9. Si Tua Hendry

Masa kritis telah berlalu.

Ke empat pria itu masih duduk di dalam kamar Laura yang telah terlelap setelah diperiksa kondisinya dan diberi obat penawar oleh Zayn.

Wajah Simon sangat dingin dan datar, dia menggenggam erat ponsel Laura dalam kepalan tangannya yang mengerat.

Dia dan teman-temannya telah mendengar isi pembicaraan Tuan Raymond dan Nyonya Tiara bersama Laura saat di ruang Make up.

Laura ternyata merekam semua pembicaraan mereka siang itu.

Dan surat yang ditulis Laura," Jika aku mati tolong berikan Dokumen di Map Hitam dalam koperku kepada Pak Mandu tukang taman Keluarga Raymond!" Tulis gadis itu.

Masih menjadi misteri dokumen apa yang dimaksud Laura, bahkan gadis itu sendiri pun belum pernah membukanya.

Simon menatap ke arah Laura. Dia tidak menyangka kalau gadis itu mengorbankan dirinya sendiri dan tidak memberikan racun sesuai dengan keinginan tuan Raymond.

Padahal jelas 12 jam berlalu, dia tidak menggunakan racun itu dan malah berusaha mengeluarkan racun dalam tubuhnya dengan caranya sendiri.

Zayn tak menyingkir dari dekat Laura.

Dia menatap sayatan detail di leher gadis itu, jelas sekali hal ini membuatnya takjub.

"Wahh... Simon sebaiknya selidiki identitas gadis ini, bagaimana bisa dia memotong lehernya sendiri tanpa menyebabkan pendarahan serius!? Ini luar biasa, cara dia mengendalikan tenaga dalamnya untuk mengeluarkan racun itu membuatku takjub, dia akan berumur panjang!" Ujar Zayn dengan tatapan berbinar-binar seraya mengamati Laura terus menerus saking takjubnya dengan gadis itu.

"Bagaimana keadaan nya?" Tanya Simon.

" Racunnya sudah netral, untuk berjaga-jaga aku memberi penawar, darah yang dia muntahkan itu bercampur dengan racun, dia butuh istirahat total, " jelas Zayn.

"lalu apa rencana mu dengan itu??" Tanya Sadrakh sambil menatap ponsel berisi rekaman itu.

Simon tersenyum sinis,"Aku tidak tau apa motif perempuan ini, tetapi keluarga Raymond telah berani mencoba mengusikku bahkan ingin membunuhku, mereka tidak akan lepas dari ini!!" Ucap Simon dengan senyuman licik sambil menatap Laura.

Sadrakh, Diego, Hendry dan Zayn tau pasti kalau pria itu akan melakukan semua ucapannya.

"Diego hubungi Lanang dan Dani, katakan untuk mengirim semua benda di dapur pemotongan ke halaman rumahnya malam ini!! Seluruh pelataran pernikahan isi dengan benda-benda itu!" Ucap Simon.

" Baik!" Ucap Diego dengan senyum sumringah.

Simon masih di dalam ruangan itu, sedangkan teman-temannya keluar dari sana dan beristirahat di kamar mereka masing-masing.

Simon berdiri dan menatap Laura, bekas darah Laura masih jelas di kaos gadis itu, wajahnya pucat dan keningnya terlihat penuh keringat.

Pria itu semakin mendekat, menatap Laura dengan intens, tanpa sadar tangannya mengusap lembut wajah Laura.

Entah dorongan dari mana, tetapi hatinya iba dan sakit ketika melihat Laura, istri yang baru dia nikahi itu menderita seperti ini.

Lehernya dibalut dengan perban, tangannya dipasangi infus dan tubuhnya yang kecil di balit selimut tebal.

Pria itu berbaring di samping Laura, " Kenapa kau mengorbankan dirimu? Sejak awal aku sudah memprediksi hal ini, ahh aku jadi tidak ingin membunuhmu kalau begini, " gumam Simon sambil menatap Laura di sana.

Dia melihat cin-cin yang dipakai Laura sama dengan cin-cin miliknya," Kakek apa yang harus kulakukan pada gadis ini?" Batin pria itu sambil menutup kedua matanya dan terlelap.

Dunia terlelap dengan nyenyak, tubuh dan pikiran mereka beristirahat untuk menyambut hari baru yang entah bagaiman episodenya.

Akankah mereka mendapatkan episode bahagia esok ataukah sebuah lembar baru yang kelam dan gelap.

