6. Mansion Mignolet

Ketika dua nama itu dikumandangkan, Laura dan Simon terdiam di tempat mereka.

Simon menatap dingin ke arah panggung pelaminan yang dia dan Cintia dulu rancang untuk pernikahan mereka, tetapi kini dipakai oleh perempuan itu bersama dengan pria lain.

Simon tak lagi punya rasa pada Cintia. Karena dia tahu, Cintia berubah.

Perempuan itu bermain curang di belakangnya. Selingkuh dengan pria yang dia ketahui adalah anak dari pemilik perusahaan Bernardo salah satu saingan bisnisnya.

"Kita pergi!" Tulis pria itu di tabletnya tetapi matanya menangkap pemandangan aneh di sampingnya.

Laura, perempuan yang telah diasingkan dan tidak dianggap itu berdiri dengan tangan gemetaran menatap ke arah Cintia dan Vino yang berdiri di ujung panggung pelaminan.

Mengepalkan kedua tangannya dan meremas gaunnya sendiri sambil menatap Ke arah kedua mahluk bumi itu.

" Ada apa dengannya? kenapa wajahnya seperti itu!??" batin Simon yang tiba-tiba saja peduli dengan Laura.

Perempuan cantik yang tatapan matanya membuat masalah pada jantung Simon.

" Ck... apa apaan aku ini? kenapa juga aku peduli dengannya!? " Lagi-lagi Simon bergelut dengan kepalanya sendiri.

Jujur saja, Laura membuatnya penasaran.

Sosok yang berjiwa besar dan memiliki energi positif yang tinggi itu membuat Simon bertanya-tanya tentang seperti apa sebenarnya sosok Laura.

"Tuan, apa kita boleh pergi dari tempat ini? saya tahu anda seharusnya menikah dengan Cintia, tetapi bisakah saya pergi dari sini? jika anda ingin kembali dengan Cintia, maka ceraikan saya, saya sudah tidak punya urusan dengan keluarga ini," ujar Laura dengan suaranya yang lembut tetapi penuh penekanan.

" Wah gadis ini berani sekali melayangkan protes? apa dia tidak tahu siapa Simon sebenarnya!?" batin Diego yang memapah tubuh lemah Laura.

Tentu saja ucapan Laura berhasil mengusik Simon.

" Ck... percuma aku mengkhawatirkan nya, kenapa juga dia menatap Bajingan Bernardo itu di samping suaminya!?" Simon hanya bisa berbicara dalam batinnya.

Creeetttt....

Dia melakukan Kursi rodanya tanpa mengatakan apa pun. Dengan wajah datar dia pergi dari sana.

Simon menuliskan sesuatu lagi," Hendry, suruh pulang seluruh kolega Kent Corporation, urusan kita sudah selesai, utang dengan kakek sudah berakhir!" ucap Simon melalui tulisannya.

Laura juga membacanya, tetapi dia tak ambil pusing.

Mereka semua keluar dari tempat itu. Cintia dan Vino menatap sini ke arah pasangan yang baru menikah di ujung sana.

" Hahhaha.... akhirnya... akhirnya yang aku impikan terjadi, Vino sayang kita menikah!!" seru Cintia dengan wajah berbinar-binar.

"Tentu saja sayangku, sejak awal aku tertarik padamu, Laura hanya mainan untuk jadi jembatan bertemu dengan mu setiap hari, dan sekarang kita menikah," balas Vino sambil menatap Cintia dengan senyuman kemenangan.

" Hehehe.... tidak salah aku memilih Cintia, dia kaya dan cantik, aku akan kaya raya, Laura memang cantik tapi sayang anak haram, cihh seharusnya kucicipi dulu sebelum ku lepas, dasar perempuan sok suci!" batin Vino

Orang-orang itu hanyalah orang munafik.

Rencana busuk, licik dan tak berperasaan menjadi makanan sehari-hari mereka.

Harta, Tahta dan Kasta akan mereka upayakan untuk meraih semuanya dengan banyak cara.

Tanpa tahu, mereka berhubungan dengan manusia paling misterius di muka bumi ini, Simon Mignolet Kent dan Laura Kiehl!

Rombongan Simon melaju menuju Mansion milik Simon.

Wajah Laura semakin pucat, tetapi gadis itu tidak bilang apa-apa.

Mereka semua membawa Laura menuju Mansion Mignolet milik Simon. Di mana mereka akan tinggal bersama mulai saat ini.

Mansion yang terletak jauh di tengah pepohonan, jauh dari keramaian, luas dan sangat asri tapi dipenuhi jebakan di sekelilingnya membuat Mansion itu tidak tertembus orang luar, bahkan pelayan yang ada di dalam pun tidak tahu jalan keluar mansion itu.

