Part 9

Farhan tiba di perusahaan pusat, ia segera menemui Bayu tangan kanannya. Rasanya tidak sabar untuk melacak kartu kredit yang digunakan mantan istrinya. Itu satu-satu jalan agar ia tahu kondisi wanita itu setelah bercerai.

Sejenak, ia memikirkan perasaannya sendiri. Kenapa tiba-tiba saja ia ingin bertemu? Apa dalam hatinya mulai menyadari kalau selama ini ia sendiri tidak bisa jauh dari istri manjanya itu? Bermanja setiap hari di tempat tidur, kepolosan Sarah yang membuatnya rindu. Terkadang, ada saja kelucuan yang dibuat wanita itu.

Tidak bisa dibohongi, meski Sarah manja tapi gadis itu tulus mencintainya. Selalu menunggu kepulangannya setelah bekerja, membangunkannya dari tidur dengan caranya. Tiba-tiba saja, pria itu meneteskan air mata. Kenapa ia menangis? Menyesalkah telah menceraikan Sarah?

Meski menceraikannya tapi ia masih menafkahinya, memberikan fasilitas untuk wanita itu. Ia pikir, Sarah tidak akan pergi dari dunianya.

Farhan langsung masuk ke ruangan Bayu, ia meminta Bayu untuk menghubungi pihak bank, dari mana notif tagihan itu berasal. Semoga ia bisa tahu dengan cepat. Sayang seribu sayang, waktu jam operasi bank sudah selesai, harus menunggu hari esok untuk mendapatkan informasi tersebut.

Namun, Farhan sudah mendapatkan titik terang akan kabar wanita itu.

"Pak, bukannya ada nama Sarah Amilia yang melamar di pabrik baru?" tanya Bayu. "Apa Bapak sudah mengeceknya? Siapa tahu dia bu Sarah." Setelah diingat-ingat, kepergian bi Ami sama dengan hilangnya kabar dengan Sarah.

"Bukankah bi Ami asli orang Bandung?" tanya Bayu lagi.

Farhan menepuk dahinya sendiri, kenapa ia tidak pernah kepikiran akan hal itu? Sarah cukup dekat dengan wanita paruh baya itu.

"Tapi besok saja, kita pastikan informasi dari bank. Melihat notif itu sudah dua kali digunakan," ujar Bayu.

Namun, ketidaksabaran Farhan tak mengenal dengan kata lelah. Saat itu juga ia meminta Bayu mengantarnya ke Bandung. Pria itu sampai terkejut dengan keinginan bosnya.

"Tapi saya ada janji dengan istri saya, Pak. Dia pasti ngamuk kalau saya ingkar janji," terang Bayu.

Penuturan lelaki itu membuat Farhan teringat kala ia sering berbohong pada istrinya dulu. Sering melewatkan kebersamaan dengan Sarah, wanita itu setiap malamnya menunggunya pulang. Manjanya wanita itu sedang berada di puncaknya, sampai ia tega tidak pulang dalam seminggu. Dan memberi kabar malah melayangkan surat gugatan cerai.

Ia tidak memikirkan bagaimana sakitnya wanita itu.

"Bayu, apa menurutmu Sarah marah padaku sampai dia tidak ada kabar lagi?" Menurut Bayu pertanyaan itu sangat bodoh, dulu kemana saja? Kenapa baru sekarang bertanya?

Bila sudah tiada baru terasa, Bayu jadi ingat lagunya bang Haji Roma Irama. Penyesalan memang datang belakangan, apa lagi Farhan tersadar saat tahu motif Nadia menjelakkan mantan istrinya. Sejak itu, ia mencoba menjaga jarak. Namun, Farhan hafal betul watak Nadia.

"Ayo kita pergi ke Bandung sekarang juga." Farhan menarik lengan lelaki itu. "Saya akan memberikan apa pun yang diinginkan isrtimu."

