19. Aku Pasti Sudah Gila!

Laura berjalan tertatih, wajahnya masih sedikit pucat.

Dengan menahan kesabaran Simon membantu gadis itu.

Dia sampai merasa heran dan aneh pada dirinya karena mau membantu Laura. Yang benar saja, bagaimana bisa seorang bos besar malah menjadi tongkat berjalannya gadis rendahan di sampingnya.

Rasa ingin meninggalkan Laura karena jalannya lambat, tapi ada perasaan tidak tega di dalam hati pria itu dan ini yang paling aneh, sejak kapan Simon Mignolet Kent punya tenggang rasa sebesar itu pada seorang perempuan?

“ Apa tidak bisa kau percepat jalannya?” kesal Simon yang tidak sabaran. Belum lagi perutnya sudah lapar karena tidak makan seharian, pola makannya buruk, membuat Zayn harus terus menerus menghubungi pria itu untuk makan tepat waktu.

“ Bukannya tuan tadi bilang kalau saya jalan pelan tak masalah?” balas Laura.

Jelas Simon mengatakan kalau lelah Luara bisa berhenti atau mengatakannya tapi sekarang pria itu mendesaknya untuk berjalan dengan cepat.

“ Berani kau melawanku?” balas Simon dengan nada kesal yang berhasil membuat Laura membungkam mulutnya.

Wajahnya tampan, tubuhnya tinggi, proporsi tubuhnya sempurna bak seorang atlet, suaranya menggoda tetapi semua nilai plus itu hancur karena tempramen buruknya.

“ Ma.. maaf, kalau begitu saya jalan sendiri saja tuan, maafkan saya,” ucap Laura dengan suara gemetaran.

Huhhhh...

Hela nafas panjang terdengar kasar keluar dari bibir pria itu. Dia melirik Laura yang menunduk, lagi lagi Laura meminta maaf , entah kenapa gadis itu sangat suka minta maaf apa itu hobi barunya?

“ Sudah jangan minta maaf terus dasar perempuan aneh,” ejek Simon.

“ Pegang dengan benar, aku membantumu sekarang, besok kau harus berjalan sendiri dengan kedua kakimu tanpa bantuan,” ucap Simon.

Tampaknya hati Simon telah melunak setelah melihat apa tujuan besar sang kakek menikahkan dia dengan Laura saat di kamarnya tadi.

Simon mengulang video mendiang kakeknya yang direkam sangat banyak. Kakeknya menekankan agar pria itu menikah dengan Laura bukan dengan Cintia, selalu mengatakan hal yang sama bahwa mungkin akan terjadi sesuatu pada Simon jika dia menikahi Cintia.

Dan benar saja, kalau sampai dia menikah dengan Cintia, dia tidak tahu kalau Cintia akan memasukkan racun itu ke tubuhnya dengan cara yang tidak dia ketahui.

Pantas saja sang kakek memilih Laura, dan secara tidak langsung Simon berhutang Nyawa pada Laura, karena gadis itu sama sekai tidak punya niat untuk membunuh Simon.

Seperti penjelasan Zayn, Laura mengeluarkan racun yang ada di tubuhnya dnegan caranya sendiri, padahal sangat beresiko, sebenarnya ada beberapa kesempatan dia melakukan hal itu tetapi Laura tidak melakukannya dan mempertaruhkan nyawanya.

Rasa bersalah menyelimuti hari pria itu.

Apalagi setelah kejadian ketika dia mencekik Laura sampai lehernya berdarah karena ulahnya yang gelap mata.

Marah pada Raymond dan keluarga besarnya tetapi malah melampiaskannya pada Laura.

“ Sial, aku jadi berhutang pada gadis ini,” batin Simon berdecak kesal.

Perlahan mereka berjalan.

Laura menggenggam tangan Simon dengan erat, sedang Simon membukakan pintu untuknya.

Obelia, Irvan dan Gretta menunduk hormat saat mereka berdua keluar.

“ kalian bertiga ikut di belakang,” titah Simon.

“ baik tuan,” jawab mereka dengan hormat.

Simon memapah Laura, melihat Laura terlalu lambat dia menghela nafas lagi dan menghentikan langkahnya lalu menatap gadis itu dengan intens.

“ Ck... kau sengaja ya?” kesal Simon.

“ Se.. sengaja apa tuan?”

“ Cihhh , kau bisa juga ya mencari kesempatan, dasar perempuan rubah,” ejek Simon yang tanpa aba aba langsung mengangkat Laura dalam pangkuannya.

“ Aku akan menggendongmu sampai bawah, tapi Cuma sekali ini saja, jangan besar kepala, dasar rubah licik,” ketus Simon dengan pipi memerah karena malu.

