...Percayalah cinta memang tak bisa dipaksa. Namun, setiap hari dengan kehadirannya mampu membuat sebuah hati akan mulai goyah. ...
...~JBlack...
...****************...
"Dhira… Dhira, Sayang," Kata Shaka saat pelepasannya mulai hadir.
Mata pria itu terpejam dengan pelan. Tarikan nafasnya begitu kuat dengan dada naik turun. Dirinya lekas menyingkir dari tubuh Bia yang polos lalu mulai memejamkan matanya karena lelah.
Perempuan yang masih dalam keadaan tak berdaya itu menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Dia melirik ke samping, menatap wajah Shaka yang mulai tenang.
Bia memiringkan tubuhnya. Dia melihat bentuk wajah Shaka yang sangat amat sempurna. Hidung mancung, bibir kissable, rahang tegas dan mata tajam.
Benar-benar ciptaan Tuhan yang sangat luar biasa. Sempurna di mata Bia. Tak ada kekurangan apapun. Dengan pelan, dia memberanikan diri mengulurkan tangannya.
Menepikan beberapa anak rambut yang jatuh menutupi dahinya.
"Aku yakin jika aku hamil. Anakku akan setampan kamu, Mas," Kata Bia dalam hati dengan mata berkaca-kaca. "Tapi saat masa itu tiba. Aku harus rela pergi dari kehidupan kalian."
Bia terlihat menarik nafasnya dengan berat. Matanya berkaca-kaca seakan dia benar-benar tak kuasa menahan air matanya.
"Aku yakin kamu dan Mbak Dhira akan menyayangi anak kita dengan baik. Aku yakin itu," Ucap Bia pelan lalu berbalik.
Bia menangis dalam diam. Bahkan dia sampai menutup bibirnya karena tak mau suara tangisannya terdengar. Dia menangis bukan karena lemah. Bia menangis bukan karena takdirnya. Melainkan, Bia menangis hanya membayangkan bagaimana nasibnya setelah dia jauh dari anaknya nanti.
Namun, tanpa diduga. Saat Bia sudah tak tahan menutupi bibirnya. Sebuah pelukan dari belakang membuat jantung Bia hampir lepas.
Ya, sebuah tangan memeluk perutnya dengan pelan itu membuat Bia benar-benar terkejut.
"Jangan menjauh dariku, Sayang. Mendekatlah! Aku ingin memelukmu," Kata Shaka dengan pelan.
Bia terlihat menelan ludahnya dengan kasar. Tangisannya berhenti karena dia terlalu terkejut. Bia perlahan memutar tubuhnya berbalik.
Dia menatap sosok Shaka yang semakin menarik tubuhnya agar dekat dengannya.
"Seperti ini lebih baik," Ucap Shaka dengan mata terpejam laku tidur tepat di atas dada Bia.
Mata Bia terpejam. Dia takut. Takut jika Shaka mendengar debaran jantungnya. Dia yakin, bahkan sangat yakin jantungnya saat ini seperti dia habis lari maraton.
Benar-benar berdegup sangat kencang dan dia ingin berteriak.
"Mas," Lirih Bia pelan sambil mengusap kepala Shaka yang seperti bayi lucu tidur di atas dadanya.
"Jangan melibatkan hati, Bia!"
"Jangan jatuh cinta pada suamiku!"
"Jangan mencoba menggoda Mas Shaka jika kamu tak mau berhadapan denganku!"
"Jangan menjadi perusak karena kamu hanya rahim pengganti disini!"
Semua kata-kata berputar di kepalanya. Semua ucapan Dhira seakan kaset rusak sekarang.
"Maafkan aku, Mbak Dhira. Suamimu benar-benar membuatku mulai jatuh hati padanya," Kata Bia dalam hati sambil melingkarkan tangannya di tubuh Shaka dengan pelan. "Biarkan aku menikmati kenyamanan ini sampai besok pagi. Setidaknya meski Mas Shaka menganggapku Mbak Dhira. Aku bisa memeluknya."
...****************...
Malam yang gelap mulai diganti dengan sinar matahari yang sangat amat cerah. Ruangan Villa yang diterpa angin pantai itu begitu nyaman dan tenang. Bau masakan tercium memenuhi villa itu saat seorang perempuan sudah berkutat disana.
Kakinya yang jenjang dengan tangan begitu lincah bergerak kesana kemari. Senyumannya terlihat begitu cerah pagi ini. Mungkin karena pelukan yang ia rasakan semalaman dia dapatkan sampai dia harus sadar bahwa pagi telah menyapanya dan membuat dirinya harus tau dengan posisinya.
