Ruby sudah selesai membuatkan kopi lagi dan mengantarkannya ke ruangan Dinan.
“Ini kopinya, Pak.” Ruby kembali meletakkan secangkir kopi di meja kerja Dinan. “Saya permisi.”
Ruby hendak keluar dari ruangan itu, tapi Dinan menahannya.
“Tunggu dulu!”
“Ada apa, Pak?”
“Saya harus pastikan jika kopi ini sudah layak di minum, tidak seperti yang tadi.”
Ruby hanya terdiam sambil menelan ludah, dia merasa cemas, takut Dinan kembali marah karena rasa kopinya tak sesuai dengan seleranya.
Dengan perlahan Dinan mengangkat cangkir kopi itu lalu menyeruputnya.
“Kopinya masih pahit!” Ucap Dinan sembari menatap Ruby. “Kamu ini gimana, sih?”
Ruby tercengang. “Ta-tapi saya sudah menambahkan gula yang banyak, Pak.”
“Kalau begitu coba kamu cicipi kopinya!” Dinan menyodorkan cangkir kopi itu ke hadapan Ruby.
“Tapi, Pak ....”
“Sudah cepat cicipi!” Desak Dinan.
Dengan sedikit ragu, Ruby pun mencicipi kopi buatannya itu.
“Bagaimana?” Tanya Dinan.
“Kopinya sudah cukup manis kok, Pak.” Jawab Ruby yakin.
Dinan mengerutkan keningnya. “Masa, sih?”
“Coba sini!” Dinan mengambil cangkir kopi itu dari tangan Ruby kemudian meminumnya kembali.
Ruby terkesiap melihat Dinan mau meminum bekas dirinya.
“Iya, sekarang sudah terasa manisnya.” Imbuh Dinan setelah meminum kopi itu untuk kedua kalinya.
Ruby kembali tercengang mendengar penuturan Bosnya itu, dia tidak habis pikir bagaimana rasa kopi itu bisa berubah-ubah di mulut Dinan dalam waktu sekejap?
“Baiklah, kalau begitu sekarang kamu boleh keluar. Terima kasih kopinya.”
“Iya, Pak. Saya permisi.” Ruby bergegas keluar dari ruangan Dinan dengan perasaan bingung.
Dinan tersenyum melihat Ruby menghilang di balik pintu, sedangkan Hanan hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah lelaki itu.
“Bagaimana aktingku? Sudah meyakinkan belum?” Tanya Dinan.
“Sudah, kau memang sangat mahir bersandiwara. Sudah seperti aktor papan atas.”
“Hahaha” Dinan tergelak. “Sepertinya aku akan pertimbangkan untuk jadi aktor.”
Hanan menghela napas.
“Kira-kira menurutmu, apa ini sudah cukup untuk mengubah pemikiran jelek mereka tentang Ruby?”
Tanya Dinan.
“Sepertinya sudah, aku yakin saat ini mereka pasti sedang membahas siapa orang yang merekomendasikan Ruby.” Tebak Hanan.
“Baguslah, biarkan mereka penasaran dan bertanya-tanya. Itu lebih baik, daripada mereka menuduh Ruby menggodaku.”
“Iya, mereka tidak tahu saja jika sebenarnya kau yang menggoda dia.” Ledek Hanan.
Dinan kembali tertawa.
“Tadi aku sempat merasa bersalah karena marah-marah kepadanya, aku takut dia membenciku.” Sesal Dinan.
“Aku rasa itu tidak mungkin, dia pasti bisa memakluminya.” Balas Hanan yakin.
“Semoga saja.”
Rupanya Hanan menyampaikan apa yang dia dengar di Pantry kemarin kepada Dinan dan mereka sepakat menyusun sandiwara ini untuk menepis anggapan buruk karyawan lain terhadap Ruby.
💘💘💘
Ruby masih termenung memikirkan semua keanehan yang terjadi.
“Pertama, dia tidak mengingat aku. Kedua sikapnya sering berubah-ubah dan cenderung aneh. Apa jangan-jangan dia punya kembaran atau kepribadian ganda?”
“Terus siapa orang yang dia maksud telah merekomendasikan aku untuk menjadi asisten pribadinya? Aku jadi penasaran.”
Hanan tiba-tiba keluar dari ruangan Dinan, Ruby pun memanfaatkan momen ini untuk bertanya demi menjawab rasa penasarannya.