Simon melirik Laura, gadis itu tak banyak bicara, justru menjadi pertanyaan bagi Simon," Apa dia sangat membenciku sampai menolak berbicara ataukah dia ini bodoh ? gadis ini kenapa!?" pikir Simon.

Tatapan penasaran Simon terhadap perempuan yang duduk di sampingnya tak luput dari pandangan Sadrakh, Diego dan Hendry.

Yang benar saja, baru kali pertama mereka melihat Tuan Simon menatap seorang wanita dengan tatapan penasaran seperti itu, bahkan terhadap Cintia pun dia tidak begitu.

"Sad, apa menurutmu Simon tertarik dengan perempuan porselen ini? kenapa dia menatapnya begitu?" bisik Diego, pria super kepo dan paling berisik diantara mereka semua.

"Aku tidak tahu, tapi kurasa dia hanya kasihan, Simon tidak akan semudah itu menyukai seorang perempuan, apalagi perempuan ini jauh di bawah nona Cintia yang jelas anggun dan cantik!" ujar Sadrakh.

" Cantik sih cantik, tapi sifatnya lebih seram dari setan, kau tahu sendiri!" balas Hendry.

Mereka bertiga duduk di barisan depan dalam Van hitam nan besar yang nyaman dan luas itu.

Simon terus mengamati wajah Laura yang hanya bengong seolah tak punya harapan hidup.

" Tuan..." Tiba-tiba Laura menatap Simon.

Pria itu terkejut karena terlalu fokus mengamati wajah pucat gadis yang sudah jadi istrinya itu.

"Ke mana kita akan pergi? saya sangat ingin tidur, rasanya melelahkan, apa kita akan segara tiba?" tanya Laura dengan suara pelan.

Simon menulis sesuatu lagi," Sebentar lagi, kau bisa beristirahat di Mansion, aku ada pertemuan kau bisa tinggal di Mansion untuk sementara, beristirahat lah di sana setelah kita tiba," balasnya panjang lebar.

" Ahh baiklah, Saya sangat butuh tidur," ucap Laura lagi sambil menatap kosong ke arah jalanan seolah ia terkena hipnotis.

" Dia kenapa? dasar wanita aneh!" batin Simon seraya memiringkan kepalan bingung.

...****...

Tak beberapa lama mereka pun tiba di mansion utama Kent.

"Diego Antarkan dia ke dalam dan jaga dia, aku harus segera berangkat, minta Zayn memeriksa gadis itu, suruh dia ke Mansion, aku tidak punya banyak waktu!" tulis Simon.

Mereka langsung menurut dan Diego memapah Laura sambil menarik koper gadis itu membawanya masuk ke dalam Mansion besar Mignolet.

Mansion mewah yang punya banyak ruang dan fasilitas mewah di dalamnya tetapi terisolasi dari peradaban.

Setelah mengantarkan Laura dengan Diego menjaganya.

Simon, Hendry dan Sadrakh melaju menuju Kent Corporation.

" Ahhh... huufftttt!"

Suara Hela nafas berat sekaligus lega terdengar dari belakang.

Seorang pria turun dari kursi khusus penyandang cacat dan meregangkan tubuhnya yang terasa kaku karena duduk seharian dan lehernya pegal karena tak berbicara seharian.

" Bagaimana hari ini? apa aku cukup bagus!?" Suara menggema dengan sedikit serak terdengar dari bibir Simon.

Yap, pria itu bisa berbicara dan tidak lumpuh!

Selama ini dia berbohong.

Memang awalnya dia mengalami kelumpuhan dan gangguan berbicara, tepatnya 9 bulan lalu, sudah seperti masa mengandung saja.

Tetapi sejak saat itu dia tahu siapa kawan dan siapa lawannya yang sebenarnya bahkan sifat asli Cintia langsung keluar pada saat itu.

" Kau sangat hebat, Wahhh sepupuku ternyata hebat dalam hal akting, tapi ngomong-ngomong kenapa kau memilih gadis itu? jelas dia tidak punya hubungan baik dengan keluarga itu?" Tanya Sadrakh bersemangat, dia sampai bangkit dari kursi dan menatap Simon dengan tatapan penasaran.

Simon terkekeh, senyumannya sangat tampan tetapi hanya mereka yang tau.

Dia masih anak tunggal kaya raya yang sama, yang dulu dipuja orang dan punya banyak teman, bedanya sekarang dia jadi selektif dan menikmati harinya sebagai orang cacat.