Ini pertama kalinya dia merasa malu di depan gadis, gengsi pria memang tinggi.

“ Tuan saya bisa kok, Anda tidak perlu...

“ Sthhhh diamlah,” tegas Simon sambil menatap wajah laura dengan pipi merona dan panas. Laura tertegun menatap pria tampan di hadapannya itu, rahang yang tegas, tubuh yang kokoh, jakunnya yang naik turun dan pipinya yang memerah.

“ ya ampun tuan Simon ternyata sangat manis, dia menggendong nyonya untuk turun ke bawah, wahhh drama apa yang kita lihat ini,” bisik Obelia sambil menyenggol Irvan dan Gretta.

“ Iya kau benar, tuan mah gengsian deh kayaknya, bilangnya sekali ini, tapi besok besok juga dilakukan hihihi... lucunya,” balas Greta yang membuat kedua temanya terkikik geli.

Sementara itu, Simon menggendong Laura dengan perlahan menuruni anak tangga,” aku akan pelan pelan, aku tidak mau kau mati di rumahku,” celetuk Simon yang di balas anggukan kepala oleh Laura.

“ pffthhhh hihihi.. bilang saja khawatir tuan, Tuan ada ada saja,” batin Irvan yang hampir saja tertawa terbahak-bahak karena tingkah aneh tuan mudanya.

Simon membawa Laura menuju ruang makan bersama tiga kurcaci yang mengikuti mereka di belakang.

Mata Indah Laura menatap pria itu dengan tatapan penasaran. Sejak tadi wajah Simon memerah seperti kepiting rebus dan jelas Laura dengar debaran jantungnya yang begitu keras.

Bahkan Hendry, Sadrakh, Diego dan para pelayan yang lain sampai di buat terbelalak melihat tuan Simon yang anti perempuan itu menggendong Laura dengan wajah tegang tetapi pipi dipenuhi semburat merah.

“ Ya Tuhan, dunia akan kiamat...” celetuk Diego tak percaya.

Hendry menganga dengan mulut lebar, hampir saja lalat masuk ke mulutnya.

Sadrakh sampai menjatuhkan centongan supnya saat melihat Simon menggendong Laura menuju ke ruang makan,” A... apa yang terjadi?” ucapnya tak percaya.

Sama halnya dengan laura, dia menatap pria itu,” tuan,” panggilnya pelan dan lembut membuat Simon menoleh ke arah istrinya.

“ Apa?” jawabnya ketus.

“ Kenapa wajah Anda merah? Jantung Anda juga berdebar kencang ? apa Anda sakit?” tanya Laura dengan tatapan khawatir sambil menyentuh kening suaminya dengan lembut.

Jujur saja, mata Simon membulat sempurna saat tangan dingin Laura menyentuh keningnya, bercampur dengan wajahnya yang panas karena gugup dan malu.

Ternyata orang Simon juga bisa mau dan gugup di depan istrinya sendiri.

Tatapan mata Laura malah membuatnya semakin berdebar,” sial, beraninya kau menyentuh keningku,” kesal Simon sambil menurunkan laura dan mendudukkan gadis itu ke atas kursi saking malunya dengan kejadian ini.

“ ya ampun, Tuan Simon Anda keterlaluan sebagai seorang pria,” batin Hendry dan para penonton yang berharap akan drama romansa malah dirusak fantasinya oleh tingkah absurd dan salah tingkah pria itu di depan Laura.

“ Pftthhh bwahahahhaha.. Simon... Simon, kenapa kau sangat kasar pada wanita?” ejek Diego sambil tertawa cekikikan melihat tingkah sobatnya.

Sadrakh dan para pelayan lain yang ada di rumah itu tertawa cekikikan melihat tingkah Simon.

“ Ck.. DIAM!! ” teriak Simon.

Seketika ruangan hening .

Wajah Simon malah semakin memerah dan dia gugup.

Laura menatap Simon, bukannya takut dia malah merasa pria itu lucu.

“ Pfththh hahahhahahhhaa.......” Tiba tiba Laura tertawa .

Tawa yang sangat lepas dan riang yang pertama kai gadis itu tunjukkan pada mereka di rumah itu.

Simon sampai terdiam terpana melihat Laura yang tertawa begitu lepas.

Laura tertawa terbahak-bahak ini pertama kali baginya merasa bahagia dan terhibur selain di depan Pak mandu.

“ kau.. beraninya kau tertawa? Apa kau menertawakanku?” kesal Simon sambil duduk di samping Laura dan menatapnya dengan tatapan protes.

“ bagaimana bisa dia tertawa seperti itu di depan semua orang, sialan, Dan kenapa juga tawanya sangat cantik!?? Arrkhhhh cantik apanya!? aku pasti sudah gila!!!!!!" batin Simon memberontak di dalam.