Ruby bergegas beranjak dan menahan langkah Hanan. “Maaf, Mas. Boleh bicara sebentar?”
Hanan menghentikan langkahnya dan memandang Ruby. “Boleh, ada apa?”
Ruby sedikit gugup. “Hem, itu ... tadi kan Pak Bos bilang bahwa ada seseorang yang merekomendasikan saya untuk menjadi asisten pribadinya. Siapa orang itu, Mas?”
Hanan tersenyum lalu melangkah mendekati Ruby. “Kamu tidak perlu tahu, yang penting kamu bekerja dengan baik dan jangan mengecewakan dia.”
Ruby terdiam.
“Ya sudah, saya tinggal dulu.” Ujar Hanan dan kembali melanjutkan langkahnya, meninggalkan Ruby yang masih terdiam dalam kebingungan serta rasa penasaran.
“Sebenarnya siapa orang itu? Kenapa dia ingin aku menjadi asisten pribadinya Bos, ya?” Ruby masih bertanya-tanya pada dirinya sendiri sebab tak mendapatkan jawaban dari Hanan.
Ponsel Ruby bergetar, ada sebuah pesan chat dari Jojo yang menanyakan keadaannya. Ruby pun membalas pesan dari Jojo itu dan mereka berjanji akan makan siang bersama di kantin bersama Sinta dan Safira juga.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan jam makan siang, Ruby bersiap untuk segera ke kantin bersama adik dan juga teman-temannya. Baru tiga langkah dia berjalan dari meja kerjanya, suara Dinan sudah terdengar.
“Kamu mau ke mana?”
“Mau makan siang kantin, Pak.” Jawab Ruby.
“Kamu makan siangnya di restoran bersama saya.”
“Tidak usah, Pak. Saya makan di kantin saja dengan teman-teman yang lain.” Tolak Ruby.
“Kamu tahu, asisten pribadi saya itu harus selalu ada di dekat saya, termasuk saat makan siang.”
Wajah Ruby berubah sendu, dia sudah berjanji dengan Jojo dan yang lainnya untuk makan siang bersama.
Dinan menyadari perubahan raut wajah asistennya itu. “Kenapa? Kamu tidak mau makan bersama saya?”
Ruby menggeleng cepat. “Eh, tidak, Pak. Bukan begitu.”
“Kalau begitu, ayo! Saya sudah lapar.” Dinan melangkah melewati Ruby. Dengan terpaksa janda cantik itu pun mengikutinya.
Akhirnya Dinan dan Ruby makan siang bersama di sebuah restoran tak jauh dari kantor mereka, Ruby sudah mengirim pesan ke Jojo, bahwa dia tak bisa makan siang bersama mereka karena harus menemani Bosnya itu.
Safira juga mengirimkan pesan ke Ruby dan protes sebab merasa iri karena sang Kakak bisa makan siang bersama Bos kesayangannya itu, tapi Ruby hanya mengatakan jika dia terpaksa dan sama sekali tidak merasa senang.
Dan benar saja, selama makan siang, Ruby terlihat tak bersemangat, dia hanya makan dalam diam, sama sekali tak berniat untuk bicara dengan Dinan. Ada rasa segan, canggung bercampur malu di hatinya.
Sementara Dinan justru makan dengan lahap sembari sesekali melirik janda cantik yang duduk di hadapannya itu.
Tanpa diduga Dinan mengambilkan sepotong daging dan meletakkannya di piring Ruby. “Ini, makan yang banyak! Agar kamu ada tenaga untuk melayani saya.”
Ruby sontak menatap Dinan dengan mata melotot, kalimat lelaki itu terdengar vulgar di telinganya.
“Maksudnya melayani keperluan saya di kantor.” Ralat Dinan cepat.
Ruby hanya mengangguk sambil memaksakan senyuman, lalu kembali melanjutkan makannya. Begitu juga dengan Dinan.
💘💘💘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Kusii Yaati
bang Dinan ih omongannya ambigu banget...bikin si janda cantik jadi salah mengartikan😂
2023-09-01
1
fajar Rokman.
widih.. modusnya abang..
2023-08-29
1
Sulaiman Efendy
JIAAAA DINAN MODUS TU, BIAR RASAKN BEKAS BIBIR RUBY DI CANGKIR KOPINYA..
2023-06-12
1