Episode 10.

Ruby baru saja menyelesaikan tugas dari Yuka dan mengirimkannya ke wanita itu, dia meregangkan otot-ototnya, pinggangnya terasa kaku karena sedari duduk terus.

“Kakak!” Safira tiba-tiba datang dengan wajah masam.

“Fira? Sedang apa di sini?” Ruby bingung melihat adiknya itu ada di ruang administrasi, sebab Safira yang merupakan staf marketing seharusnya ada di lantai bawah.

“Kakak benar diangkat menjadi asisten pribadinya Bos Dinan?” Cecar Safira tanpa basa-basi, dia mengabaikan pertanyaan Ruby.

Ruby mengangguk. “Iya.”

“Kok bisa?”

Ruby menaikkan kedua bahunya. “Katanya asisten yang lama tiba-tiba mengundurkan diri, jadi mereka butuh pengganti secepatnya.”

“Iya, tapi kenapa harus Kakak? Bukankah masih banyak karyawan senior lainnya?”

“Kalau itu Kakak juga tidak tahu, Dek.”

Wajah Safira semakin masam. “Kakak enak sekali bisa jadi asisten pribadinya Bos Dinan.”

“Enak apanya?”

“Bisa dekat Bos Dinan terus.”

“Sebelumnya Kakak juga tidak mau, kakak sudah nyaman menjadi staf administrasi. Tapi mereka menjanjikan gaji dua kali lipat plus bonus, lumayan kan buat tambah-tambah biaya hidup kita. Jadi Kakak terima saja.”

“Benar hanya karena itu menerimanya? Bukan karena Kakak tertarik dengan Bos Dinan dan ingin mendekati dia.” Safira menatap penuh selidik.

“Ya ampun, Dek! Kamu ini bicara apa, sih? Sembarangan saja!” Protes Ruby. “Kamu pikir Kakak seperti itu?”

“Kalau begitu, kenapa Kakak tidak membantah tuduhan mereka?”

Ruby menautkan kedua alisnya. “Tuduhan apa?”

“Yang lagi ramai di grup, Kak.”

Ruby semakin kebingungan. “Kakak belum ada lihat grup, Dek. Dari tadi sibuk mengerjakan tugas dari manajer kakak, ini baru selesai.”

Di saat bersamaan, Jojo dan Sinta pun berjalan menghampiri Ruby dengan tergesa-gesa.

“By, kamu sudah lihat grup?” Tanya Jojo.

Ruby menggeleng.

“Buruan lihat, By!” Desak Sinta.

Ruby pun bergegas mengambil ponselnya dan membuka grup karyawan, dia terkejut melihat banyaknya chat dari hampir seluruh karyawan Unique Jewelry, dan sebagian besar menuduh Ruby menggoda Dinan agar bisa menjadi asisten pribadinya.

Bahkan ada seorang karyawan wanita juga berkomentar bahwa dia pernah melihat Dinan dan Ruby berdua di dalam lift, kemungkinan saat itu Ruby sedang merayu Bos mereka itu. Semua tuduhan itu benar-benar membuat Ruby tersudut dan syok minta ampun.

“Astaga, mereka keterlaluan! Bisa-bisanya menyebar gosip murahan seperti ini hanya karena aku diangkat jadi asisten pribadinya Bos.” Ucap Ruby.

“By, di kantor ini banyak yang mengidolakan Pak Bos, jadi wajar kalau mereka iri karena kamu bisa mendapatkan posisi itu.” Kata Sinta.

“Iya, termasuk aku. Aku rasanya jatuh cinta setiap kali mengingat Bos Dinan.” Sela Safira penuh drama.

“Jadi kamu juga iri dengan Kakakmu sendiri?” Tuduh Jojo.

“Sedikit, sih.” Jawab Safira pelan.

Ruby tercengang. “Safira! Jadi kamu iri sama Kakak hanya karena hal seperti ini?”

“Namanya juga perasaan, Kak. Mana bisa diatur, sih!” Sahut Safira dengan wajah cemberut.

Ruby, Jojo dan Sinta hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Safira.

“Aku tidak bisa diam saja.” Ujar Ruby.

“Benar, By. Kamu harus bantah orang-orang picik itu!” Pinta Sinta.

“Iya, bila perlu laporkan hal ini pada Pak Bos, biar dia tahu kelakuan mereka.” Sela Jojo.