Suara alunan musik muncul dari gumaman Bia. Dia memasak dengan hati yang riang tanpa tahu jika ada seorang pria yang berjalan mendekatinya.
Shaka, pria itu mulai bangun dari tidurnya dan segera mandi sebelum dia keluar. Benar saja, saat dia keluar dari kamar. Pemandangan pertama yang dilihat adalah pandangan yang sangat langka.
Seorang perempuan memenuhi dapur di pagi hari dengan ruangan yang tercium aroma begitu enak dan harum. Langkah kakinya terus mendekat ke arah dapur.
"Masak apa?"
"Astagfirullah!" Pekik Bia kaget dengan berbalik.
"Awas!" Shaka menarik tangan Bia saat perempuan itu berbalik dengan cepat. "Ceroboh banget!"
Shaka melihat baju Bia yang belakang. Dia takut baju itu terbakar karena memang tepat belakang Bia api yang menyala disana.
"Ngagetin banget sih!" Cetus Bia dengan mata melotot.
"Aku hanya tanya, 'kan?"
"Tapi bisa kan kasih suara dulu atau apa!" Balas Bia tak mau kalah.
Shaka tak membalasnya lagi. Dia memutar matanya malas lalu mengintip masakan Bia yang memenuhi villa tempat tinggal mereka.
"Nasi goreng," Kata Bia menyebutkan masakan yang ia buat. "Mas suka nasi goreng, 'kan?"
"Kamu tau darimana?" Tanya Shaka pada Bia.
Bia melirik ke arah Shaka. "Dari postingan media sosialmu, Mas. Makanan yang sering kamu up, hanya nasi goreng terus!"
Shaka terlihat tak acuh. Dia berbalik dan memilih duduk di dekat meja pantry.
"Masaknya cepetan!"
"Kenapa jadi keburu-buru!" Sindir Bia lalu mematikan kompor. "Mas lapar?"
"Siapa yang lapar?" Kata Shaka mengelak. "Perempuan itu harus cekatan!"
Bia tak mau berdebat. Dia segera mengambilkan nasi goreng itu lalu meletakkan di atas piring. Setelah itu Bia meletakkan piring itu di depan Shaka.
Pria dengan wajah segar itu menunduk. Dia menghirup aroma nasi goreng yang benar-benar begitu harum.
Pria itu lekas mulai memegang sendok.
"Tungguin, Bia! Jangan makan dulu!" Seru Bia dengan kesal.
Wanita itu menarik kursi di dekat kursi Shaka. Duduk dengan tenang dengan tangan membawa piring berisi nasi goreng.
"Lama banget sih!"
"Cerewet!" Cibir Bia lalu keduanya berdoa bersama.
Mereka sarapan dengan begitu lahap. Shaka benar-benar makan begitu enaknya. Bahkan dia sampai tak sadar jika dipandang oleh Bia sejak tadi.
"Apa seenak itu? Sampai makan aja gak nafas?"
"Uhuk!" Shaka terbatuk.
Dia tersedak dan membuatnya menepuk dadanya berulang kali.
"Mas, minum dulu," Kata Bia dengan menyesal.
Dia membantu Shaka untuk minum sambil mengusap punggungnya. Bia khawatir apalagi wajah Shaka sampai memerah.
"Maafin Bia, Mas. Bia gak sengaja," Kata Bia dengan pelan.
Shaka terlihat menarik nafasnya dengan pelan. Hidungnya sakit dan dia merasa ada sesuatu disana. Namun, wajah Bia yang sedih membuat sesuatu dalam dirinya juga tak tahan.
"Aku baik-baik saja. Aku tak akan mati hanya karena tersedak!"
Bia spontan mendongak. Dia mendelik sebal mendengar ocehan Shaka.
"Pria menyebalkan. Dikhawatirin malah gak mau," Gumam Bia pelan tapi masih bisa didengar oleh Shaka.
Ruangan itu beberapa menit hening. Sampai akhirnya sarapan mereka selesai. Namun, saat Bia hendak mengangkat piring kotor. Tiba-tiba suara Shala berbicara membuat Bia terdiam.
"Berhenti memberiku obat itu. Aku akan mencoba melakukannya dalam keadaan sadar."
~Bersambung
Kalau gak berantem, bukan Bia dan Shaka namanya. Hahhaa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Lanjar Lestari
lanjut👍👍👍🤭
2023-12-29
0
Lanjar Lestari
sudah mulsi tertarik pada Bia Shaka kita lihat lanjutannya
2023-12-29
0
Uthie
Chemistry mereka enak baca dibacanya 👌😉☺️
2023-04-06
0