12. Perasaan aneh

Simon terus menatap wajah laura yang pasrah, wajah Laura yang mengungkapkan keinginannya untuk lepas dari kekejaman keluarga Raymond.

Simon dapat dengan jelas merasakan panas tubuh Laura, dia jelas merasakan rasa sakit dan ketakutan gadis itu. Perasaan macam apa ini? Ingin rasanya Simon mengamuk dan mengumpat lagi tetapi ada rasa tidak tega yang pertama kali muncul di hatinya.

Perasaan seolah dia kembali menjadi manusia yang punya hati, bukan manusia keji yang selama ini disebut monster kejam oleh orang yang mengenalnya.

“ Cih... sial...” ucap pria itu sambil berpindah dari tubuh Laura .

Dia berdiri dan pergi dari sana dengan wajah yang tidak bisa di tebak,” Kau...” tiba-tiba Simon berhenti dan menatap Laura yang bersimbah darah.

“ Jangan sekali sekali mencoba keluar dari mansion ini, aku akan memastikan apakah isi rekaman itu benar atau tidak, jika sampai isi rekaman itu hanya akal-akalan mu dengan si Raymond bangsat itu, maka bersiaplah meminum racun itu sendiri,” ucap Simon dengan wajah kesal.

Namun lagi lagi hatinya bergetar saat melihat tatapan sendu gadis yang tengah duduk di atas kasur itu” Ck.. Sialan, apa aku punya penyakit serius? Sialan, ini sangat tidak nyaman,” umpat Simon sambil berlalu dari ruangan itu meninggalkan Laura sendirian di sana dalam kondisi kesakitan.

Simon melangkah keluar dengan pikiran kalut di kepalanya. Dia menatap tangannya yang bersimbah darah, dan pria itu berhenti lalu berbalik lagi menatap Laura yang menangis sesenggukan , begitu pilu dan menyakitkan.

Laura hanya bisa menerima nasibnya, sekalipun dia punya banyak keahlian, tetapi mentalnya telah jatuh karena perlakuan keluarga Raymond.

Sejujurnya, serangan mental lebih kuat dibandingkan dnegan serangan fisik apa pun.

Ketika mental seseorang telah jatuh, maka sehebat apa pun dia, secerdas apa pun orang itu semuanya akan sia sia dengan rusaknya mental yang mengendalikan dirinya.

Laura meringkuk sambil menangis pilu dan memeluk kedua kakinya sambil menyembunyikan wajahnya di balik tangan. Sesak, sedih dan mengerikan,

“ Pak Mandu... hiks hiks apa aku bisa bertahan? Apa yang akan kulakukan? Bagaimana aku akan menemukan ibuku dan mengungkapkan hal itu, mereka akan terus menang dan aku akan tetap jadi yang paling menderita.. “ Laura meratapi nasibnya sendiri.

Crrrakkkk....

Bak dikoyak-koyak , hati Simon terasa sangat sakit, perasaannya tidak nyaman, dia tidak suka melihat gadis itu menangis, perempuan yang sudah menjadi istrinya.

“ Sialan,” lagi lagi pria itu mengumpat sambil keluar dari dalam ruangan itu dan mendapati Zayn dan Diego sedang berdiri tak jauh dari kamar tamu sambil menatap ke arah kamar Laura dengan wajah khawatir.

“ Si.. simon kau.. kau tidak membunuhnya di kamar itu kan? Kenapa tanganmu berlumuran darah...” Diego terbelalak saat melihat tangan Simon yang dilumuri darah segar milik Laura.

Sama halnya dengan Zayn, dia juga tak kalah terkejut sampai terdiam membeku menatap Simon.

“ Zayn segera obati wanita itu, tangani dengan baik,” titah Simon sambil melangkah menuju kamarnya di ujung lorong lantai dua.

Diego dan Zayn saling menatap dengan mulut menganga melihat Simon dan kelakuannya yang mengerikan.

Cepat-cepat Zayn masuk ke dalam kamar Laura dengan wajah panik.

“ Nona...” ucapnya pelan.

Betapa terkejutnya dia saat melihat Laura yang bersimbah darah, darah yang keluar dari luka di lehernya yang sama sekali belum kering tetapi malah dilukai oleh Simon lagi.

“ Ya Tuhan, Diego panggilkan Sadrakh untuk membantuku, Simon benar benar gila...”ucap Zayn yang langsung menangani gadis itu.

“ Berbaringlah, biar ku periksa lukamu,” ucap Zayn seraya menyentuh tangan Laura.

“ Lepaskan aku!!” pekik Laura sambil menangis sesenggukan, dia menghempaskan tangan Zayn begitu saja.

