...Aku sadar akan posisiku disini. Aku hanyalah pengganti pemeran utama ketika dia cidera dan tak bisa melanjutkan perannya. ...
...~Bia Quinsa Altafunisha...
...****************...
Bia Quinsa Altafunisha, wanita cantik dengan kedua bola mata sedikit sipit tapi memiliki bulu mata yang panjang dan melengkung ke atas. Jangan lupakan hidung mancung dengan pipi kemerahan terlihat jelas disana. Bekas masker juga tercetak jelas di kulit wajahnya tapi tak mengurangi kecantikannya.
Wanita dengan senyuman teduh itu terlihat begitu sangat amat sempurna. Namun, tidak di mata Shaka. Pria itu menatap tajam wanita di depannya ini saat dia inget bagaimana panggilan Bia kepadanya.
Sedangkan Dhira, perempuan itu menatap suaminya sejenak lalu menatap Bia bergantian.
"Mas," Panggil Dhira sambil menyenggol tangan Shaka.
Namun, pria itu malah pura-pura tak dengar. Bahkan dengan sengaja Shaka menggenggam tangan Dhira yang ada di bawah meja.
Biar tersenyum kecil. Dia menurunkan tangkupan tangannya saat Shaka tak menggubris salamnya.
"Mas," Panggil Dhira lagi dengan kesal.
"Gak papa, Mbak. Jangan dipaksa. Mungkin Mas Shaka masih asing dengan keadaan ini," Ujar Bia dengan memaksakan senyumannya.
Shaka semakin tak suka. Dia menatap Bia dengan tajam. Pria itu tak menyukai panggilan Bia. Panggilan yang seakan keduanya sudah mengenal begitu lama.
"Mbak sama Mas Shaka mau minum apa?" Tanya Bia dengan sopan.
"Eh… " Dhira menunjuk Bia dengan pandangan bingung.
Sedangkan Bia hanya tersenyum. "Aku akan pesan minumannya di kantin, Mbak."
"Aku mau jus jeruk saja, Bi," Ujar Dhira dengan pelan.
"Kalau Mas Shaka, mau minum apa?" Tanya Bia dengan sopan.
"Suamiku biasanya kopi, Bi," Sela Dhira dengan cepat.
Dia bisa melihat tatapan suaminya semakin tajam. Lalu Dhira juga merasakan genggaman tangan suaminya semakin erat. Dia tahu Shaka sedang marah. Namun, jika dirinya ikut marah dan kesal. Maka pernikahan mereka tak akan selamat.
"Baik, Mbak. Sebentar."
Terlihat Bia tengah mengotak atik ponselnya. Dia memesan minuman untuk pasangan suami istri di depannya. Bia sendiri sadar bahwa pasti percakapan kali ini akan berlangsung dengan lama.
"Bi. Ada kamar mandi disini?"
Bia mendongak. Dia meletakkan ponselnya di atas meja dan mengangguk.
"Ada, Mbak. Disana!" Tunjuknya pada pintu paling ujung di ruangannya.
"Aku pinjam ya, Bi."
"Iya, Mbak," Sahut Bia dengan ramah.
Akhirnya disana hanya tinggal Bia dan Shaka duduk berdua berhadapan. Gadis cantik itu benar-benar merasa ragu dan gugup. Namun, Bia berusaha menutupi semuanya dengan senyuman.
"Mas Shaka sibuk apa sekarang?" Tanya Bia memulai pembicaraan.
Tak ada jawaban. Shaka seakan tak mendengar apapun disana.
"Mas Shaka pasti sibuk dengan urusan kantor yah. Pasti sering lembur," Lanjut Bia dengan begitu tenang.
Shaka mengepalkan kedua tangannya. Telinganya terasa panas. Dia benar-benar tak suka dengan panggilan itu.
"Mas… "
"Jangan panggil aku dengan sebutan itu!" Sela Shaka dengan marah. "Aku tak menyukainya!"
Bia hanya tersenyum masam. Dia berusaha menyembunyikan debaran jantungnya karena takut. Dia berusaha menutupi rasa canggung dalam dirinya agar mampu memulai pembicaraan dengan pria yang nanti akan menjadi suaminya.
Hanya suami siri tak lebih!
"Kenapa kamu menerima tawaran istriku?" Seru Shaka penasaran.
Dia menahan pertanyaan ini sejak tadi. Namun, ternyata rasa penasaran dalam dirinya jauh lebih tinggi.
"Karena tak ada alasan untukku menolaknya, Mas," Jawab Bia tetap dengan ramah.
"Apa kamu tau akibat dari semua ini?"
Kepala Bia menggeleng. "Bagaimana aku bisa tau, Mas? Sedangkan aku baru saja ingin memulai."
"Jangan bercanda! Ini serius. Akibat dari apa yang kamu setujui sangat besar untuk kehidupanmu. Kamu seorang dokter, kamu bisa mendapatkan hidup lebih layak nanti!" Kata Shaka dengan tegas.