“Nah, itu ide yang bagus. Jadi biar Bos Dinan bisa klarifikasi alasan sebenarnya dia mengangkat Kakak menjadi asisten pribadinya.” Safira menimpali.

“Sebaiknya hal ini tidak perlu sampai ke Bos, biar aku beri penjelasan kepada mereka.” Ucap Ruby, dia kemudian membalas chat mereka dan mengatakan alasan dia diangkat menjadi asisten pribadi Bos.

Jojo, Ruby dan Safira juga ikut berkomentar membela Ruby.

Tapi sepertinya beberapa dari mereka masih tidak percaya, membuat Ruby sedikit frustasi.

“Bagaimana ini? Mereka masih tidak percaya.” Gerutu Ruby.

“Hem, bagaimana kalau kamu mengatakan jika kamu sudah punya kekasih atau suami.” Cetus Jojo.

“Tapi aku tidak punya keduanya, Jo.”

“Kamu jomblo?” Jojo memastikan.

Ruby mengangguk. “Aku baru saja bercerai dari suamiku.”

Jojo dan Sinta yang sebelumnya tidak tahu menahu tentang status Ruby sontak terkejut.

“Jadi kamu janda, By?” Bisik Jojo dengan mata melotot.

Ruby kembali mengangguk.

“Kamu sudah punya anak?”

Ruby menggeleng.

“Jojo!” Bentak Sinta. “Kita lagi memikirkan cara agar orang-orang picik itu percaya kalau Ruby tidak seperti yang mereka tuduhkan, kamu malah seperti wartawan, banyak pertanyaan.”

Jojo melengos. “Iya-iya, namanya juga penasaran.”

“Jadi sekarang bagaimana?” Tanya Safira.

Belum sempat mendapatkan jawaban, keempat orang itu dikagetkan dengan kehadiran beberapa karyawan wanita yang tampak sinis melirik Ruby. Ternyata jam makan siang sudah habis, menyadari hal itu, Safira buru-buru kembali ke ruangannya.

“Nanti kita akan cari cara agar masalah ini kelar, sekarang kita kerja dulu.” Bisik Jojo dan Ruby hanya mengangguk.

💘💘💘

Hanan sedang fokus mengecek data di laptop, tapi mendadak matanya terasa perih, sepertinya rasa kantuk mulai menghinggapinya. Dia melirik arloji di pergelangan tangannya, jarum jam masih menunjukkan pukul tiga sore, tapi matanya sudah berat.

Mungkin ini karena semalam dia kurang tidur, sebab sibuk mengurus permintaan Dinan untuk mengatur kepindahan asisten yang lama ke perusahaan cabang, agar Ruby bisa menempati posisi asisten pribadi itu.

Hanan beranjak dari duduknya dan melangkah ke Pantry, mungkin secangkir kopi bisa sedikit menghalau rasa kantuknya itu. Tapi langkah Hanan terhenti di depan pintu Pantry saat dia mendengar dua orang karyawati sedang mengobrol dan menyebut nama Ruby, dia memilih untuk menguping pembicaraan mereka.

“Aku yakin Ruby itu pasti menggoda Pak Bos, agar bisa jadi asistennya. Dasar murahan!”

“Iya, sok cantik banget dia! Lagian Pak Bos mau saja mengikuti keinginan wanita itu.”

“Namanya juga laki-laki, susah menolak godaan, tapi aku yakin si Ruby tidak akan bertahan lama. Lihat saja, seisi kantor ini menghujat dia.”

Hanan yang kesal mendengar ocehan dua karyawati itu pun akhirnya melanjutkan langkahnya ke Pantry, kedua karyawati yang sedang bergosip ria itu pun terkejut melihat kedatangan Hanan.

“Apa perusahaan menggaji kalian hanya untuk bersantai di sini?” Sindir Hanan dengan wajah yang dingin.

Kedua karyawati itu tertunduk takut, tak berani menatap wajah Hanan, apalagi menjawabnya.

“Kembali bekerja!” Pinta Hanan tegas.

“Baik, Pak. Permisi.” Jawab keduanya serentak dan bergegas pergi dari hadapan Hanan.

Hanan menghela napas melihat mereka pergi, dia harus melakukan sesuatu untuk meredam gosip murahan itu.

💘💘💘

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!