Part 4

Hari-hari berlalu begitu saja, dan hari ini, Sarah tengah merasakan kontraksi. Namun, ia diam saja karena tidak ingin membuat bi Ami panik. Perlahan, Sarah menghampiri wanita tua itu yang sedang di dapur tengah menyiapkan makan malam untuknya. Bi Ami sangat baik, keadaan perutnya yang sudah membesar membuatnya tidak begitu bisa bergerak bebas.

Sarah menyentuh bahu bi Ami. Area kening sudah bermunculan keringat, bi Ami rasa wanita hamil itu tengah kegerahan.

"Bi." Sarah meraih spatula yang dipegang bi Ami, lalu meletakkannya di wajan. Dan kompor pun dimatikan.

Itu membuat bi Ami terheran-heran. Wanita itu pun akhirnya mengelap keringat Sarah di kening. "Hamil tua memang seperti ini, Bibi juga ngalamin itu," tuturnya yang terus mengelap keringat Sarah. Ia juga tidak merasa ada yang aneh dengan wanita hamil itu. Sarah nampak tenang.

"Hentikan aktivitasnya, sekarang kita berangkat," ujar Sarah. Ekspresinya sedikit meringis kala merasakan mulas semakin terasa.

Ia tak ingin membuat bi Ami khawatir. Sosok Sarah benar-benar berubah, itu semua karena perceraian yang dialaminya. Menjadi wanita kuat dan tegar, jika masih dipertemukan ia ingin mantan suaminya itu tahu bahwa keadaan yang membuatnya seperti ini.

"Berangkat kemana?" tanya bi Ami bingung.

"Perutku kok agak mules ya, Bi. Padahal, perkiraan 'kan satu Mingguan lagi." Sarah mengusap perutnya karena bayi itu menendang.

"Kontraksi?" tanya bi Ami.

"Mules aja, Bi. Bukan kontraksi yang bagaimana, kita ke rumah bu bidan saja," ajak Sarah.

Karena takut melahirkan, bi Ami langsung membawa perlengkapan bayi. Lokasi ke rumah bidan lumayan jauh. Namun, hanya ada tukang ojek alat transportasi di malam begini.

"Naik ojek gak apa-apa?" tanya bi Ami.

"Gak apa-apa, Bi." Sarah pun berpegangan ke bagian belakang motor, dan bi Ami naik motor lain.

"Pelan-pelan ya, Pak," ujar Sarah pada tukang ojek itu.

"Iya, Neng. Kita ke rumah bu bidan 'kan?" tanya tukang ojek itu.

"Iya, Pak," jawab Sarah.

Motor melaju dengan kecepatan sedang, kebetulan di tempat bidan itu ada yang melahirkan juga. Sehingga, mau tak mau Sarah dan bi Ami pergi ke rumah sakit terdekat.

Dan betul saja, Sarah sudah pembukaan 7 saat diperiksa oleh perawat di rumah sakit itu. Bi Ami pun ikut serta ke ruangan bersalin karena Sarah ingin wanita itu terus bersamanya.

"Aduh, Bi. Perutku semakin mules," rintih Sarah.

"Yang tenang ya, berdoa. Semuanya akan baik-baik saja, Bibi akan terus menemanimu di sini." Bi Ami mencekal lengan Sarah seakan memberikan kekuatan. Tidak bisa dibayangkan akan hal itu. Bi Ami sudah cukup berpengalaman.

"Yang kuat, ikuti apa kata dokter," ujar bi Ami lagi. Sarah mengangguk sambil meringis.

Sekuat apa pun ia, di sinilah titik di mana ia menaruhkan nyawa. Sarah menitikkan air mata setelah lamanya. Dalam hati, ia mengingat mantan suaminya. Bagaimana pun, ia akan melahirkan anak mantan suaminya itu. Berjuang sendiri tanpa ada lelaki yang menemani itu terasa sakit. Takdir membuatnya getir, ia yakin dirinya bisa melewati cobaan ini. Kebahagiaan menantimu, Sarah.

Rasa gelisah mulai dirasakan, rasa sakit itu bercampur. Sedih, bahagia, ia telan sendiri. Semakin ke sini, mulas itu semakin dekat jaraknya. Ia terus mengikuti apa kata dokter, mengatur napas sebisa mungkin. Bi Ami pun mendoakan, ayat-ayat suci ia panjatkan lalu meniupkannya di ubun-ubun wanita yang akan melahirkan itu.

"Ya, terus, Bu. Sedikit lagi," kata dokter.

Dokter sendiri pun ikut gereget karena kepala bayi sudah terlihat, tapi sepertinya ibu calon bayi itu sudah kehabisan tenaga. Selang inpus mulai dipasang, oksigen pun dipasang untuk membantu pernapasan.

"Suaminya ke mana, Bu?" tanya dokter.

"Suami saya kerja, Dok," jawab Sarah, supaya tidak ada masalah terpaksa ia berbohong.

Dokter pun tidak lagi menanyakan keberadaan suami pasien. Sarah berjuang kembali untuk melahirkan anaknya.