Simon tidak menyangka kalau dia mengikuti wasiat kakeknya.

Cintia dan Vino dia satukan atas skenarionya sendiri untuk menghindari apa yang akan terjadi padanya.

Dan nyata di depannya, Laura memilih tidak memberinya racun itu padahal nyawanya terancam karena tuan Raymond yang menyuntiknya dengan racun jenis lain yang tak kalah mematikan.

Gejolak aneh muncul di dalam hatinya, saat pertama kali melihat gadis yang dibuang itu, gadis yang ditolak itu, anak yang disebut anak haram itu hari ini di halaman rumah utama keluarga Raymond.

Bekerja sekaligus mendapat caci maki dari banyak orang. Bahkan pelayan pun turut merendahkannya karena statusnya sebagai anak haram.

Simon bergelut dengan pikirannya sampai dia terlelap.

Membuat Zayn dan Sadrakh yang berdiri di depan kamar itu terkejut melihat Simon yang tiba-tiba berubah banyak hari ini tepatnya setelah menikah.

"Apa dia benar-benar punya rasa pada gadis itu?" Tanya Zayn sambil menatap Sadrakh.

Pria itu mengangkat bahunya," entah,tapi sepertinya dia mulai nyaman dengan Laura, ini akan bagus untuk mental Simon, kau lihat tadi dia langsung memeluk Laura padahal gadis itu bersimbah darah!" Ucap Sadrakh.

Zayn mengangguk setuju.

Selama dia merawat Simon, sampai saat ini PTSD yang dialami pria itu belum juga menemukan titik terang untuk sembuh.

Tetapi hari ini dia melihat Simon menghadapi ketakutannya sendiri bahkan tidur satu kamar dan satu ranjang dengan Laura.

Mereka hanya berharap Simon tak lagi tinggal dalam dunianya yang gelap.

Jauh di dalam lubuk hatinya, Simon selau mengutuk dan menyalahkan dirinya atas kejadian naas yang menimpa keluarganya karena dia yang membawa mobil pada hari itu.

Sementara mansion Mignolet menjadi tempat beristirahat yang tenang.

Hendry bersama Diego sedang melaju menuju rumah utama keluarga Raymond di mana pesta pernikahan hari ini baru berakhir satu jam lalu dan mereka menyimpan tenaga untuk acara esok harinya yang akan dilaksanakan di pantai sesuai dengan keinginan Cintia dan Vino.

Sangat boros, mereka adalah orang orang yang sangat menyukai kemewahan dan senang menghambur-hamburkan uang demi kesenangan semu.

“ Lanang kau sudah bawa semuanya?” Hendry berbicara melalui ear phone yang terhubung dengan rekannya di sisi lain area itu.

“ Hohoho... tenang saja Tuan, sudah siap semuanya, tinggal diletakkan di dalam,” Lanang, pria bertubuh besar dan berotot kekar, potongan rambut bak tentara dan tato berupa angka romawi di lehernya terlihat jelas di bawah terang rembulan.

Sedang berdiri di atas mobil jeep yang dikemudikan oleh Dani, namanya Dani tapi dia adaah seorang gadis cantik berwajah blasteran Eropa Rusia, sedang mengemudi sambil mengunyah permen karet dengan rambutnya yang di kepang dua seperti anak TK.

“ Lanang, kapan kita akan memasukkan semua benda ini? Kenapa lama sekali?” tanya Dani penasaran.

“ Sabar buk.. sabar, tunggu perintah si tua Hendry..” balas Lanang sambil tertawa dan menatap rumah Raymond yang begitu luas.

Inilah akibatnya jika mereka berani bermain main dengan Simon. Wajahnya saja yang tampan dan kalem tetapi dia adalah pria berdarah dingin yang sekali diusik akan membalasnya berlipat ganda pada orang orang itu.

“ Semuanya, sekarang masukkan semua benda itu ke dalam, sebarkan di seluruh area, sama seperti di pantai itu..” perintah Lanang sang ketua kelompok penyerangan , orang kepercayaan Simon.

Dalam membangun bisnisnya, Simon juga membangun organisasi besar untuk menjaga agar perusahaannya tetap utuh dan terhindar dari berbagai masalah yang mungkin terjadi.

Dani dan Lanang masuk dalam organisasi yang memiliki panggilan “ Aryn”, organisasi yang dihindari oleh perusahan besar jika tidak ingin seluruh data mereka diambil oleh mereka.