Part 19

Sarah tengah membangunkan anaknya, biasanya wanita itu kesusahan saat membangunkan Putra. Tapi kali ini tidak karena bocah itu teringat akan keberadaan papanya. Saat Putra membuka mata, yang ditanyakannya adalah papanya.

"Ma, papa di mana? Apa dia tidak ada lagi dan pergi meninggalkanku?"

Sarah tak langsung menjawab karena anaknya itu langsung turun dari tempat tidur untuk mencari papanya.

"Papa ...," panggil Putra. Tak ada jawaban membuatnya langsung menangis. "Papa ...," tangis Putra pecah.

"Papa di sini," jawab Farhan. Ternyata lelaki itu tengah sarapan karena tergiur akan aroma nasi goreng yang dibuat oleh mantan istrinya. Farhan langsung beranjak memangku anaknya yang tengah menangis.

Ia pun membawa Putra ke kamar mandi untuk cuci muka terlebih dulu. Setelah itu kembali sarapan, di dapur terdapat meja kecil dan satu kursi sehingga Farhan mendudukkan anaknya di pangkuannya. Lalu sarapan bersama dan menyuapi anaknya itu.

Mereka makan begitu lahap, entah makanannya enak atau memang keduanya kelaparan. Tapi, di balik itu ada seorang wanita tengah tersenyum melihat mereka. Putra yang tak pernah mendapatkan perhatian dari papanya kini merasakannya.

Tanpa terasa, Sarah menitikkan air mata. Namun, buru-buru ia usap air mata yang sudah membasahi pipi disaat Farhan menoleh ke arahnya.

"Mama, sini." Putra melambaikan tangan. Anak sekecil itu belum mengerti akan perceraian, yang ia tahu, ia dan ayahnya terpisah dengan waktu yang cukup lama.

"Kalian saja yang sarapan, Mama mau nyuci." Sarah pun pergi ke kamar mandi, karena hanya tempat itu tempat mencuci. Mandi dan sebagainya dilakukan dalam satu ruangan.

Seusai sarapan, Farhan menemui Sarah di dapur. Kamar mandi terbuka lebar membuatnya dapat melihat apa yang tengah dilakukan mantan istrinya itu.

"Kenapa tidak menggunakan mesin cuci?" tanya Farhan, dan itu membuat Sarah menghentikan aktivitasnya.

"Apa kamu tidak melihat? Di sini tidak ada mesin cuci," jawab Sarah apa adanya.

"Aku 'kan kemarin mengirimkan mesin cuci, apa kamu tidak tau?"

"Oh, itu kamu yang kirim. Tapi kedua tanganku masih sanggup mengerjakannya, jadi aku tidak butuh mesin cuci itu." Jawabnya dan langsung melanjutkan aktivitasnya.

Farhan hanya bisa menghela napas panjang. Sarah memang benar sudah berubah, bahkan nada bicaranya pun tak selembut dulu. Tidak ada lagi sosok manja darinya.

***

Di depan rumah bi Ami terparkir sebuah motor matic, seorang pria yang baru saja turun dari kendaraannya. Membawa sesuatu yang akan diberikan kepada Sarah. Siapa lagi kalau bukan Ramdan, pria yang saat ini tengah berusaha mendapatkan hati seorang janda itu.

Tiba di sana, Ramdan menyapa bi Ami yang tengah menyapu di halaman rumah. Pria itu juga melihat sebuah mobil mewah, ia tahu siapa pemilik mobil tersebut. Sebelum dirinya menemui Sarah, ia ingin menanyakan suatu hal kepada bi Ami.

Bi Ami dan Ramdan nampak berbincang, pria itu sedikit tidak percaya diri. Dirinya harus bersaing dengan pemilik perusahaan garment itu. Tapi, mendengar cerita bi Ami ada kemungkinan Sarah menolak pria itu. Niatnya, yang penting berusaha. Ditolak atau diterima itu urusan belakangan.

"Ya udah kalau begitu, aku temui Sarah dulu ya, Bi," pamit Ramdan.

Kebetulan, saat ia tiba, Sarah tengah menjemur pakaian. Dan Ramdan langsung menyapa. Pria itu memang setiap minggu menemui Sarah, walau hanya sekedar mengantarkan makanan. Dan kali ini pun kedatangannya untuk mengantarkan makanan.

"Om Ramdan," panggil Putra berteriak dari dalam rumahnya.

Ramdan juga cukup dekat dengan anak Sarah. Sering kali pria itu membelikan mainan. Sarah juga sering menolak karena merasa tidak enak dengan cara pria itu yang berlebihan memberi hadiah.

Apa lagi, umur pria itu dibawah Sarah. Ramdan berusia 28 tahun, lebih muda dua tahun dari Sarah. Seorang karyawan garment yang bekerja dibagian offis.