"Tarik napas, Bu." Dokter memperagakan apa yang disuruh.

Sarah pun melakukan itu, ia kembali memposisikan diri. Memegang kedua paha sebagai pegangan. Perasaan itu tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, rasanya ajal sudah mau menjemputnya.

"Ayo, Bu. Sekali dorongan lagi saya yakin bayinya akan keluar," seru dokter.

Kepala bayi yang sudah terlihat pun kembali ke dalam karena Sarah tak kuat mendorongnya. Tubuhnya benar-benar sudah lemas.

"Ayo, Sarah. Kamu pasti bisa." Bi Ami terus mendampingi. Terus mengusap kepala Sarah yang nampak sudah basah karena keringat.

"Bu, tolong dikasih minum dulu," ujar dokter kepada bi Ami.

Sarah minum terlebih dulu, kali ini ia harus bisa. Dengan sekali dorongan, akhirnya Sarah berhasil. Ia berteriak menyebut nama mantan suaminya.

"Mas Farhan ...," teriak Sarah kencang.

Suara tangisan bayi pun menggema di ruang bersalin.

Sementara di tempat lain.

Farhan yang sedang duduk sambil menatap bulan di depan jendela kamar hotel, ditemani secangkir kopi. Namun, tak sengaja kopi itu terjatuh dan gelas kopi pun pecah. Ada getaran aneh pada dirinya, kenapa tiba-tiba ia teringat mantan istrinya yang kini tidak tahu akan keberadaannya.

"Pak, Bapak tidak apa-apa?" Bayu yang ikut bermalam di sana pun mendengar cangkir terjatuh.

"Tidak apa-apa, ini hanya gelas jatuh," jawab Farhan. Lalu, pria itu beranjak dan menanyakan akan kartu yang dipegang Sarah. Sudah sembilan bulan tidak ada kabar sama sekali dari kartu yang dipegang wanita itu.

Bayu menggelengkan kepala, karena kartu itu benar-benar tidak digunakan.

"Kalau Bapak masih penasaran saya bisa mencari tahu soal bu Sarah," kata Bayu.

"Tidak usah, saya hanya heran kenapa Sarah tidak menggunakannya?" Hidup di dunia ini butuh uang, lalu bagaimana nasib wanita itu tanpa pasilitas darinya? Sarah tidak bisa dalam satu bulan tanpa shooping. Wanita itu sudah terbiasa hidup mewah selama menjadi istrinya.

"Saya mau istirahat saja kalau begitu." Farhan menuju tempat tidur dan merebahkan tubuhnya di sana.

Ponsel yang sejak tadi berdering pun ia acuhkan, ia tahu yang menghubunginya pasti Nadia. Karena wanita itu juga membuatnya selalu berpikir buruk tentang Sarah. Kini, ia tahu motif wanita itu. Nadia senang jika dirinya berpisah dengan Sarah.

Farhan mengabaikan panggilan dari wanita itu dan ia memilih untuk tidur. Karena mulai besok ia akan melihat beberapa lamaran secara langsung. Keantusiasan warga menyambut lapangan kerja cukup bagus. Ia yakin dengan begini perusahaan cabangnya akan berkembang dengan sangat pesat.

***

Sarah menatap bayi mungil laki-laki itu, wajahnya begitu mirip dengan mantan suaminya.

"Bi, dia mirip sekali dengan mas Farhan," ujar Sarah sambil tersenyum getir.

"Kan anaknya," jawab bi Ami.

Mendengar itu, Sarah malah tersenyum. Sungguh malang nasib anak itu, harus terlahir tanpa sosok ayah yang menyambutnya.

"Maafkan Ibu," ucap Sarah.

Sarah bermalam di rumah sakit, dan akan pulang esok hari. Beruntung, ia sudah melampirkan lamaran kerjanya beberapa hari lalu. Semoga, ia diterima. Ia melamar bagian apa saja yang penting diterima kerja. Pabrik baru pasti membutuhkan semua bagian. Asal, jangan bagian sewing karena ia tidak bisa menjahit.

Lulusannya pun hanya SMA, jadi cleaning servic pun tidak masalah.

Sampai keesokkan harinya, Sarah pulang bersama bayi itu juga bi Ami.

"Angkot sudah menunggu di depan, biaya rumah sakit pun sudah Bibi bayar," kata bi Ami.

"Terima kasih, Bi. Setelah kerja nanti aku ganti semua uang Bibi," ujar Sarah.

"Jangan terlalu memikirkan itu, yang penting kamu sehat dulu. Ngomong-ngomong, siapa nama bayi ini?"

"Aku belum siapkan nama, Bi. Nanti saja di rumah ya."

***

Farha melihat CV yang sudah di terima, tinggal menunggu bahan-bahan perusahaan akan dibuka. Dengan adanya karyawan lebih dulu pabrik akan langsung beroperasi. Semua CV ia cek satu persatu.

