"Apa sudah siap!?? kenapa lama sekali!?" Suara tidak sabaran dari Tuan Simon malah mengagetkan Gretta yang baru saja selesai memasang pakaian Laura.
Wajah gadis itu pucat dan langsung menunduk ketakutan saat melihat wajah Simon yang berkerut di depannya menatap dia dengan tatapan kesal.
" Hanya memasang baju saja kau lama!!" kesal Simon.
" Ya ampun, Tuan Simon ini tempramennya buruk sekali," Batin Gretta.
Siapa yang tidak kesal dengan pria bodoh yang terus menerus mendesak supaya pekerjaan dilakukan dengan cepat padahal baru lima menit itu pun sudah yang paling cepat tapi seolah dia menunggu seumur hidupnya.
"Dasar Tuan Simon menyebalkan!!" batin Gretta sambil menggenggam ujung kemeja kerjanya.
" Hei, aku tau kau mengumpatku, sana keluar dan tunggu bersama dua teman bodohmu itu!!" titah Simon.
Gretta mengangguk dengan cepat.
Sebuah kebahagiaan bagi gadis itu untuk tidak berbagi oksigen yang sama dengan Simon.
Dengan cepat kedua kakinya membawa dirinya menuju keluar kamar.
Satu ruangan bersama Simon seolah menguras semua pasokan oksigen di dunia ini, pria itu terlalu mendominasi.
Sama seperti yang dia lakukan saat ini pada Laura. Berdiri dengan wajah kaku dan bersiku-siku seperti orang yang sedang mengamuk, menatap Laura dengan tatapan mengintimidasi padahal Laura sedang sakit juga karena ulah pelayannya sendiri.
Tatapan tajam dari Simon membuat Laura bergetar ketakutan, sudah gemetaran karena kedinginan dan luka di lehernya yang harus segera mendapat pertolongan dia malah dibuat ketakutan setengah mampus oleh suaminya sendiri.
Gadis itu trauma.
Bayang bayang wajah Simon lima hari lalu berhasil membuatnya ketakutan saat melihat Simon hari ini. Bagaimana cara Simon mencekik lehernya dan mengancamnya bahkan menghina dirinya tanpa peduli perasaaan gadis itu.
“ Tu... tuan... ma...maafkan saya...” laura hendak bangun , dia terlalu takut di tatap olehnya.
“ Mau ke mana kau?” ketus Simon dengan nada marah padahal niatnya tidak seperti itu.
Dia tidak ingin Laura semain sakit jika banyak bergerak tapi nadanya yang ketus dan wajah marahnya malah membuat Laura semakin ketakutan.
“ Ma... maaf tuan saya...”
“ maaf maaf... kenapa kau terus meminta maaf, dasar bodoh!??" kesal Simon .
“ma...maaf...” ucap Laura lagi. Gadis itu duduk di atas kasur dengan wajah pucatnya dan tubuh kedinginan.
“ Ck... selau kata maaf, apa kau pikir ini tahun baru hah... mengesalkan sekali, lalu kenapa kau duduk? Kau masih sakit tapi kenapa kau duduk seperti itu, kepalamu bisa putus, lihat lehermu itu, bukannya sembuh malah jadi infeksi, apa kau merencanakan sesuatu lagi dengan lukamu itu, agar kau punya alasan untuk lari dari rumah ini hah?”
Lagi-lagi Simon salah langkah.
Pria mengesalkan ini meluapkan emosinya yang tidak terkontrol karena ulah Vivi tadi tapi malah meluapkannya pada korban si Vivi.
Laura menunduk ketakutan, luka batin yang dia derita membuat psikisnya tergganggu dan selalu ketakutan setiap kali ada yang memarahinya.
Tangan gadis itu gemetaran, tanpa sadar air matanya mengalir begitu deras.
Sambil menangis sesenggukan Laura menutup kedua telinganya, ingin melarikan diri, ingin pergi dari dunia yang menyeramkan ini, ingin mencari tempat bersembunyi di mana dia bisa tenang dan hidup dengan bahagia.
Bukannya bebas dari penderitaan, Laura seolah dioper dari neraka yang satu ke neraka lain yang lebih kejam.
Betapa menyesakkan dada gadis itu, betapa memilukan hidupnya yang penuh dengan tekanan dan hinaan.
“ Ma.. maaf tuan... saya tidak berniat untuk keluar dari rumah ini hiks hiks hiks... saya mengerjakan semua pekerjaan yang tuan sebutkan melalui Vivi, saya... saya tidak punya tempat untuk pulang, saya tidak bisa keluar dari tempat ini.... ma... maafkan saya!!" teriak Laura yang berpikir kalau suaranya sangat pelan.
Simon terkejut saat melihat Laura malah menangis sesenggukan di depannya.
Bahunya naik turun bahkan air matanya bercucuran begitu saja di depan pria itu.
Sesak...
Rasanya dada Simon lagi lagi semain sesak. Kedua matanya tertuju pada cincin pernikahan peninggalan kakek dan nenek yang sangat dia sayangi.
Dia sadar, Laura adalah istrinya.
“ He... hey kenapa kau menangis?” bentak Simon lagi.
Astaga pria ini benar benar tidak bisa mengatur emosinya, yang keluar dari mulut selalu berbeda dengan apa yang seharusnya hatinya maksudkan.
Pukkk...
Di luar pintu kamar Laura, ada Hendry, Sadrakh dan Zayn yang menepuk jidat mereka saat mendengar celotehan dari bibir Simon.
