki kekasih maka Naura akan berhenti menggodanya nyatanya jauh lebih parah.

"Nola, tadi kau dengar kan Dady bilang Dady sudah memiliki kekasih!"

"Lalu? Apa Dady pikir aku akan menyerah untuk menjerat Dady kedalam cintaku? Tidak akan Dad," Naura malah mencolek dagu Gilbert.

"Tapi Dady sangat mencintai kekasih Dady,"

"Nanti Nola akan merebut Dady darinya, gampang kan? Dan setelah itu Nola akan buat Dady jatuh cinta pada Nola,"

Cup.

Naura pun mencium pipi Gilbert hingga membuat Gilbert langsung memaksa Naura untuk turun dari atas pangkuannya.

"Nola turun! Turun Nola!"

"Tida mau, enak dipangkuan Dady!"

Malah Naura mengalungkan kedua tangannya pada leher Gilbert hingga membuat Gilbert bersusah payah melepaskan tubuh Naura, hingga akhirnya tubuh keduanya berguling diatas sofa.

"Hadiah dari ku untuk Dady,"

Naura pun menautkan bibirnya pada bibir Gilbert. Kedua bola mata Gilbert memutar ketika bibir sehalus sutra itu menyentuh bibirnya! Sungguh luar biasa rasanya, seperti ada jutaan kupu-kupu yang hinggap diatas kepalanya.

Meskipun ini ciuman pertama Naura, tapi berkat menonton video bersama teman-temannya semasa SMA membuat Naura bisa melakukannya.

Rasanya seperti mimpi mencium bibir seorang laki-laki bagi Naura, untuk beberapa saat Gilbert hanya terdiam sebenarnya dia ingin segera melepaskan semua ini tapi kenapa rasanya seenak ini?

"Kenapa ini? Ada apa dengan ku, kenapa aku malah diam saja begini? Kenapa bibit Nola begitu merah merekah, teksturnya begitu lembut selembut sutra dan manisnya persis seperti buah yang manis dipohonnya," dalam hati Gilbert.

Naura mulai berani mencium bibir bagian bawah Gilbert hingga menariknya pelan sebelum akhirnya Naura pun melepaskan ciumannya itu.

Gilbert masih terdiam diatas sofa, sementara Naura langsung segera menatap layar laptop diatas meja.

"Bagaimana, apa Dady sudah menemukan kampus yang cocok untuk ku?"

Untuk beberapa saat Gilbert masih melamun tak percaya dia dan Naura berciuman! Gadis yang sejak balita dia asuh sepenuh hati, dia mandikan, dia gantikan pakaiannya dan setiap hari tidur satu ranjang dengannya.

"Dad, yang mana?" Naura bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa sementara Gilbert justru terlihat kikuk dihadapan Naura.

Di kampus ini saja, itu dekat dengan kantor juga!" Gilbert menunjuk salah satu kampus.

"Oke kalau begitu aku akan isi pendaftarannya secara online," Naura mengisi formulir pendaftaran untuk dirinya kuliah.

Sementara Gilbert hanya bisa terdiam dan mengusap kasar wajahnya. Harus dia apakan hubungan macam ini.

"Jika sampai Tuan Nick tau aku berciuman dengan anaknya, bisa-bisa aku dilempar ke tempat penangkaran buaya," dalam hati Gilbert.

Tok.

Tok.

Tok.

"Masuk," teriak Naura sambil tangannya terus mengisi formulir.

Kreek..

Steiner masuk ke dalam ruangan kerja itu.

"Kak, momy mana?"

"Pergi kerja dengan Dady, kau jangan maen game terus jika nanti kakak naik ke kamar mu kau masih main game terus kakak sita ya handphone mu, katakan itu juga pada Stanley!"

"Aku akan pergi latihan, boleh kan kak?"

"Latihan apa kau?"

"Latihan berkelahi diatas ring,"

"Apa kau bilang berkelahi diatas ring, tidak kakak izinkan sudah sana belajar saja di kamarmu!"

"Paman Bert, boleh kan?"

"Boleh, Ayahmu pun setuju jika kau latihan berkelahi,"

"Dad,"

"Tidak apa Nola,"

"Yes, ya sudah aku pergi dah kakak bawel,"

"Ishh aku punya dua adik sudah pening kepalaku, apalagi aku punya banyak adik untung saja ya Dad, meskipun tiap malam aku sering memergoki momy dan Dady sedang begituan, tapi tidak jadi anak bayangkan kalau sampai jadi semua," kata Naura.

"Nola, apa kau mengintip?"

"Tidak, hanya saja Dady kadang lupa menutup pintu ya sudah aku nonton dulu sebentar!"

Pantas saja Naura begitu agresif rupanya gadis yang sedang dalam pertumbuhan menuju usia dewasa itu sudah banyak dihinggapi rasa penasaran, membuat Gilbert menjadi sasaran empuknya.

"Lalu apa kau penasaran?"

"Tentu saja, bahkan teman-teman ku sudah banyak yang sering melakukannya!"

"Hei Nola, kau bisa tidak kalau memilih berteman itu dengan anak-anak baik jangan yang seperti itu!"

"Memangnya kenapa Dad? Toh nanti juga aku akan melakukannya, dengan Dady tentunya," bisik Naura.

Mendengar perkataan dari Naura membuat Gilbert pun bergidik ngeri, bisa-bisanya Naura sudah merencanakan akan melakukan itu dengannya.

Sementara itu disalah satu hunian yang tak kalah mewahnya, seorang gadis berusia 18 tahun tengah duduk sendirian memandangi pemandangan sekitar rumahnya dari atas balkon.

Seorang wanita yang sudah tidak muda lagi, menghampiri gadis muda yang tengah sendirian didekat balkon.

"Kau sebentar lagi akan ulang tahun, kenapa malah cemberut?"

"Tidak bisakah sekali saja ulangtahun ku, aku mengetahui siapa ayahku?" Sabia sangat bersedih karena sejak bayi dia lahir tanpa sosok ayah disampingnya.

"Maafkan momy Bi," ucap Leya.

"Aku tidak butuh maaf mom, aku butuh tau siapa ayahku dan aku berhak bersama dengannya!"

"Tapi ayahmu tidak mengetahui kau ada, dia juga sudah bahagia dengan hidupnya,"

"Tetap saja aku berhak bertemu dengan ayahku!" Sabia langsung menitihkan air matanya.

"Bi, kau benar-benar ingin bertemu ayahmu?"

"Iya mom, katamu Dady bukan orang yang jahat dia pergi meninggalkan momy karena dia dibenci oleh keluarga momy? Itu berarti Dady bukan laki-laki yang jahat, dan aku ingin bertemu dengannya,"

Walaupun orangtua tidak bisa bersama tapi tetap namanya seorang anak berhak bertemu dan tau siapa ayahnya, apalagi sejak bayi Sabia belum pernah bertemu Gilbert.

Terpopuler

Comments

Dewi Anggya

Dewi Anggya

sabia.....ini kyk Nick cuma bedanya Nola tau Dady pas masih kecil klo Sabia udh gede gk beda jauh sm Nola....

2023-12-18

1

Ineke Inex Lasut

Ineke Inex Lasut

apakah Gilbert Playboy

2023-07-08

0

Livyana 171

Livyana 171

Ini mntn nya gilbert bukan sih🤔

2023-05-30

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!