Hingga akhirnya ia menemukan CV bernama Sarah Amalia. Lalu melihat foto copy KTP, wajahnya tidak terlalu begitu jelas. Namun, ia heran kenapa ada wanita yang kelahirannya sama dengan mantan istrinya? Tapi dari KTP itu bahwa tempat tinggalnya asli dari kota Bandung.

"Nama Sarah Amalia itu banyak, ini hanya kebetulan saja." Farhan menepis dugaannya, mungkin ia terlalu kepikiran akan mantan istrinya itu berada. Tidak mungkin juga wanita manja sepertinya mau bekerja di pabrik.

_

_

Dukungannya jangan lupa ya, bisa kasih poin bunga atau kopi, bisa juga kasih vote setiap minggunya, biar aku semakin semangat, ayo jangan pelit bagi poinnya🤭🤭🤭

Terpopuler

Comments

Larasati

Larasati

semangat Sarah demi si boy , suatu saat si Farhan pasti nyesel

2025-01-04

0

Jetty Eva

Jetty Eva

Kau lelaki bidoh Farhan..gampang dihasut sama ulat bulu...

2025-02-26

0

Sulis Tyawati

Sulis Tyawati

semangat sarah,,,, kamu pasti bisa

2024-11-05

0

lihat semua
Episodes
1 Part 1
2 Part 2
3 Part 3
4 Part 4
5 Part 5
6 Part 6
7 Part 7
8 Part 8
9 Part 9
10 Part 10
11 Part 11
12 Part 12
13 Bab 13
14 Part 14
15 Part 15
16 Part 16
17 Part 17
18 Part 18
19 Part 19
20 Part 20
21 Part 21
22 Bab 22
23 Part 23
24 Part 24
25 Part 25
26 Part 26
27 Part 27
28 Part 28
29 Part 29
30 Part 30
31 Part 31
32 Part 32
33 Part 33
34 Part 34
35 Part 35
36 Part 36
37 Part 37
38 Part 38
39 Part 39
40 Part 40
41 Part 41
42 Part 42
43 Part 43
44 Part 44
45 Part 45
46 Part 46
47 Part 47
48 Part 48
49 Part 49
50 Part 50
51 Part 51
52 Part 52
53 Part 53
54 Part 54
55 Part 55
56 Part 56
57 Part 57
58 Part 58
59 Part 59
60 Part 60
61 Part 61
62 Part 62
63 Promo Karya
64 Part 63
65 Part 64
66 Part 65
67 Part 66
68 Part 67
69 Part 68
70 Part 69
71 Part 70
72 Part 71
73 Part 72
74 Part 73
75 Part 74
76 pengumuman
77 Part 75
78 Part 76
79 Part 77
80 Part 78
81 Bab 79
82 Part 80
83 Part 81
84 Part 82
85 Part 83
86 Part 84
87 Part 85
88 Part 86
89 Part 87
90 Part 88
91 Part 89
92 Part 90
93 Part 91
94 Cerita Baru
95 Judul : Benih Yang Kau Titipkan
96 JANGAN JADIKAN ISTRIMU PENGEMIS
97 Novel Baru : Istri Kedua Yang Terabaikan
Episodes

Updated 97 Episodes

1
Part 1
2
Part 2
3
Part 3
4
Part 4
5
Part 5
6
Part 6
7
Part 7
8
Part 8
9
Part 9
10
Part 10
11
Part 11
12
Part 12
13
Bab 13
14
Part 14
15
Part 15
16
Part 16
17
Part 17
18
Part 18
19
Part 19
20
Part 20
21
Part 21
22
Bab 22
23
Part 23
24
Part 24
25
Part 25
26
Part 26
27
Part 27
28
Part 28
29
Part 29
30
Part 30
31
Part 31
32
Part 32
33
Part 33
34
Part 34
35
Part 35
36
Part 36
37
Part 37
38
Part 38
39
Part 39
40
Part 40
41
Part 41
42
Part 42
43
Part 43
44
Part 44
45
Part 45
46
Part 46
47
Part 47
48
Part 48
49
Part 49
50
Part 50
51
Part 51
52
Part 52
53
Part 53
54
Part 54
55
Part 55
56
Part 56
57
Part 57
58
Part 58
59
Part 59
60
Part 60
61
Part 61
62
Part 62
63
Promo Karya
64
Part 63
65
Part 64
66
Part 65
67
Part 66
68
Part 67
69
Part 68
70
Part 69
71
Part 70
72
Part 71
73
Part 72
74
Part 73
75
Part 74
76
pengumuman
77
Part 75
78
Part 76
79
Part 77
80
Part 78
81
Bab 79
82
Part 80
83
Part 81
84
Part 82
85
Part 83
86
Part 84
87
Part 85
88
Part 86
89
Part 87
90
Part 88
91
Part 89
92
Part 90
93
Part 91
94
Cerita Baru
95
Judul : Benih Yang Kau Titipkan
96
JANGAN JADIKAN ISTRIMU PENGEMIS
97
Novel Baru : Istri Kedua Yang Terabaikan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!