Bia terdiam. Dia menunduk dengan mengatur nafasnya yang tiba-tiba berat. Sekelebat bayangan itu kembali muncul. Namun, dia berusaha tenang dengan menghembuskan nafasnya begitu pelan.
"Aku tau, Mas. Tapi aku juga serius menerima permintaan Mbak Dhira. Aku ikhlas membantunya agar pernikahan kalian selamat," Kata Bia dengan mendongakkan kepalanya dan menatap Shaka begitu serius.
"Pernikahan kami selamat tapi bagaimana dengan masa depan kamu? Kamu masih muda dan jalanmu begitu mulus. Bagaimana dengan nasibmu nanti?"
"Untuk urusan itu. Biarkan aku yang memikirkan. Aku hanya berniat membantu Mbak Dhira, Mas."
"Bukan karena uang?" Seru Shaka sedikit menyindir. "Aku pikir untuk uang tak mungkin. Gajimu sebagai dokter sudah sangat banyak."
"Mungkin bisa jadi, Mas. Aku butuh uang dan ya Mbak Dhira memberinya. Jadi aku menerima rencana ini. Toh waktunya hanya sebentar. Tak sampai satu tahun."
Shaka semakin menatap Bia tak mengerti. Gadis ini benar-benar kekeh dengan pemikirannya. Pemikiran gila yang menurutnya sangat amat tak masuk akal.
"Apa istriku memberikan syarat lain?" Tanya Shaka dengan serius.
"Tentu, Mas."
"Apa syaratnya?" Tanya Shaka lagi pada Bia.
"Aku hanya istri pengganti, ibu pengganti dan rahim pengganti untuk Mbak Dhira dan Mas Shaka. Aku dinikahi hanya untuk memberikan anak. Lalu setelah itu aku harus pergi dari kehidupan kalian!" Kata Bia dalam hati.
...****************...
"Apa yang sedang kalian bicarakan?" Tanya Dhira saat dirinya baru saja keluar dari kamar mandi.
Perhatian keduanya teralihkan. Baik Bia maupun Shaka menatap Dhira dengan lekat.
"Ayo kita pulang, Sayang!" Ajak Shaka dengan beranjak dari duduknya.
Bia spontan ikut berdiri. Dia menatap Shaka yang berjalan ke arah Dhira dan menarik tangannya.
"Eh, Mas. Apaan sih! Bia masih pesan minuman untuk kita tapi… "
"Kita pulang!" Ajak Shaka kekeh. "Sekarang!"
"Mas!" Bentak Dhira yang jengkel dengan sikap suaminya.
Shaka benar-benar menyebalkan hari ini. Dhira bahkan sampai tak tahu harus mengatakan apa lagi.
"Kita pulang, Dhira!"
Dhira menarik nafasnya begitu dalam. Dia tahu jika mode begini. Suaminya itu tak mau dibantah. Dhira akhirnya menatap Bia yang terlihat bingung juga dengan situasi seperti ini.
"Bia maafkan aku dan suamiku. Kami pamit pulang yah," Kata Dhira dengan tatapannya yang tak enak hati.
"Iya, Mbak. Gak papa kok," Jawab Bia dengan pelan.
"Sekali lagi maaf ya, Bi. Mbak pulang!"
Belum sempat Bia menjawab. Shaka dan Dhira sudah keluar dari ruangan Bia, meninggalkan gadis itu sendirian.
Gadis dengan jilbab membalut kepalanya itu mulai duduk kembali ke kursi kerjanya. Perempuan itu menatap ke arah pigura yang ada di meja kerjanya. Senyumannya kecut. Dia mengambil potret berisi keluarganya itu dengan mata berkaca-kaca.
"Maafkan Bia jika mengecewakan kalian. Bia tak mau Ibu dan Ayah menanggung malu. Bia tak mau Ayah dan Ibu tahu. Maafkan Bia. Bia sudah rusak. Bia tak bisa dibanggakan lagi oleh kalian. Bia sudah hancur sejak malam itu," Lirih gadis itu dengan air mata mulai menetes mengalir di pipinya.
~Bersambung
Mulai kelihatan teka teki gak yah? Hayoo apa?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Lanjar Lestari
apa yg sebenarnya terjadi dg Bia aku sdh lupa
2023-12-29
0
Juan Sastra
kalau ggak slah ingat di kisah abangnya bia , bia menjadi obat balas dendam temannya abang..iya ggak sih thorr,
2023-09-28
0
Juan Sastra
ini sebenarnya yg aku bingung,, Bia ada masalah apa,, aku baca waktu itu setiap othor up sampai bab 80, terus othor lama banget ggak up up,, saking penasaran sampai baca lagi di kisah abangnya bia namun masih samar juga,, makanya sekarang lanjut baca lagi , biar lebih abdol ngulang lagi deh dari awal 😂
2023-09-28
0