"Istri saya sedang butuh saya, Pak. Hari ini dia ulang tahun, bukan yang lain yang diinginkannya, Bapak tidak akan bisa mengabulkan keinginan istri saya. Nanti jatah saya hilang, Pak. Bapak 'kan tau kalau saya lagi program."

Begitu banyak alasan yang dilontarkan Bayu agar bosnya itu tidak mengajaknya pergi ke Bandung. Lagian, kenapa bosnya begitu kekeh ingin tahu kehidupan mantannya?

"Apa Bapak masih mencintai bu Sarah? Apa Bapak ingin mengjaknya rujuk?" tanya Bayu.

Bukannya menjawab, Farhan malah diam saja.

"Satu tahun loh Bapak tidak bertemu, bagaimana kalau ternyata wanita itu sudah menikah dan posisi Bapak sudah tergantikan? Apa jangan-jangan itu alasan bu Sarah kenapa tidak menggunakan kartu kredit dari Bapak?"

Lontaran Bayu cukup membuat jantung Farhan terasa berhenti berdetak. Mulutnya pun terasa terkunci.

***

Hari ini cukup membuat Sarah lelah, ia kira hanya akan diinterview. Tapi nyatanya ia langsung training menjadi sewing.

"Langsung kerja?" tanya Pandi saat Sarah tiba di rumah bi Ami.

Wanita itu mengabarkan pada Sarah bahwa Putra tidak di kontrakkan.

"Training dulu, Mas," jawab Sarah.

"Cari kerja untuk perempuan tidak terlalu susah, gak kaya laki-laki. Mas sudah muter-muter cari kerjaan. Apa di tempat kerjamu ada lowongan untuk laki-laki?" tanya Pandi.

"Kurang tau, Mas. Aku 'kan juga baru, belum jadi karyawan juga. Kalau dalam seminggu ini aku lolos training baru diangkat jadi karyawan, kalau tidak bisa juga ya mau tidak mau aku cari kerjaan lain," jawab Sarah. "Aku masuk dulu ya, Mas," pamitnya kemudian.

Pandi mengangguk dan mempersilahkan Sarah masuk, sedangkan ia kembali memainkan gitar untuk mengisi kekosongannya. Jadi duda ternyata tidak enak.

"Baru sekarang oh aku rasakan tak punya istri rasanya kesepian." Pandi kembali menyanyi.

"Kamu sindir saya?" tiba-tiba suara itu menghentikan nyanyian Pandi.

"Eh, Pak RT. Saya nyanyi buat diri saya sendiri kok, situ kesindir?" Pertanyaan nyeleneh itu membuat Agus menghela napas panjang.

"Saya mau ketemu dek Sarah, dia sudah pulang 'kan?" tanya pak rt.

"Sudah, ada keperluan apa? Mending, Pak rt cari wanita lain untuk didekati, Sarah tidak minat." Setelah mengatakan itu Pandi kembali bernyanyi dan membuat pak rt jadi kesal.

Sontak, membuat lelaki itu mengambil alat musik yang dimainkan oleh Pandi, karena ia ingin bicara dengan Sarah, karena ada yang mencarinya lewat telepon barusan. Ingin memastikan apa yang dicarinya itu benar Sarah Amalia yang tinggal di kampungnya.

Tak lama, Sarah pun keluar sambil menggendong Putra diiringi oleh bi Ami. Karena rencananya wanita itu mau menginap dan menemani Sarah di kontrakkan.

"Pak RT, ada perlu?" tanya bi Ami.

"Iya, Bi. Ada yang ingin saya bicarakan dengan Dek Sarah," jawab pak rt.

"Saya mau bersih-bersih dulu ya, Pak. Soalnya baru pulang," timpal Sarah.

"Oh iya, Dek. Saya tunggu di sini saja sama Pandi."

***

"Sarah, makan dulu. Bibi tidak mau kamu sakit, pak rt juga masih di depan sama Pandi," ujar bi Ami.