Dari nadanya saja mereka sudah tahu kalau Simon sebenarnya khawatir tetapi cara penyampaiannya seperti ibu ibu yang sedang datang bulan, menyebalkan dan menakutkan.
“ Dasar si bodoh ini., bagaimana bisa dia memperlakukan perempuan seperti itu? “ ucap Sadrakh sambil mengacak-acak rambutnya.
Siapa yang tidak frustasi dengan kelakuan absurd si ketua organisasi Aryn yang terkenal hebat dalam taktik perang dan penyerangan sistem jaringan.
Sementara itu di dalam ruangan, laura bukannya tenang, gadis itu malah menangis tersedu-sedu, meraung raung seperti orang uang sedang berhadapan langsung dengan malaikat pencabut nyawa.
“ huwaa... maafkan saya tuan... saya akan bekerja dengan baik, tolong jangan usir saya dari rumah ini, saya tidak punya rumah lagi...”racau Laura.
Sungguh kasihan Nasib Laura yang harus bersanding dengan pria aneh dengan aura gelap dan tukang marah itu.
“ he.. hey... siapa yang mau mengusirmu dasar perempuan bodoh, aku menyuruh mu tidur lagi bukan mengusirmu..” Kesal Simon seraya mengguncang bahu Laura.
Tapi genggaman tangannya terlalu keras untuk tubuh Laura yang hanya setengah ukuran tubuh Simon. Bukannya tenang, Laura malah menangis lebih kencang karena bahunya yang sakit dan tulang tulangnya terasa seperti sedang retak karena ulah si bodoh di depannya itu.
“ Sakitt... ampun tuan, jangan pukul saya lagi... jangan cekik saya lagi!!” teriak Laura.
Simon benar benar dalam kekacauan, bukan niatnya membuat Laura menangis kesakitan, tapi rasanya sangat sial karena semua yang dia lakukan serba salah.
“ arrkhhh sialan, kenapa laki laki selalu serba salah, dasar perempuan manja yang satu ini,” Simon mendorong tubuh Laura dan membaringkan tubuh gadis itu lalu mengambil selimut tebal dan menggulung tubuh Laura di dalam selimut tebal itu seolah dia sedang memasang kain lampin pada bayi yang baru lahir.
Laura di bungkus dengan gadis itu yang terus menangis sesenggukan.
“ Sekarang diam, jangan menangis atau minta maaf atau berteriak, tidak ada yang mengusirmu dari rumah ini, apa kau lupa kau itu istriku, dasar bodoh!!x ketus Simon sambil menyentil kening Laura.
Wajah Laura cemberut, dia menatap Simon.
Entah kenapa, sekalipun Simon mengamuk dan berteriak seperti banteng yang sedang kawin, pria itu membuat hatinya tenang dan hangat seolah dia punya tempat baru untuk berlabuh.
Seolah kejadian beberapa hari yang lalu bukan apa-apa. Terutama saat seperti ini, saat Simon merapikan rambutnya dan menatapnya dengan tatapan yang lebih lembut dari sebelumnya.
“ Diam dan tunggu saja, biar si Zayn memeriksa kondisimu, sejak kapan kau diperlakukan seperti itu? Jawab yang jujur atau ketiga kurcaci di depan ruangan ini akan ku gantung di halaman rumah sekarang juga,” tanya Simon dengan nada mengancam,
Pria ini sama sekali tidak bisa berbicara dengan tenang, lagi lagi yang dia lakukan adalah membentak dan mengintimidasi lawan bicaranya, sepertinya dia perlu belajar teknik merayu wanita dari teman-temannya .
“ Se.. setelah tuan dan yang lainnya pergi dari rumah, saya di tarik dari kamar dan di suruh bekerja sesuai perintah tuan,” jelas Laura.
Wajah Simon benar benar berubah menjadi gelap.
Brakkkkkk....
Dia memukul meja di depannya sampai hancur terbelah dua.
“ Sialan, apa ketiga orang itu ikut? Si perawat tadi dan dua temannya yang ada di depan itu?” tanay Simon dnegan nada sinis.
“ Mereka tidak tuan, mereka membantu saya, ma... maafkan mereka, mereka hanya menolong saya karena pekerjaan saya tidak beres, mereka baik jangan pecat atau hukum mereka, mereka teman saya,” jelas Laura yang takut kalau sampai karena dirinya ketiga orang baik itu malah di hukum karena dirinya yang tida bekerja dnegan becus.
Simon membelalakkan kedua bola matanya tak menyangka kepribadian bodoh yang di miliki istrinya,” kau bodoh..... bisa bisanya kau menyelamatkan orang lain padahal kau jelas dilukai...” Simon kesal dia menatap Laura lagi.
Wajah Laura yang di bungkus dalam selimut memerah dan kelihatan menggemaskan sampai membuat jari jari nakal Simon mendarat di wajah gadis itu. Tetapi panas tubuh gadis itu berhasil membuat Simon terkejut, Laura demam.
“ Kau demam, hahhh... diam di sini, aku akan meminta mereka mengurusmu, jangan kemana mana kalau tidak mau membuatku kesal!!” ucap Simon sambil beranjak dari sana.
Laura menatap punggung pria itu,” bagaimana juga aku akan keluar dari sini, di bungkus dengan selimut tebal mana bisa aku bergerak, dasar tuan yang aneh,” batin Laura.
.
.
.
Like, Vote dan komen
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 232 Episodes
Comments
Sibuea
Kok maish muter2 gitu aja
2023-06-07
0
M Khan
senyum" sendiri q bacanya thor
2023-02-26
2
epifania rendo
memang aneh suamimu
2023-01-21
1