Episode 5.

Ruby masih mengecek berkas-berkas di hadapannya, masih ada beberapa berkas lagi yang belum selesai, padahal ini sudah memasuki jam makan siang. Jojo dan Sinta yang melihat Ruby masih bekerja segera menghampiri wanita itu.

“By, kamu tidak makan siang?” Tanya Jojo.

Ruby menggeleng tapi masih fokus pada berkas-berkas itu. “Tidak, Jo. Aku harus menyelesaikan ini.”

“Kan bisa dilanjutkan nanti lagi, By.” Ujar Sinta.

“Takut tidak selesai hari ini, soalnya masih banyak banget.” Sahut Ruby.

“Memangnya kamu tidak lapar?” Jojo memastikan.

“Belum, sih. Lagi pula aku memang sudah terbiasa jarang makan siang.”

“Ya sudah, kalau begitu kami makan siang dulu, ya?” Ucap Jojo.

Ruby mengangguk. “Iya.”

Ruby kembali melanjutkan pekerjaannya setelah Jojo dan Sinta berlalu, suasana menjadi hening karena hanya ada Ruby seorang. Tiba-tiba Dinan datang dan berdiri di depan Ruby sambil bersedekap.

“Kenapa kamu tidak makan siang?”

Ruby sontak mengangkat kepalanya memandang Dinan. “Hemm, sa-saya masih ada pekerjaan, Pak.”

“Kamu bisa melanjutkan pekerjaanmu setelah makan siang, saya tidak ingin karyawan saya sakit dan mengganggu kinerja perusahaan ini.” Ujar Dinan tegas.

“Tapi, Pak ....”

“Tinggalkan pekerjaan kamu dan pergi makan siang!” Pinta Dinan tegas.

“I-iya, Pak.”

Dinan pun melangkah pergi, Ruby juga terpaksa ikut beranjak dari duduknya dan berjalan menuju kantin. Dia tak berani membantah Bosnya itu, tapi hatinya semakin bertanya-tanya tentang sikap Dinan.

Ruby celingukan mencari bangku kosong yang kiranya bisa dia duduki, ditangannya sudah ada seporsi nasi soto dan segelas air mineral.

“Ruby!” Sinta berteriak sambil melambaikan tangan. “Sini!”

Ruby tersenyum dan bergegas menghampiri meja tempat Jojo dan Sinta duduk.

“Aku kirai kamu benar-benar tidak akan makan siang.” Celetuk Jojo.

“Tadinya begitu, tapi Bos menyuruhku untuk makan siang. Aku tidak berani membantahnya.” Ujar Ruby.

Jojo menautkan kedua alisnya.” Bos? Sejak kapan dia peduli dengan bawahannya?”

Ruby hanya menaikkan kedua bahunya.

“Jangan-jangan Bos suka sama kamu, By. Makanya dia jadi perhatian begitu.” Sela Sinta asal.

Ruby menggeleng. “Kamu ada-ada saja!”

“Iya, kamu ini bicara apa? Tidak mungkin lah, Bos kan sudah punya pacar dan katanya sebentar lagi akan bertunangan.” Bantah Jojo.

“Itu kan baru rumor, Jo. Belum tentu benar.” Sanggah Sinta.

“Tapi seisi kantor ini sudah tahu berita itu, Sin.”

Ruby hanya mendengarkan perdebatan kedua temannya itu sambil menikmati nasi soto di hadapannya, dia tak ada waktu untuk bersantai sebab harus segera melanjutkan pekerjaannya. Lagian dia memang tidak tahu sama sekali tentang kehidupan Bosnya itu.

“Kakak.” Safira tiba-tiba menghampiri Ruby.

“Eh, Fira. Sini duduk!” Ruby mempersilahkan Safira duduk di sampingnya.

Jojo dan Sinta terkesiap, mereka memandang Ruby juga Safira bergantian.

“Kakak? Kalian saudara?” Jojo memastikan.

Safira dan Ruby mengangguk secara bersamaan.

“Pantas sama-sama cantik.” Imbuh Jojo sambil senyum-senyum sendiri.

“Dasar mata keranjang!” Cibir Sinta.

“Nyinyir banget!” Balas Jojo.

Ruby dan Safira hanya tertawa.

“Oh iya, Ruby minta nomor teleponnya, dong. Biar nanti aku masukkan ke grup karyawan, jadi kamu bisa kenalan dengan yang lainnya.” Ujar Sinta.

Ruby pun memberikan nomor teleponnya dan Sinta langsung memasukkannya ke dalam grup.

Beberapa orang karyawan pun menyapa Ruby di dalam grup.

“Wah, grup langsung ramai.” Sinta sibuk membaca dan membalas chat karyawan lain yang menyapa Ruby, sementara Ruby sendiri malah buru-buru makan sebab dia masih harus menyelesaikan tugasnya.