“ Nona menurut lah, atau kau akan diperlakukan lebih parah lagi oleh Simon, kau tidak tahu orang seperti apa yang sedang kau hadapi, jangan melawan dan menurut saja,” ucap Zayn sambil membaringkan gadis itu dengan paksa.

Mau tidak mau Laura harus menurut.

Benar kata zayn, Simon bukanlah sejenis manusia yang bisa ditolak tawarannya atau diremehkan keberadaannya.

Bahkan pria itu berhasil mengelabui banyak orang terkait kondisinya yang ternyata hanya settingan belaka.

Laura ditangani oleh Zayn dengan bantuan Sadrakh. Diego tidak pandai dalam hal seperti ini, dia hanya menjadi penonton yang siap disuruh membantu apa saja.

Berbagai obat disediakan dan juga makanan diletakan di dalam kamar Laura.

“ jangan memancing kemarahannya sampai dia benar benar tenang Laura, ahh perkenalkan aku Sadrakh dan ini adalah Diego. Simon adalah sepupuku, dia bukan orang yang seharusnya kau bantah.” Jelas Sadrakh singkat, dia sama saja dinginnya dengan Simon.

Laura tak menjawab, dia hanya diam saja dan mengamati mereka.

Baginya Kepribadian Diego dan Zayn lebih cerah dibandingkan dengan kepribadian Sadrakh dan Simon yang ternyata masih keluarga. Pantas saja saat melihat Sadrakh, Laura langsung terbayang wajah Simon yang marah dan mengamuk padanya tadi.

“ Makanan dan minuman sudah disediakan, kau makanlah yang benar, dan tinggal dengan baik di rumah ini, jangan sekali sekali mencoba kabur atau Pak mandu akan jadi sasarannya,” ucap Sadrakh sambil mengancam Laura melihat Simon tidak langsung menghabisi gadis itu.

Artinya Laura masih berguna bagi Simon.

Untuk berjaga-jaga, Sadarkah mengambil foto kedekatan Laura dengan pak Mandu dan mengancam gadis itu agar tidak melarikan diri dari mansion.

Jika sampai hal itu terjadi, maka Laura mungkin akan mendapatkan hukuman yang lebih keji,yang bahkan tak terpikirkan oleh orang biasa.

“ Lagi-lagi karena aku, Pak Mandu yang sudah banyak membantuku malah terancam nyawanya karena aku... ahhh aku memang tidak berguna... lebih baik aku diam di sini daripada terjadi sesuatu pada Pak mandu” batin Laura.

Setelah merawat gadis itu, mereka semua keluar dan membiarkan Laura beristirahat.

Para pelayan yang bekerja di mansion Mignolet tentu saja dibuat penasaran dnegan sosok gadis yang berhasil membuat tuan mereka berteriak seperti seekor Singa yang mengaum dengan begitu keras.

Mereka melirik ke lantai dua, siapa gerangan perempuan yang telah membuat Tuan simon mengamuk seperti itu.

“ Wah, siapa perempuan itu? Beraninya dia membuat tuan simon mengamuk, dia harus diberi pelajaran yang benar, dasar pembantu baru sialan,” batin salah seorang pelayan yang selau merasa paling superior di antara semuanya.

Dia melirik kamar Laura, jelas masih dia ingat Diego membawa Laura ke dalam rumah, saat dia bertanya, Diego hanya menjawab kalau gadis itu adalah orangnya bos mereka yang malah disalahartikan sebagai pelayan baru di rumah itu oleh si pelayan perempuan yang suka sirik dan menaruh hati pada dokter tampan di rumah itu yakni zayn.

“ Hei apa kalian tahu, perempuan yang dibawa tuan Diego semalam membuat marah tuan Simon, jangan sampai kita terkena imbasnya, setelah mereka pergi, ayo kita beri pelajaran pada pelayan sialan itu,” ucapnya sambil menghasut pelayan lain untuk melukai Laura padahal mereka tidak tahu siapa yang mereka hadapi.

“ kau bodoh ya? Aku masih mau bekerja di rumah ini, kalian saja yang melakukannya, sibuk sekali mengurus kehidupan orang padahal kehidupan kalian sendiri saja susah, siapa yang mau ikut sana pergi, jangan ganggu aku...”

“ Aku akan ikut, aku tidak mau karena tuan Simon marah padanya kita semua terkena imbasnya”

“ Iya benar, ayo kita beri pelajaran pada dia,” ujar yang lain.

Ada pro dan kontra, begitlah pelayan di rumah ini bekerja, karena Simon jarang di rumah mereka bisa melakukan semuanya sesuka hati. Ada yang masih jelas waras dan ada yang sudah mati kemanusiaannya.