Kedua lelaki itu masih bernyanyi di depan rumah bi Ami, keberadaan mereka juga cukup membuat Sarah lupa kalau ia sebenarnya bekerja dengan mantan suaminya, sampai lupa mengatakan kepada bi Ami.

Sarah pun makan terlebih dulu, dengan lahapnya ia memakan makanan yang disediakan bi Ami. Setelah itu selesai, baru menemui pak rt. Itu pun ditemani bi Ami.

"Jadi, apa yang ingin Pak RT bicarakan?" tanya Sarah.

"Tadi ada yang menelopon pada saya, menanyakan Dek Sarah. Sebagai ketua RT di sini saya minta izin dulu, takutnya Dek Sarah terganggu," jawab Agus.

Bi Ami dan Sarah saling melempar pandangan. Dan Sarah pun langsung menjawab.

"Saya merasa tidak ada masalah, Pak. Tidak punya hutang juga, kalau ada yang mencari saya bilang saja tidak tau."

"Tapi kalau itu penting bagaimana?" tanya pak rt lagi.

"Memangnya tanyanya bagaimana, Pak RT?" tanya bi Ami.

"Hanya tanya apa ada nama Sarah di RT ini, yang nama Sarah di sini hanya Dek Sarah," jawab Agus.

"Tadi aku lihat Mas Farhan, Bi. Jangan-jangan dia yang mencariku?" bisik Sarah di telinga bi Ami.

"Tapi kalau Dek Sarah keberatan saya tidak akan memberitahukannya," timpal pak rt lagi.

***

Di tempat lain.

Farhan akhirnya putuskan kembali ke Bandung esok hari, ia sudah menyuruh staff di kantor cabang untuk menyelidiki nama Sarah Amalia di kampung itu.

Dan keesokan harinya, Farhan langsung kembali ke Bandung. Mencari tahu karyawan yang bernama Sarah Amalia sambil menunggu kabar dari pihak bank.

Sedangkan Sarah, nampak masih belum siap-siap berangkat. Setelah tahu siapa pemilik perusahaan itu membuatnya berpikir berulang kali. Apa yang harus dilakukannya sekarang?

Sarah menghitung kancing baju, dari yang paling atas sampai paling bawah. Helaan napas panjang terhembus. Hitungan kancing itu menyuruhnya berangkat.

Dan di kantor, Farhan sudah tiba, bahkan pagi-pagi buta.

"Kalau yang nama Sarah Amalia sudah datang suruh ke ruangan saya" ujar Farhan.

Pengawas di bagian produksi tidak tahu akan keberadaan Sarah. Akhirnya orang itu menyuruh bawahannya lagi untuk mencari di bagian lain. Sampai akhirnya menemukan di mana bagian wanita itu.

Kebetulan, Sarah dan Wita datang secara bersamaan.

"Sarah Amalia," panggil pengawas. "Kamu disuruh ke ruangan bos."

"Bos?" ulang Sarah.

"Iya, bos. Kamu tanyakan saja ruangannya di mana." Pengawas itu menunjukkan ketidaksukaannya pada Sarah.

Wita pun terheran-heran, kenapa hanya nama Sarah yang disuruh ke sana?

Sarah pun membisikkan sesuatu di telinga Wita.

...----------------...

Hai para pembaca setia MENGANDUNG ANAK MANTAN SUAMI, saya harap kalian masih setia menunggu kelanjutannya, selagi nunggu novel ini update kalian bisa mampir di karya temanku juga.

Judul : Ditaksir Superstar

Karya : Susi Nya Sigit

Terpopuler

Comments

Mrs. Labil

Mrs. Labil

wkwkwk

2024-05-02

0

Mrs. Labil

Mrs. Labil

hayoloh, jandamu cantikk gitu 💃💃💃

2024-05-02

0

Mrs. Labil

Mrs. Labil

betul bayu, titip toyoran bwt kpl bos km 😆😆

2024-05-02

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 96 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!