Farhan yang berada di dalam pun langsung keluar, rasanya ia tidak suka jika ada lelaki yang mencoba mendekati mantan istrinya. Karena rencananya ia akan mengajak Sarah rujuk, tapi setelah urusannya selesai dengan calon istrinya itu. Perlahan, ia akan mengajak wanita itu bicara. Semoga wanita itu mengerti akan keberadaan Putra.

Mungkin, Celine akan merasakan sakit hati. Tapi inilah kenyataannya, ia memiliki seorang anak yang mesti ia jaga. Selagi belum terlambat kenapa tidak?

"Ehem." Farhan mencoba bersuara untuk memberi tanda bahwa dirinya ada di sana.

Ramdan melihatnya sekilas, lalu mendekati Sarah dan memberikan bawaannya. Sarah pun menerimanya.

"Terima kasih," ucap Sarah.

"Sama-sama, aku langsung pulang ya?" Ramdan melihat tatapan tajam mantan suami Sarah, ia takut masalah ini berimbas pada pekerjaannya.

***

Sarah meletakkan makanan dari Ramdan, ternyata benar, laki-laki itu membawakannya makanan. Sarah yang kelaparan pun langsung menyantapnya.

"Putra mau tidak?" tanya Sarah.

Putra yang sedang bermain pun menggelengkan kepala, ia asyik bermain mainan baru yang dibelikan Farhan.

"Kenapa tidak bilang kalau kamu pesan makanan pada pria itu? Kalau hanya membelikan bubur aku masih bisa mencarinya di depan jalan sana," ujar Farhan tiba-tiba.

"Aku tidak meminta dia membawakan makanan untukku, dia memang sering ke sini membawakanku makanan, untuk Putra juga. Dia sangat baik dan perhatian," puji Sarah tentang Ramdan.

Sepertinya ini tidak bisa dibiarkan, Farhan akan secepatnya membicarakan masalah ini dengan Celine, walau bagaimana pun, ia memiliki seorang anak. Anak yang seharusnya tinggal bersamanya, memiliki keluarga yang utuh adalah impian semua orang, termasuk dirinya. Apa lagi setelah adanya Putra.

Hari sudah mulai sore.

Farhan tengah membujuk Putra, ia harus segera pulang ke Jakarta karena ada urusan yang harus segera diselesaikan. Anak itu akhirnya mengerti setelah dibujuk beberapa orang termasuk bi Ami.

"Tapi Papa janji ya, jangan tinggalin Putra lagi," kata anak kecil itu.

"Iya Papa janji, secepatnya Papa akan menjemput kalian."

Sarah langsung menoleh ke arah mantan suaminya saat mendengar yang akan menjemputnya juga. Apa pria itu akan mengajaknya rujuk? pikirnya

Drama di sore hari pun selesai, Farhan sudah pulang dan kini hanya menyisakan bi Ami di rumah kontrakkan itu.

"Bi, besok aku mau menemui Wita. Aku titip Putra sebentar ya, sorenya juga aku langsung pulang. Aku sudah janji akan menemuinya, sekalian mau ambil baju yang aku pesan," kata Sarah.

"Iya, pergilah. Sekali-kali jangan di rumah terus," ujar bi Ami.

"Aku juga sudah ngomong sama Putra, dan dia mengizinkan asal aku pulangnya bawa mainan."

Sarah menatap Putra yang masih asik main robot-robotan.

...----------------...

Selama nunggu aku up lagi, kalian bisa baca karyaku yang berjudul KETULUSAN CINTA ALUNA, minta bantuan dari reader karena itu karya lomba, siapa tau kalian mau dukung😁😁 gak banyak kok babnya, hanya 30 bab saja. Ceritanya bikin mewek, perjuangan seorang istri untuk mendapatkan cinta dari suaminya. Oke ditunggu juga di sana ya untuk dukungannya, terima kasih🥰🥰😊😊

Terpopuler

Comments

Mrs. Labil

Mrs. Labil

jadi mksud km mau rujuk krn ank ? bukan masih atw baru jatuh cinta ma mantan istri ? 🙄

2024-05-02

0

Jong Nyuk Tjen

Jong Nyuk Tjen

farhan laki2 ga bener , gampang bnget cerai in sarah n skrng gampang banget jg mw pisah am calon istrinya. Laki2 ga pny perasaan n pendirian

2024-04-07

2

Neni Afriani

Neni Afriani

mudah bgt Farhan mau ngebatalin acara sama Celine n rujuk sama mantannya,,,g bertanggung jawab bgt tu laki...klo bisa Sarah jgn sampe balikan sama dia,,,
dia minta cerai,,,dia jg yg pengen rujuk...anehhh

2024-03-02

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 96 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!