💘💘💘

Waktu bergulir dengan cepat, tak terasa sudah waktunya pulang, tapi Ruby masih sibuk mengerjakan tugas yang diberikan Yuka kepadanya. Dia bahkan sudah mengirimkan pesan kepada Safira agar pulang lebih dulu dan jangan menunggunya.

“Belum selesai juga, By?” Tanya Jojo.

“Belum, satu lagi.” Jawab Ruby.

“Apa tidak sebaiknya dilanjutkan besok saja?” Cetus Sinta.

“Aku tidak enak, ini kan masih hari pertama, masa aku sudah gagal.”

“Bu Yuka memang keterlaluan! Sepertinya dia sengaja ingin mengerjai kamu.” Gerutu Jojo.

“Bu Yuka gitu, loh! Paling bisa kalau buat orang lain susah dan kesal.” Sinta menimpali.

“Ada apa ini? Kenapa kalian belum pulang?” Suara bariton Dinan tiba-tiba mengagetkan ketiga orang itu.

“Kami sedang menunggu Ruby, Pak.” Sahut Jojo sopan.

“Iya, Pak. Ruby masih menyelesaikan pekerjaannya.” Ujar Sinta dengan senyum mengembang.

“Apa tidak bisa dilanjutkan besok saja?” Tanya Dinan.

“Ka-kata Bu Yuka harus selesai hari ini juga, Pak. Lagi pula tinggal satu lagi, kok. Habis ini juga selesai.” Sahut Ruby sedikit gugup.

Dinan mengernyitkan keningnya. “Yuka?”

Ruby mengangguk. “I-iya, Pak.”

“Kalau begitu kalian berdua pulang saja, biarkan Ruby menyelesaikan tugasnya.” Pinta Dinan kepada Jojo dan Sinta.

“Tapi, Pak ....” Jojo sedikit keberatan.

“Ini perintah!” Lanjut Dinan tegas sehingga Jojo tak sempat melanjutkan kata-katanya.

“Baik, Pak.” Jojo pasrah lalu beralih memandang Ruby. “By, kami duluan, ya?”

Ruby mengangguk dengan wajah sendu. “Iya.”

“Permisi, Pak.” Jojo dan Sinta berpamitan pada Dinan.

“Hem.”

Jojo dan Sinta pun bergegas pergi meninggalkan Ruby dengan perasaan cemas.

“Mari saya bantu!” Dinan berjalan mendekati Ruby dan membungkuk di sampingnya dengan jarak yang cukup dekat.

Ruby semakin gugup dan tidak enak hati. “Eh, ti-tidak usah, Pak! Biar saya saja.”

Dinan tak menggubris penolakan Ruby, dia mengambil alih berkas di hadapan wanita itu lalu mulai membantu.

Ruby terpaku menatap wajah tampan Dinan dari jarak sedekat itu, dan dia menyadari bahwa Bosnya itu memang sangat rupawan. Pantas saja Safira begitu mengidolakan lelaki itu.

“Kenapa kamu memandangi wajah saya? Terpesona?” Ledek Dinan tanpa menoleh ke arah Ruby, dia masih fokus pada berkas di hadapannya.

Ruby yang tersentak dari lamunannya mendadak salah tingkah. “Oh, hem ... sa-saya hanya itu ... anu ....”

Dinan beralih memandang Ruby. “Kenapa kamu gugup begitu?”

“Haa ...? Ti-tidak kok, Pak!” Sanggah Ruby, dia semakin salah tingkah karena Dinan menatapnya.

Dinan pun kembali fokus pada berkas di hadapannya, sedangkan Ruby berusaha menenangkan diri dari kegugupannya. Dia heran, bagaimana Dinan bisa tahu jika tadi dia memandanginya? Padahal lelaki itu tidak melihat ke arahnya.

Untuk beberapa saat, suasana hening, tak ada pembicaraan di antara mereka. Ruby dan Dinan bekerja sama menyelesaikan pekerjaan itu agar cepat selesai lalu mengirimkannya ke Yuka.

“Sudah selesai.” Ujar Dinan sembari menutup berkas di hadapannya.

“Terima kasih, Pak.”

“Sekarang cepat bereskan meja kerja kamu! Setelah itu biar saya antar pulang.”

Ruby terkesiap dan sontak menolak tawaran Dinan. “Eh, tidak usah, Pak. Saya bisa pulang sendiri, kok.”

“Saya tunggu di mobil.” Dinan beranjak dan berjalan meninggalkan Ruby tanpa menghiraukan penolakan wanita itu.

Ruby hanya menghela napas, dan bergegas menyusul Dinan setelah membereskan meja kerjanya.

💘💘💘

Terpopuler

Comments

fajar Rokman.

fajar Rokman.

gercep banget bang...

2023-08-29

1

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

KAYAKNYA DINAN SENGAJA PURA2 GAK KENAL MA RUBY...

2023-06-12

1

mulai 🤭🤭🤭🤭

2022-11-24

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!